Ajeng harus pergi dari desa untuk menyembuhkan hatinya yang terluka, sebab calon suaminya harus menikahi sang sepupu karena Elis sudah hamil duluan.
Bibiknya memberi pekerjaan untuk menjadi pengasuh seorang bocah 6 tahun dari keluarga kaya raya di Jakarta.
Ajeng iya iya saja, tidak tahu jika dia adalah pengasuh ke 100 dari bocah licik itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 - Tiga Pria
Ajeng langsung menundukkan kepalanya, sungguh dia tak kuasa untuk membalas tatapan tajam papa Reza.
tapi Ajeng bisa melihat dengan jelas, ketika kaki pria berwajah dingin itu hendak melewati dia.
"Pa!" panggil Ajeng dengan cepat, sebelum Reza pergi.
Langkah kaki itu pun terhenti, Ajeng dengan semua keberaniannya akhirnya dia mengangkat wajah. Tentang hal ini memang sepertinya tidak bisa dia tunda lagi, saat ini juga dia harus meminta maaf.
Tidak ada waktu yang tepat untuk nanti, karena Tuhan telah mempertemukannya sekarang.
Mereka telah saling tatap.
Tapi belum sempat Ajeng bicara, sudah terdengar suara keributan di lantai bawah. Padahal mulut Ajeng sudah terbuka siap berucap.
"Sean!!" pekik Mona di bawah sana, dia baru menyadari pagi ini jika sang anak sudah tidak berada di apartemen.
Mona cemas, kalang kabut mencari keberadaan anaknya itu, dia sangat takut jika Sean hilang dan Reza akan marah besar kepadanya.
Dan mendengar suara yang tak asing itu, Reza pun segera turun. Tapi sebelum dia benar-benar pergi Reza lebih dulu menatap ke arah Ajeng.
"Masuk ke kamar Sean dan pastikan dia tidak keluar," titah Reza.
"Ba-baik Pa," jawab Ajeng gagap. Begini saja jantungnya sudah berdegup dengan hebat. lantas tanpa mengulur waktu akhirnya Ajeng pun berlari menuju kamar sang anak asuh.
Di lantai 1.
Mona berteriak memanggil anaknya, dia sungguh ingin meminta maaf dan berharap Sean masih bersedia ikut dengannya lagi. Mona sedang marah dan dia hilang kendali, bukan berarti dia tidak menyayangi anaknya itu.
Ryan adalah yang pertama menyambut kedatangan Mona, disusul kakek Agung lalu Reza, sementara Oma Putri sudah berada di kamar Sean. Rilly masih berada di dalam kamarnya.
Kakek Agung adalah yang bicara ...
"Untuk apa kamu datang ke rumah ini dan membuat keributan?" tanya kakek Agung, dia tidak mempersilakan Mona untuk duduk.
"Apa Sean ada disini Kek? Aku ingin bicara dengan dia."
"Sean memang ada di rumah ini tapi aku tidak mengizinkan dia bertemu denganmu."
"Ini cuma salah paham Kek, Sean marah dan pasti Ajeng yang sudah menghasutnya untuk pulang. Ajeng itu pengasuh yang tidak tahu diri!" menyalahkan orang lain adalah jalan yang dipilih oleh Mona untuk tetap terlihat baik di mata semua orang.
Tapi sungguh, siasat Mona itu tidak berpengaruh pada semua orang di rumah ini.
Tanpa perlu dijelaskan pun mereka semua bisa melihat ketulusan Ajeng pada Sean. semua orang malah cemas jika Sean lah yang akan menghasut Ajeng.
"Lebih baik kamu pulang ke apartemen mu, cepat-cepat hapus CCTV di sana, sebelum tindakan mu yang menganiaya Ajeng kami laporkan ke polisi," ancam kakek Agung, dia malas berdebat tidak penting, jadi langsung saja eksekusi.
Mona tercengang. Kedua matanya mendelik, terkejut dengan ucapan kakek Agung tersebut.
Bagaimana bisa 3 pria ini berdiri di hadapan dia hanya untuk melindungi pengasuh kurrang ajjar itu.
Mona melirik Reza, berharap belas kasih, berharap masih ada sedikit saja rasa untuk dia. Tapi Reza tak mengindahkan tatapannya itu.
Reza tetap membalasnya dengan tatapan dingin.
"Aku hanya ingin bertemu dengan Sean Kek," mohon Mona sekali lagi, kini dia bicara dengan lirih.
"Sudah lah Mona, sejak dulu karir adalah yang terpenting bagimu. Uang mungkin bukan segalanya, tapi kamu jelas gila kehormatan," balas kakek Agung.
Reza kemudian bergerak menarik Mona untuk keluar dari rumah ini. Sebelum keributan semakin menjadi.
"Rez, dengarkan aku dulu."
Reza hanya terdiam, terus menarik tangan Mona sampai akhirnya mereka tiba di teras.
"Jika Sean tidak berlari ke apartemen mu, sampai kapan pun kamu tidak akan menemui Sean, iya kan?" tanya Reza.
Sebuah pertanyaan yang begitu sulit untuk Mona jawab.
Karena jawabannya adalah Iya.
"Pergilah, setelah ini Sean tidak akan menganggu kamu lagi." Reza masuk, menutup pintu.
"Rez. Reza!!" pekik Mona. Tapi yang dia dapatkan adalah pintu rumah yang sudah tertutup rapat.