Kata orang pernikahan adalah salah satu hal yang paling membahagiakan. Tapi ternyata mereka salah. Menikah dengannya dan hidup bersama dengannya adalah awal dari sumber sakit yang kurasakan. Awal dari luka yang tak pernah sembuh dan sakit yang selalu tak berujung. Bahagia? Apa itu? Rasanya itu seperti mimpi disiang bolong. Jika itu mimpi, maka mimpi itu ketinggian. Tapi.. Bolehkan aku menggapai mimpi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pink berry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Permainan Sang Pemangsa (2)
Foto ini...
Kaluna ingat sekarang, tepat setelah foto ini diambil, Kaluna mengalami kecelakaan lalu lintas. Setelah nya ia tidak ingat apapun lagi.
Nafasnya mulai tak beraturan. Ia menyimpan kembali foto tersebut. Tatapannya beralih ke amplop coklat didepannya. Ia mengambil amplop tersebut dan membuka isinya. Suatu fakta mencengangkan ia ketahui sekarang.
..."Pengalihan Aset Keluarga Adara"....
Tangannya gemetar ketika membaca isinya. Ini maksudnya apa? Pengalihan aset? Maksudnya suaminya tidak benar-benar berniat membantu keluarga nya, tapi ingin mengambil aset milik keluarga nya, begitu?
Mata Kaluna mulai memanas, air mata mulai menggenang di pelupuk matanya. Orion, suaminya. Tidak mungkin ia sengaja melakukannya kan? Ini hanya salah paham saja kan?
"Mas.. Ini bohong kan? Kenapa kamu tega, Mas?" tanyanya lebih ke dirinya sendiri. Kaluna mulai meragukan suaminya. Tapi disisi lain, ia masih menyangkal. Ini pasti bukan perbuatan suaminya. Suaminya tidak mungkin melakukan hal sejahat itu kan?
Kaluna menyimpan kembali amplop tersebut ke tempatnya semula. Pikirannya kacau. Isi kepalanya mulai berputar. Ini bohong. Ini tidak benar. Pasti ada kesalahan disini, pikirnya.
Tapi faktanya, tidak bisa disangkal. Jelas disana tertulis akan dialihkan ke Orion Ivander Damian, nama suaminya.
"Mas Rion.." bahkan disaat sekarang, ia masih memanggil nama suaminya. Kaluna berharap ini hanya mimpi buruk di siang bolong. Ini hanya kebohongan semu yang ia dapat. Nyatanya apa yang Kaluna lihat adalah salah satu kebenaran yang baru ia lihat. Belum semuanya.
Kaluna menghapus air matanya dengan kasar. Ia akan bertanya kepada suaminya nanti (?) Tapi.. Apa ia akan sanggup? Hubungan mereka baru terlihat baik-baik saja kan? Jika ia bertanya, jelas akan mempengaruhi hubungan mereka nantinya. Kaluna.. Bahkan disaat seperti ini kamu masih memikirkan hubungan kalian. Ini serius?
Malam semakin larut, jam di dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam. Kaluna melirik kearah pintu dengan tatapan cemas. Hatinya sudah mulai tak tenang sejak tadi. Ia masih menunggu suaminya pulang. Ini jauh dari kata terlambat pikirnya. Biasanya sesibuk nya Orion, ia tidak akan pulang selarut ini.
Wajahnya tampak menunjukkan kecemasan. Kaluna benar-benar khawatir saat ini. Firasat buruk terus menghantui pikirannya saat ini.
Terdengar suara pintu terbuka, Kaluna menghela nafasnya lega. Ia pun langsung beranjak berdiri. Niat hati ingin menyambut kepulangan suaminya, tapi yang ia lihat malah pemandangan yang tidak menyenangkan.
Suaminya sedang menggandeng wanita lain. Wanita dewasa yang usianya mungkin seumuran dengan suaminya. Mereka teramat dekat. Membuat Kaluna sangat tidak menyukai pemandangan di depannya.
"Mas.. Kenapa baru pulang?" tanya Kaluna tanpa melihat kearah wanita tersebut.
Orion menaikkan alisnya sambil melepas jasnya, ia meletakkan jasnya di lengan sofa. "Saya sudah bilang akan pulang terlambat kan? Kamu kenapa masih belum tidur? Ini sudah cukup larut, Kaluna".
"Mas.." Kaluna tak meneruskan katanya. Lidahnya terasa kelu sekarang.
Wanita yang bersama Orion hanya tertawa sinis. Ia benar-benar mengejek Kaluna secara terang-terangan sekarang. Wanita ini bodoh atau bagaimana? Kenapa ia masih bertanya pertanyaan yang konyol, pikirnya. Mungkin sedikit memanas-manasi Kaluna tidak masalah. Ia penasaran seperti apa reaksi Kaluna nantinya.
"Orion.." panggilnya dengan nada manja, ia sedikit tersenyum kearah Kaluna. Tapi, kenapa ada yang ganjal. Kenapa ekspresi gadis itu terlihat biasa saja. Ia semakin mempererat pelukannya pada lengan Orion.
Orion yang melihatnya hanya tersenyum tipis sambil mengelus pelan pipi wanita itu. Jangan tanya bagaimana perasaan Kaluna sekarang. Sakit? Jelas iya.
"Mas, dia siapa? Kamu kenapa bawa orang asing kerumah kita?" tanyanya dengan suara bergetar. Orion yang melihat itu menatap tajam Kaluna. "Orang asing? Dia wanita saya, Kaluna. Jaga bicara kamu! Kamu yang harusnya sadar diri. Yang orang asing itu kamu!" menunjuk Kaluna dengan tangannya.
"Dan satu lagi! Ini rumah saya! Bukan rumah kamu! Sadari siapa kamu disini!"
Kaluna mematung. Kata-kata Orion barusan menyakiti hatinya. Orang asing? Jadi selama ini Orion masih menganggap nya sebagai orang asing? Bukan istri? Bukan wanita yang ia cintai? Bukannya selama ini Orion selalu mengatakan bahwa ia sangat mencintai Kaluna? Kemana semua perlakuan manis itu? Apa Orion selama ini mempermainkannya?
"Mas.. Luna istri kamu" jawabnya dengan air mata yang mulai turun. Orion yang mendengarnya tertawa keras.
"Istri? Istri kamu bilang, Kaluna? Sejak kapan saya menganggap kamu sebagai istri, hm?"
"Mas.." Kaluna tak sanggup menyelesaikan katanya. Semua ini terlalu menyakitkan baginya. Kata-kata Orion barusan sangat melukai hati nya.
"Istri?" Orion maju kearah Kaluna. Kaluna mulai memundurkan langkahnya. Wajah dingin Orion kembali seperti waktu mereka pertama bertemu.
"Itu hanya gelar kosong, Kaluna" sambil mencengkram dagu Kaluna dengan kasar.
"Mas sakit" nada lirih. "Hiks! Dasar iblis!".
"Iblis ya?" Orion menyeringai kecil. Ia menatap wajah takut Kaluna. "Biar saya tunjukkan kepada kamu bagaimana iblis yang sesungguhnya, Kaluna".
Orion mendorong Kaluna dengan satu gerakan kasar membuat Kaluna terjatuh ke lantai. Perih dan sakit menyerang secara bersamaan dibahu Kaluna. Ia meringis menyentuh bahunya. Orion menarik rambut Kaluna sampai membuat nya mendongak.
"Dengar Kaluna, saya menikahi kamu karena kesepakatan bodoh yang dibuat oleh keluarga kamu. Cinta? Sama sekali tidak ada tempat untuk kamu. Berhenti berharap jika saya akan mencintai kamu. Buang harapan bodoh kamu itu" menatap wajah pucat Kaluna yang telah basah oleh air mata. "Berhenti menangis, tangisan kamu sungguh memuakkan".
Wanita yang dibelakang Orion tertawa pelan. Ia sangat puas melihat perlakuan Orion terhadap Kaluna. Ia menatap remeh Kaluna. Semua ini, terasa menyakitkan bagi Kaluna. Air matanya mengalir semakin deras. Bahunya bergetar hebat. Bibir mungilnya tak mampu untuk bersuara.
Orion berdiri dan menyeka pakaiannya. Ia menatap Kaluna yang menundukkan kepalanya. Matanya berotasi malas. Ia muak sekarang.
"Kita pergi dari sini". Orion memeluk pinggang wanita itu dan membawanya pergi keluar rumah. Baginya melihat Kaluna tersiksa seperti tadi sudah cukup baginya untuk hari ini.
Kepergian Orion membuat tangis Kaluna pecah. Ia memukul dadanya yang terasa sesak. "Sakit. Papa.. Orion jahat.." ia berkata dengan nada lirih. "Luna salah apa? Kenapa Orion tega? Hati Luna sakit.." tangisnya dengan nada pilu.
"Aaaaaa" jerit Kaluna sambil menjambak kuat rambutnya. Rambut panjang yang biasanya tergerai indah itu sekarang menjadi berantakan dan jauh dari kata rapi. Banyak sisa rambutnya yang rontok akibat jambakan nya yang terlalu keras.
Tangisan yang awalnya pelan menjadi jeritan yang teredam oleh malam. Malam itu, Kaluna mengeluarkan semua sakit hatinya dengan tangisan. Tak ada yang peduli dengan dirinya. Semua pekerja di rumahnya seakan menutup mata dan telinga mereka. Mereka tak ingin ikut campur dalam urusan majikan mereka.
Dinginnya lantai, menjadi saksi bagaimana Kaluna yang terkulai tak berdaya. Air matanya tak berhenti mengalir. Suaranya mulai habis. Matanya sembab karena kebanyakan menangis. Dirumah yang luas itu, tidak ada satupun yang peduli dengan Kaluna. Kaluna.. Memeluk erat tubuh nya sendiri.