NovelToon NovelToon
Cintaku Luar Biasa

Cintaku Luar Biasa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:17.9k
Nilai: 5
Nama Author: dtyas

Permintaan Rumi untuk mutasi ke daerah pelosok demi menepi karena ditinggal menikah dengan kekasihnya, dikabulkan. Mendapatkan tugas harus menemani Kaisar Sadhana salah satu petinggi dari kantor pusat. Mereka mendatangi tempat yang hanya boleh dikunjungi oleh pasangan halal, membuat Kaisar dan Rumi akhirnya harus menikah.

Kaisar yang ternyata manja, rewel dan selalu meributkan ini itu, sedangkan Rumi hatinya masih trauma untuk merajut tali percintaan. Bagaimana perjalanan kisah mereka.

“Drama di hidupmu sudah lewat, aku pastikan kamu akan dapatkan cinta luar biasa hanya dariku.” – Kaisar Sadhana.

Spin off : CINTA DIBAYAR TUNAI

===
follow IG : dtyas_dtyas

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CLB - Saya Juga Lapar

Kaisar tiba di apartemen, melepas kemeja sambil berjalan menuju kamarnya. Melemparkan kemeja tadi ke keranjang tempat pakaian kotor sambil berlalu menuju toilet. Berada di bawah guyuran shower ia teringat obrolan bersama kedua sahabatnya. Bukan masalah tersinggung ketika membahas Rida -- mantan kekasihnya. Namun, Kaisar bertanya-tanya, apa iya dia tidak bisa move on.

Sudah lima tahun berlalu, setelah Rida ada beberapa wanita mendekat dan bahkan cukup dekat. Namun, tidak berhasil naik status menjadi kekasih apalagi bertunangan. Tidak seperti Reno yang sudah berganti-ganti pacar macam bulan berganti. Arya sudah bertunangan dan akan menikah tahun depan.

Mengenakan bathrobe dan mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil. Kaisar mencari ponselnya yang berdering, ternyata ada di atas sofa masih di dalam kamar.

“Iya, Mam,” ujarnya saat menjawab panggilan. “Di kamar, iya, aku sudah pulang.”

Kaisar meletakan handuknya sembarangan dan berbaring dengan kedua kaki masih menggantung. Tangan kanannya masih menempelkan ponsel di telinga. Kalau bukan perempuan yang sudah melahirkan dirinya ke dunia yang bicara, sudah pasti mulutnya akan menjawab dengan kasar.

“Iya nanti kalau aku pulang. Tak perlulah dicarikan, nanti aku ajak temui Mama kalau memang sudah ada yang cocok.”

Sempat mendengus saat sang mama memintanya pulang dan akan mengenalkan dengan putri tetangganya yang baru saja lulus sarjana. Lagi-lagi masalah jodoh, apa iya dia sudah memasuki usia harus segera menikah.

“Minggu depan aku dinas keluar kota, Om Johan yang suruh. Mana tahu di sana ada perawan cantik yang bisa aku bawa ke depan mama. Sabar saja, aku masih doyan perempuan kok.”

Kaisar mengusap kasar wajahnya beberapa kali, mendengar lagi nasihat di ujung sana.

“Iya, mah, iya. Aku dengar, sudah ya makananku sudah datang,” seru Kaisar hanya alasan agar pembicaraan mereka selesai.

“Perempuan lagi, jodoh lagi yang dibahas. Arghh,” teriak Kaisar.

***

Rumi membalik satu per satu lembaran di tangannya. Mengecek dan membandingkan dengan sebundel program kerja salah satu proyek. Dahinya mengernyit dan sesekali menuliskan catatan atau komentar.

Sudah hampir dua minggu Rumi berada di kantor cabang, tepatnya kantor pengawasan dan pelaksana proyek. Kebanyakan yang bertugas di sana, laki-laki. Perempuan bisa dihitung dengan jari dan dirinya adalah yang paling muda. Sisanya bahkan sudah berkeluarga.

“Rumi,” panggil seseorang di tengah pintu.

Tanpa menoleh, gadis itu tahu yang memanggil adalah atasannya. “Iya, pak Medi.”

“Setengah jam lagi kita jemput orang pusat di terminal,” seru pria itu dan Rumi akhirnya menoleh lalu memperbaiki posisi kacamatanya yang sudah melorot ke ujung hidung.

“Sama saya pak?” tanya Rumi.

“Nggak, sama nenek kamu aja,” sahut Pak Medi sambil fokus dengan ponselnya. “Pake nanya,” ujar pria itu lagi.

“Bu Eni sudah menyiapkan tempat tinggal sementara selama di sini, nanti kamu antar dan temani. Suruh langsung istirahat saja, besok baru laporan ini itu. Biasa juga orang pusat kemari kayak liburan, ujung-ujungnya kita yang repot nambah tugas buat laporan yang dibawa ke pusat.”

“Saya ikut perintah bapak saja,” jawab Rumi sambil menekuni kembali berkas di hadapannya.

“Kalau saya perintah nyebur ke kolam, kamu mau?” tanya Medi sambil berlalu dan Rumi hanya menggeleng pelan dan bergumam tidak jelas.

Layar ponsel menunjukan pukul satu siang, perut Rumi sudah meronta minta diisi. Mungkin cacing di dalam sana sudah tawuran karena belum ada makanan yang masuk. Mulutnya berdecak pelan dan didengar oleh Medi.

“Kenapa kamu?”

“Masih lama, Pak?” Rumi balik bertanya.

“Mana saya tahu, tadi kasih info katanya lima menit lagi sampai. Mau telpon nggak enak, kita belum tahu karakternya kayak gimana. Sabar dululah, pasti kamu sudah lapar ‘kan?”

Rumi mengangguk cepat.

“Ya sama, saja juga lapar. Jadwalnya makan siang bareng dia ini,” seru Medi lagi.

Saat ini Rumi dan Medi berada di terminal, tepatnya di ruang tunggu jasa travel. Rumi pun berdiri dan pamit ke belakang. Kelamaan interaksi dengan atasannya, bisa emosi jiwa. Menuntaskan urusannya di toilet umum dan keluar setelah mencuci tangan.

Saat berbelok setelah melewati pintu toilet, Rumi menabrak seseorang karena menunduk fokus dengan ponselnya.  Terdengar decakan kesal dari orang itu.

“Maaf … mas eh, pak,” ucap Rumi menatap pria di hadapannya. Bahkan agak menengadah karena posturnya yang tinggi dan tubuh Rumi hanya sebatas dada pria itu. Entah bagaimana tatapan mata pria itu karena mengenakan kaca mata hitam. Dari penampilannya jelas bukan penduduk asli di sana. Sangat rapi dengan setelan kemeja dan celana panjang juga sangat wangi.

“Jalan pake mata,” ujar pria itu.

“Maaf Pak, nggak lihat.”

“Kalau pake mata, pasti lihat,” ujarnya lagi.

“Tapi saya jalan pake kaki, nggak bisa pake mata,” sahut Rumi lirih.

Pria itu kembali berdecak dan menunjukan layar ponselnya pada Rumi. “Kamu tahu tempat ini? Kalau saya kesana, harus naik apa?” cecarnya sambil menatap sekeliling mencari kendaraan umum yang bisa digunakan.

Rumi membaca deretan kalimat di layar ponsel dan menatap wajah pria itu, kembali menatap ponsel dan wajah pria dihadapannya.

“Eh, tahu nggak?”

“Tahu Pak, tahu. Bapak dari kantor pusat Iniland property ya?” Pria itu menjawab dengan anggukan kepala.

“Pak Medi,” panggil Rumi.

Pria paruh baya itu menoleh mendengar panggilan namanya.

“Apaan sih?”

“Ini orang yang kita tunggu,” ujar Rumi menunjuk pria dihadapannya.

“Loh, jadi kalian yang jemput saya?”

“Mas ini … Kaisar Sadhana?” tanya Medi dan pria itu mengangguk pelan. “Ya ampun, geningan udah sampe. Kita tunggu sudah hampir satu jam di sini.”

“Saya sudah wa, bapak belum balas juga. Ada setengah jam lalu, saya bilang sudah sampai.”

Medi pun gegas mengeluarkan ponsel dan menepuk dahinya.

“Maaf mas, jaringan di sini kurang bagus. Pesan Mas baru masuk. Kenalkan saya Medi, kepala operasional di kantor ini.” Medi mengulurkan tangan, Kaisar menjabat dengan tidak minat lalu membuka kacamatanya.

“Ini Rumi asisten saya, yang akan melayani kebutuhan dan pekerjaan Mas Kaisar selama di sini.”

Rumi mengangguk pelan dan mengulurkan tangan dijabat oleh Kaisar, masih tanpa minat.

“Saya Rumi,” ujar gadis itu.

“Udah tahu, tadi bapak ini udah bilang,” sahut Kaisar lalu bersedekap.

“Ya sudah, kita langsung saja,” ajak Medi mengulurkan tangannya seraya mengarahkan Kaisar. “Rumi, bawaannya kamu yang handle.”

Dalam hati Rumi sempat mengumpat, semoga saja pria itu tidak membuatnya kesusahan. Belum apa-apa dia sudah susah payah menyeret koper besar milik Kaisar.

Medi dan Kaisar sudah berada dalam mobil. Duduk di kabin depan dengan Medi sebagai pengemudi. Rumi sempat menggerutu meski pelan karena berat mengangkat koper dan menaikan ke bagasi.

“Kamu lama banget, kasihan Mas Kaisar pasti sudah lapar. Perjalanan jauh loh ini,” seru Medi saat Rumi membuka pintu kabin tengah tepat di belakang Kaisar.

“Saya juga lapar pak, memang kalian doang yang punya lambung,” ucap Rumi tentu saja hanya dalam hati. 

1
Siti Dede
Jadi inget Dara & Sultan
CintaAfya
sabar Kai cuma seminggu aja..
rmhtangga Ardi semakin hari semakin berantakan.. Mela tu istri gk sedar diri
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Eva Karmita
Gatot ya kasihaaaann 🤣🤣🤣🤣🤣
Iccha Risa
kesabaranmu teruji kembali mas Kaisar wkwkwk
Purnama Pasedu
mela lebay
Dewi kunti
awas keselek kulite
Mrs.Riozelino Fernandez
wow... ya bosan la klo gini terus kelakuan si Mela...😒
Mrs.Riozelino Fernandez
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
gagal total...sabar ya Kai...
Vita
q d belakang author dech
klo ardi yg demo q yg maju
klo kaisar yg demo q ikut othor makan kuaci smbil liat kaisar ngomel kagak jelas smp klimpungan mikirin tu pedang 🤣🤣🤣
Farida Razigi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Farida Razigi
Semoga berkah kaisai
Farida Razigi
Assalamualaikum thor salam kenal ya...aq ngikuti Ig km thor...
Siti Dede
Laaah kenapa aku baru tahu agda karya barumu thooor
aliifa afida
lanjut thor
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Eva Karmita
sabar ya Kai mungkin Mak otor masih belum seratus persen merestui mu jadi kamu harus berusaha lebih keras lagi untuk mengambil hati Mak otor 🤣🤣🤣🤣
Eva Karmita
mulai dah si Mela ganjen lupa tu perut udah kayak bola kaki , masih aja gatel so" kecantikan jadi orang 😏😏
Eva Karmita
Rumi sayang ngk tuuuuuhhhh...👻🙈😂😂😂😂😂😍
Dewi kunti
sakne kaisar, author edan 😤😤😤😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!