Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 7
Mina menatap gedung besar didepannya. Rumah kak Iren dan kakak iparnya. Lebih tepatnya rumah kak Foster yang ditinggali oleh kakaknya sebagai seorang istri. Rumah yang sangat ingin dia hindari, bahkan tidak mau berkunjung lagi akibat kejadian memalukan waktu itu. Namun dia tidak ada kekuatan apa-apa. Dirinya harus tinggal di rumah ini sampai batas waktu yang tidak bisa ia tentukan. Kalau sampai dia selesai magang, berarti tiga bulan dong. Itu waktu yang sangat lama.
Bagaimana ini, bagaimana kalau kejadian beberapa hari lalu terulang lagi? Mina sungguh tidak tahu bagaimana menghadapi kakak iparnya yang meresahkan.
"Mina sayang," pandangan Mina beralih ke Iren yang masuk ke kamarnya.
"Ya kak?"
"Gimana, semua barang-barang kamu sudah diatur? Kalau sudah ayo turun makan malam," ucap kakaknya.
"Kak Iren sama kak Foster duluan aja makannya, nanti Mina nyusul." kata Mina. Padahal ia memang sengaja mau menghindari Foster. Selama tinggal di sini ia akan berusaha sekeras mungkin agar nggak ketemu pria itu.
"Kok gitu. Nggak boleh gitu adek kakak sayang, kakak sengaja beli nasi kuning kesukaan kamu loh. Ayo makan dulu," balas Iren dengan nada memaksa.
"Tapi ..."
"Nggak ada tapi-tapi. Ayo," lalu Iren menarik Mina keluar bersamanya.
Dimeja makan, Mina duduk berhadapan dengan Iren sedang Foster duduk di kepala meja. Posisi yang benar karena lelaki itu memang adalah kepala rumah tangga.
Wajah Foster datar seolah tak mempedulikan keberadaan Mina. Seperti tidak pernah ada yang terjadi antara keduanya. Mina sendiri merasa canggung berada di antara pasangan suami istri tersebut.
"Apa ada yang membuatmu kesulitan dikantor?" Foster tiba-tiba bertanya ditengah-tengah situasi yang canggung itu. Pandangannya tetap fokus ke makanan di piringnya jadi Mina pikir lelaki itu bertanya pada istrinya.
"Jawab aku," ucap pria itu lagi. Sayang sekali Mina belum menangkap ia bertanya pada siapa sampai kak Iren dan kak Foster menatapnya bersamaan.
"Kak Foster nanya aku?" tanya Mina menatap pasangan suami istri tersebut bergantian. Irenlah yang menganggukkan kepala.
"Ah, nggak ada. Mereka semua baik kok." sahut Mina kemudian. Sedikit canggung tapi masih bisa dia sembunyikan.
"Jangan terlalu banyak melamun, nanti kau jadi gadis bodoh." kata-kata Foster terdengar menohok ditelinga Mina. Gadis itu merasa jengkel tentu saja.
"Foster, jangan ngomong gitu dong. Kalau Mina ngambek gimana? Siapa yang bujuk?"
"Aku. Sebuah ciuman ringan dibibir akan membuatnya diam." Balas Foster tanpa pikir panjang. Mina kontan melotot kaget.
Lalu hening sejenak. Mina menahan napas. Ya ampun. Ini sebenarnya hubungan kak Iren dan suaminya bagaimana sih? Kenapa kak Foster bersikap blak-blakan sama wanita lain tapi kakaknya malah biasa-biasa saja? Apa gara-gara mereka menikah karena dijodohkan, jadi belum muncul benih-benih cinta diantara keduanya?
"Mm, kak Iren kak Foster, aku udah selesai. Aku masuk dulu ya." katanya tak mau berlama-lama. Situasinya terlalu canggung.
"Ya sudah, kalau ada apa-apa panggil kakak atau kak Foster aja." ujar Iren. Mina mengangguk kemudian pergi dari situ. Balik ke kamarnya. Ia baru bisa bernapas lega setelah balik ke kamar.
"Apa-apaan itu tadi? Aku baru lihat suami istri yang aneh begitu," gumam Mina pada dirinya sendiri. Ia tidak sadar ada Foster dibalik pintu kamarnya yang tersenyum menyeringai mendengar gumaman nya. Tak lama setelah itu pria tersebut kembali kekamarnya.
***
Tengah malam, Foster baru selesai memeriksa semua pekerjaannya. Ia ingin segera tidur namun tiba-tiba ia teringat adik iparnya yang manis sedang berada di rumahnya sekarang. Pria itu lalu melangkah keluar menuju kamar Mina yang memang sengaja ia tempatkan di lantai atas. Memang satu lantai di atas kamarnya dan Iren, namun itu akan membuatnya lebih leluasa melakukan apa saja terhadap sang adik ipar.
Ketika dia masuk, didapatinya pemandangan indah terpampang jelas di depannya. Mina, gadis itu tertidur di kursi santai dengan sebuah laptop di pangkuannya,
sebelah lengannya lunglai di sandaran kursi dan kepalanya miring setengah tertunduk.
Foster tidak dapat menahan keinginan untuk mengawasi lebih dekat. Dengan langkah pelan tak
bersuara, seperti singa yang mengintai mangsanya, didekatinya gadis itu. Dia berusaha sedekat mungkin, karena hasratnya mendorongnya untuk lebih mendekati gadis itu.
Gadis ini cantik sekali dimatanya, wajahnya polos tanpa polesan apapun, dan kulitnya begitu lembut, seperti bayi, yang membuatnya tergoda untuk menyentuhnya,
menyusurkan jemarinya di wajah kemerah-merahan itu.
Dan bibirnya, astaga bibir itu, begitu
ranum dan merah tanpa polesan lipstik sedikitpun, tetapi tetap begitu indah. Matanya menyusuri seluruh keindahan di depannya.
Sudah hampir tiga bulan ini dia menunggu saat-saat ini. Menunggu saat-saat gadis ini berada begitu dekat dengannya. Ya, gadis ini membuatnya terbangun merasa sangat bergairah. Foster sampai bingung kenapa hanya gadis ini yang membuatnya begitu. Seperti sebuah obat yang bisa membuatnya ketergantungan.
Akhirnya Foster tidak dapat menahan godaan, dibungkukkannya tubuhnya melingkupi gadis itu, kemudian bibirnya menyentuh bibir lembut gadis itu dengan halus tapi penuh hasrat.
"Kau milikku Mina, ingat itu." bisiknya lalu keluar.
Bisikan itu begitu lembut sekaligus tegas, seperti dibawa oleh tiupan angin ke telinganya, membuatnya Mina terbangun, mengerjapkan matanya dan langsung terduduk tegak. Matanya memandang sekeliling dengan bingung. Dia masih sendirian di ruangan ini. Tapi tadi jelas-jelas ada yang berbisik di telinganya, dan kata-katanya itu masih terngiang jelas.
Apakah dia bermimpi ? Mina mengernyit. Lalu menyentuh bibirnya. Terasa hangat … Seperti ada yang menyentuhnya sebelumnya.
Jantung Mina berdetak cepat. Apakah mimpi bisa terasa sejelas itu? Suara bisikan itu begitu nyata. Sentuhan di bibirnya pun masih terasa hangat.
Tapi ... Tidak mungkin kan ada orang masuk ke mari dan menciumnya begitu saja? Atau mungkin? Mina kemudian menatap laptop di pangkuannya.
Ia ingat tadi dirinya sedang menonton drama romance. Mungkin dirinya terbawa alur drama ini. Gadis itu menarik napas. Sekali lagi dia memandang sekeliling, dan melirik ke jam dinding. Ternyata sudah tengah malam. Dia harus tidur sekarang, karena besok masih magang.