Kiana hanya mencintai Dio selama sembilan tahun lamanya, sejak ia SMA. Ia bahkan rela menjalani pernikahan dengan cinta sepihak selama tiga tahun. Tetap disisi Dio ketika laki-laki itu selalu berlari kepada Rosa, masa lalunya.
Tapi nyatanya, kisah jatuh bangun mencintai sendirian itu akan menemui lelahnya juga.
Seperti hari itu, ketika Kiana yang sedang hamil muda merasakan morning sickness yang parah, meminta Dio untuk tetap di sisinya. Sayangnya, Dio tetap memprioritaskan Rosa. Sampai akhirnya, ketika laki-laki itu sibuk di apartemen Rosa, Kiana mengalami keguguran.
Bagi Kiana, langit sudah runtuh. Kehilangan bayi yang begitu dicintainya, menjadi satu tanda bahwa Dio tetaplah Dio, laki-laki yang tidak akan pernah dicapainya. Sekuat apapun bertahan. Oleh karena itu, Kiana menyerah dan mereka resmi bercerai.
Tapi itu hanya dua tahun setelah keduanya bercerai, ketika takdir mempertemukan mereka lagi. Dan kata pertama yang Dio ucapkan adalah,
"Kia, ayo kita menikah lagi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana_Noona, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Sialnya, orang aneh itu ada di hadapan Kiana sekarang.
"Dia Arshaan Abimana, manajer Sayap Kasih Foundation yang baru menggantikan Pak Danur. Ia menyelesaikan pendidikannya di Stanford Graduate School of Business. Sebelumnya bekerja di Dierja's Company untuk kemudian memilih Sayap Kasih untuk mengabdikan hidup pada kebaikan, katanya. Betul, 'kan Shaan?"
Ibu Rania mengenalkan laki-laki bernama Arshaan itu pada semua staf Sayap Kasih. Beberapa karyawan wanita bahkan terlihat berbisik satu sama lain. Boleh jadi, mereka terpana. Sebab visual Arshaan memang tampan selayaknya penyanyi boygroup dari negara ginseng, Korea. Kulitnya putih, matanya cenderung sipit meski tidak kecil juga. Bibirnya tampak kecil namun proporsional di wajahnya. Tipikal bibir yang sama sekali tidak menyentuh rokok; pink merona tanpa lipstick. Keseluruhan yang ada pada diri Arshaan mengagumkan.
"Tentu saja, Bu. Saya ingin mengabdikan hidup untuk kemanusiaan, terutama anak-anak kurang beruntung," ujar Arshaan seraya tersenyum; memikat.
Kiana bisa melihat Astri bahkan sudah seperti cacing kepanasan hanya karena ucapan singkat Arshaan dan senyumannya. Belum lagi Jehan, sijanda kembang, sudah menoel-noel Kiana dan menunjuk pada Arshaan dengan matanya.
Kiana hanya bisa geleng-geleng kepala; tak habis pikir. Ia cukup normal tentu saja untuk menilai Arshaan. Tampangnya lumayan tampan dengan tubuh tinggi. Tapi, Kiana merasa nothing special. Dio masih tetap nomor satu di hatinya. Terlebih, cara bicara Arshaan yang terlihat menggodanya terkesan aneh dan menyeramkan.
Kiana harus selalu waspada.
Laki-laki biasanya cenderung merasa tidak enak saat tahu perempuan yang coba didekatinya ternyata sudah menikah. Tapi Arshaan lain. Ia justru semakin senang menjahilinya.
Uh ... Kiana tidak suka.
Setelah sesi perkenalan Arshaan selesai, semuanya kembali ke meja masing-masing. Namun, Arshaan tidak. Ia justru mendekat kearah meja Kiana.
"Kita ketemu lagi," ujarnya pelan setengah berbisik mendekat kearah Kiana.
Perempuan itu berjengit, "Jangan dekat-dekat."
"Waw, galak." Lanjutnya, "Aku manajer kamu sekarang," celoteh Arshaan jumawa.
"Aku menantu yang punya perusahaan tuh," balas Kiana tak kalah jumawa.
Arshaan tertawa. Tawa yang terlihat tak mengejek seperti sebelumnya. Tawa yang anehnya menular pada Kiana.
"I know. How does it feel to be Mrs. Dio?"
Arshaan masih berdiri tak jauh dari tempat Kiana duduk. Memperhatikan wajah Kiana yang seperti sedang berusaha memberikan jawaban paling baik. Arshaan tersenyum tatkala Kiana juga tersenyum.
"It feels amazing," jawab Kiana menampilkan barisan gigi putihnya, tertawa.
"Salam buat Dio. Tell him, I like his wife's smile. So ... don't make her cry too much."
Arshaan tersenyum sebelum berlalu. Meninggalkan Kiana yang mencebik sebal karena Arshaan yang baru dikenalnya justru mengatakan hal-hal manis yang tidak pernah dikatakan oleh Dionata Dierja. Seujung kukunya pun Dio tidak mungkin menjadi sosok dandy semacam Arshaan. Yang bukan hanya menjadikan penampilan sebagai hal yang utama, namun sikapnya yang ramah dan menyenangkan pada semua orang. Orang yang mudah didekati.
Dio tidak begitu.
Akan selalu ada jarak yang diciptakan oleh Dionata untuk Kiana. Sebab pada jarak itu, ada Rosa yang bertahta. Tak bisa digeser sedikitpun, bahkan oleh sebuah status pernikahan yang sakral.
Kiana menghela napas, ia hanya bisa bersabar. Semoga suatu ketika, perasaan cintanya akan terbayar dengan tuntas oleh sebaris kalimat dari mulut Dio. Kalimat 'aku sayang kamu' yang akan selalu Kiana nantikan.
Walau entah itu kapan.
...^^^^^...
Manusia itu unik.
Bukan hanya secara fisik yang membedakan satu dan lainnya. Ada hal lain yang menjadikan manusia itu unik. Semacam bakat, kecerdasan, hobi, karakter, juga kepribadian.
Ada yang manusia seperti Kiana, ada yang seperti Dio, tentu ada juga yang seperti Arshaan. Bagaimana terasa begitu dinginnya sikap Dionata atau sisi blak-blakan Andara dan suka cari perhatian seperti Maura. Bisa juga sisi sempurna, cantik, anggun, bak princess seperti Rosa.
Semuanya memiliki sisi unik masing-masing.
Begitu juga dengan laki-laki itu; Arshaan Abimana.
Manusia bertubuh tinggi dengan kulit putih semi pucat, rahang tegas dengan ekspresi wajah yang selalu terasa menyebalkan bagi Kiana.
Manusia itu unik.
Dia pun unik.
Bagaimana ia hampir menabrak Kiana tadi pagi, mengambil kopi yang sudah jelas dibuat Kiana untuk dirinya sendiri, juga mendorong kursi Kiana menjauh dari kubikel-nya karena melihat Kiana yang manggut-manggut mengantuk.
Manusia itu unik.
Tapi Arshaan berengsek.
Terkhusus bagi Kiana.
"Mas Arshaan naksir ya sama Kia?" tanya Randy saat mereka selesai makan siang dan sibuk nyebat di rooftop.Randy merupakan salah satu staf yang cukup dekat dengan Arshaan setelah 3 hari ini Arshaan pindah ke Sayap Kasih.
Arshaan tertawa. Rokok yang dihisapnya kini terasa tidak menarik lagi. Pandangannya menerawang sesaat pada langit Jakarta yang terlihat berawan menuju mendung. "Istri orang itu," jawab Arshaan seraya tertawa.
"Nah itu tahu, Mas." Randy tergelak. "Yang punyanya juga bukan main-main loh, anak Dierja," kekeh Randy lagi.
"Berat, ya."
Randy tertawa lagi. Tapi sesaat, dilihatnya ekspresi Arshaan yang berubah. Nampak lebih mirip awan di atas sana; mendung.
"Kalau Kia sudah tidak bisa dijangkau lagi, masih ada seribu Kiana yang lain, 'kan? Tapi yang belum punya suami maksudnya."
"Semoga ada, ya," balas Arshaan dengan tawanya. "Gue duluan ya."
Arshaan melangkah dengan cepat. Meninggalkan Randy yang masih asik dengan rokoknya. Sialnya, sisa percakapan mereka tidak turut tertinggal juga. Justru terngiang-ngiang di kepala Arshaan.
Bagi Arshaan, tentu saja ini melukai harga dirinya. Maksudnya; come on, Arshaan yang plamboyan ini tidak perlu banyak usaha hanya untuk disenangi wanita di sekelilingnya. Sejak dulu, sejak ia bahkan belum menemukan kesenangan terkait dengan wanita.
Tapi, kini, Kiana agak lain.
Selain tentu saja menjadi tabu baginya bila mendekati perempuan berstatus isteri orang, Kiana pun adalah sosok yang cukup sulit didekati. Selalu waspada dan penuh curiga. Ia satu-satunya perempuan yang tidak mempan dengan pesonanya, apalagi uangnya. Kiana yang tidak matrealistis itu juga merupakan anak orang kaya.
Ah ... Arshaan pusing.
Untuk urusan apa pula ia terus memikirkan perempuan itu.
Perempuan yang sudah dinikahi oleh mantan temannya.
Catat ya!
Mantan teman.
...^^^^^...
"I like mint, too."
Kiana mendelik saat tangan Arshaan mencomot sebuah permen rasa mint yang Kiana letakkan di atas mejanya.
"Heh, nggak sopan."
"Kenapa belum pulang? It's time to go home, princess. Kamu nungguin aku, ya?"
Arshaan kembali tersenyum. Ditariknya sebuah kursi dari kubikel sebelah Kiana yang sudah kosong –milik Jehan dan sudah pulang. Ia duduk menghadap Kiana yang masih sibuk dengan komputernya.
"Kamu minta digebuk ya?" jawab Kiana tanpa menoleh. "Aku masih nungguin Dio jemput."
"Wah ... aku pasti beneran dipukul Dio kalau dia tahu aku sekarang lagi lihatin kamu begini," celoteh Arshaan masih dengan senyuman yang tak luntur juga.
"Kamu memang pantas dipukul kok," jawab Kiana sambil mencebik kearah Arshaan.
"Kamu tahu nggak, when did you look so pretty?"
"Setiap waktu," kekeh Kiana. Ia tidak memperhatikan bagaimana Arshaan juga turut tertawa mendengar jawabannya.
"Iya sih, ada benarnya juga."
Tak lama, ponsel Kiana berdering. Ada sebuah nama dengan emoji love yang sempat terbaca oleh Arshaan. Laki-laki itu tahu, itu adalah panggilan dari suami Kiana. Mungkin sosok itu sedang menelepon di bawah dan menunggu di sana tanpa repot-repot menjemput isterinya.
Arshaan menggeleng pelan, tak habis pikir.
Dionata masih sama saja, ternyata.
"Aku duluan ya," pamit Kiana. Ia membereskan barangnya dengan terburu-buru dan berlalu dengan langkah cepat tak sabaran. Arshaan hanya bisa menghela napas melihat kepergian Kiana. Ia tidak bermaksud keluar bersamaan dengan perempuan itu. Terlalu lelah hari ini bila harus berhadapan dengan Dio yang sudah hampir satu tahun ini tidak pernah bertemu. Lebih tepatnya, memilih saling menghindar.
Namun, kacamata di kubikel Kiana yang tertinggal menarik perhatiannya. Kacamata yang selalu dikenakan oleh Kiana setiap akan menggunakan komputer. Ia gamang, antara menyerahkan atau memilh mengembalikannya besok.
Sialnya, ia justru menyambar kacamata tersebut dan berlari mengejar Kiana.
"Kamu ketinggalan sesuatu nggak?" tanya Arshaan dengan napas ngos-ngosan. Ia menunduk, berupaya menetralkan napasnya.
Kiana terkejut karena tangannya tiba-tiba ditarik Arshaan. Dilihatnya laki-laki itu masih berusaha mengatur napasnya. Kiana tertawa, "Apaan yang ketinggalan?"
"Perasaan sayang aku," jawab Arshaan sambil flirting.
Kiana tertawa, "Najis banget ya Tuhan, Shaan."
Aneh bagi Arshaan sebab tawa Kiana juga ternyata menular padanya. Keduanya saling tertawa hingga lupa bahwa tadi Kiana cukup tergesa menuju lobi.
"Kacamata kamu ketinggalan. Tadinya mau aku buang soalnya kamu pasti punya banyak uang, tapi nggak jadi. Kasihan soalnya."
Kiana kembali tersenyum, "Makasih loh."
"Makanya jangan ceroboh."
Arshaan tidak memberikan kacamata itu pada Kiana melainkan memakaikannya langsung ke si-empunya. Kiana tercekat sesaat sebelum sebuah suara membuat ia bergerak mundur.
Suara Dio menginterupsi keduanya.
"You two having fun?"
^^^
Jangan lupa tekan like