Kimberly adalah seorang pengantin yang memasuki altar pernikahannya, namun terkejut di atas altar itu sudah ada adik angkatnya bersama calon suaminya yang telah bertukar cincin.
"Maafkan Aku, aku sudah salah. Akulah yang merayu Kak Ramon sampai akhirnya aku hamil 1 bulan dan,, dann,,, terpaksa hari ini kami,,," ucapan adik angkat Kimberly yang menggantikannya menikah, sungguh di luar dugaan!
Ternyata selama ini, semua orang telah menipunya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Percakapan ibu mertua
"Apa yang ingin kau bicarakan?" Berlian bertanya sambil mengikuti sang suami ke dalam kamar, saat ini mereka berada di kediaman keluarga suaminya.
Orang tua Berlian telah kembali terlebih dahulu setelah menjenguk sang kakek, sehingga Hanya mereka berdua saja dan tampaknya ada sesuatu yang penting yang hendak dibicarakan oleh Ramon dengannya.
Ramon menghentikan langkahnya di depan jendela lalu berbalik menatap sang istri yang tampak kebingungan menatapnya.
"Kau sudah lihat kondisi kakek, kemungkinan besar dia tidak akan bertahan melewati tahun ini," ucap Ramon membuka pembicaraan, suaranya penuh dengan kesedihan.
"Aku tahu," Berlian mengangguk sambil mendekati sang suami dan memeluk Ramon untuk memberikan penguatan, "aku sangat sedih dengan keadaan kakek, tapi aku yakin dia masih bisa bertahan sampai melewati umur 100 tahun. Jangan pesimis begitu, dokter akan menangani keadaannya dan akan mencari solusi yang terbaik untuk menyembuhkan kakek," ucap Berlian.
"Tidak ada yang bisa menjamin, dan kau tahu, Aku adalah anak tunggal di keluarga ini, satu hal yang membuat kondisi kakek semakin memburuk juga karena kita belum memiliki anak, jadi,,," Ramon menatap sang istri dan Berlian juga mengangkat kepalanya menatap Ramon.
"Aku ingin tahun ini kita segera memiliki anak," ucap Ramon.
Berlian menggeleng pelan, "tapi,,, kau tahu karirku kan? Aku Sudah menandatangani kontrak dengan brand yang mengharuskanku tidak hamil selama tahun ini. Jika aku sampai melanggar kontrak, maka--"
"Aku yang akan membayar pinaltinya, dan juga untuk perusahaanmu yang membutuhkan suntikan dana,, aku pasti akan mengusahakannya dalam Minggu ini asalkan--"
"Tidak!" Berlian menggelengkan kepalanya, melepaskan diri dari pelukan sang suami dan mundur 3 langkah, Dia segera duduk di tepi tempat tidur sambil menghela nafas.
"Aku tidak bisa! Kau tahu sebentar lagi aku akan mencapai puncak kejayaan karirku kan? Kalau aku hamil, aku juga tidak bisa bergabung dengan World cooperation, kau tahu mereka hanya mengontrak artis-artis yang belum memiliki anak. Bergabung dengan World cooperation adalah mimpi besarku, dan kau tahu juga aku sudah berjanji padamu untuk berhenti dari dunia entertainment setelah aku mendapatkan piala penghargaan selebriti paling terkenal tahunan kan? Itu benar-benar mimpiku, dan aku tidak bisa menghancurkannya begitu saja," Berlian menggeleng, tampak air matanya mulai menggenang memikirkan mimpi besarnya yang ia perjuangkan selama ini akan sirna begitu saja.
"Apa Itu alasanmu juga untuk menggugurkan anak kita 3 tahun yang lalu?" Ucap Ramon dengan suara yang begitu dingin membuat Berlian melototkan matanya menatap sang suami.
"A,, apa yang kau bicarakan?" Tubuh Berlian semakin gemetar, "Bagaimana bisa kau berkata seperti itu padaku?! Kau sedang menuduhku membunuh darah dagingku sendiri? Aku tidak mungkin melakukan itu hanya untuk mencapai kesuksesan! Aku--"
"Lalu apa yang kau lakukan sekarang?! Kita sudah menundanya selama 3 tahun, tahun lalu kau berkata tahun inilah kita akan memiliki anak, dan tahun ini pun,,,," Ramon menghela nafas, berbalik memunggungi sang istri dan meletakkan tangannya di jendela, kepalanya tertunduk dengan pikiran yang rumit.
"Sayang,,," Berlian akhirnya memaksakan diri untuk berdiri, dia menghampiri sang suami dan memeluk Ramon dari belakang, "aku mohon, hanya tahun ini saja. Kau tahu karena sebentar lagi aku akan masuk ke World cooperation? Hanya perlu sedikit usaha saja, kalau bukan karena kakak yang menghalangi jalanku, aku sudah masuk ke perusahaan itu dan jalanku untuk mendapatkan penghargaan akan--"
"Kau benar-benar berpikir kau masih bisa memiliki kesempatan untuk masuk ke World cooperation? Kau lupa Apa yang dilakukan oleh keluarga Sanjaya itu padamu?! Jika bukan karena ucapan asisten Steven, kau tidak akan dipermalukan di acara itu dan menjadi perbincangan semua orang! Bahkan selama beberapa bulan ke depan kau dilarang untuk bernyanyi! Kau haru sadar bah--"
"Tidak!" Berlian menyela ucapan sang suami, "tidak seperti itu! Aku yakin Kimberly yang mempengaruhi asisten Steven untuk membuatku seperti ini. Steven bahkan memberikan tepuk tangan untukku!" Ucap Berlian dengan air mata terus berlinang di pipinya, tetapi sikapnya begitu kukuh membantah ucapan sang suami.
Ramon tak berdaya melihat sikap sang istri, "Baiklah, aku perlu waktu untuk berpikir dengan tenang, kita bahas masalah ini nanti saja," ucap Ramon sebelum berjalan keluar kamar meninggalkan sang istri.
Begitu pintu kamar tertutup, wajah Berlian langsung berubah menjadi dingin, ia mengusap air matanya dengan kasar dan menggertakkan giginya dengan penuh emosi.
"Semua ini gara-gara Kimberly! Kalau saja dia tidak membuat masalah dan mengatakan sesuatu yang tidak tidak pada Ramon, maka Ramon tidak akan bersikap seperti ini padaku! Aku harus memberinya sedikit pelajaran!" Geram Berlian penuh kekesalan sambil mengeluarkan ponselnya.
Berlian langsung menghubungi seorang teman yang juga merupakan teman sekolah Kimberly sewaktu mereka masih sekolah dulu.
"Belian! Tumben sekali kau menghubungiku duluan!" Seru perempuan dari seberang telepon, tampak bersemangat bisa berhubungan lagi dengan Berlian.
"Maafkan aku, akhir-akhir ini aku terlalu sibuk banyak hal, Aku mau bertanya padamu, tentang reuni sekolah kita. Apakah kau akan hadir di reuni itu?" Tanya Berlian sambil berjalan ke arah balkon, melanjutkan percakapan mereka dengan penuh rencana yang matang.
Cukup lama perempuan itu berteleponan sebelum mematikan panggilan teleponnya dan berbalik kembali ke kamar.
Dia pun memperbaiki riasannya Sebelum turun ke lantai bawah dan mendapati Ibu mertuanya sedang berteleponan di depan televisi.
Berlian memelankan langkahnya, tidak ingin mengganggu sang Ibu dan berjalan menuju dapur.
Tetapi Berlian menghentikan langkahnya saat mendengar sang ibu mertua berkata, "jangan khawatir, keluarga kami pasti akan berinvestasi. Oya, bagaimana kabar Tiara? Aku dengar dia sudah menyelesaikan gelar doktornya di Harvard university?"
'Jadi mereka akan berinvestasi pada keluarga itu? Lalu bagaimana dengan kami? Untuk berinvestasi di keluarga kami saja dia harus memberikan syarat untuk memiliki anak terlebih dahulu, tapi untuk keluarga lain, mereka bahkan akan melakukannya secara sukarela seperti itu!' ucap Berlian dalam hati dengan tangan terkekal kuat, dia benar-benar kesal memikirkan masalah tersebut.
Tak berhenti di situ, dia kembali mendengar suara Ibu mertuanya yang berkata, "hah... Kau benar, seandainya putra dan putri kita telah menikah, mereka pasti sudah memiliki anak sekarang dan ayah mertuaku tidak akan jatuh sakit seperti ini memikirkan Keluarga kami yang bahkan belum memiliki seorang penerus dari Putraku. Seandainya waktu bisa diputar kembali, aku akan memaksakan Putraku menikah dengan putrimu."
"Ha ha... Kau benar."
"Baiklah, itu sudah menjadi masa Lalu, lagi pula sekarang aku juga telah memiliki seorang menantu meski dia tidak terlalu memuaskan, tapi setidaknya dia akan menjadi pewaris keluarga Genandra. Itu sudah cukup bagi kami."
"Baiklah, baiklah,, nanti kabari aku kalau putrimu sudah kembali ya..."
Berlian langsung meneruskan langkahnya ke dapur, dia menggigit Bibir bawahnya setelah mendengarkan ucapan Ibu mertuanya yang tampaknya akan mengancam posisinya.
'Padahal dulu perempuan itu sangat menyukaiku, bahkan segera mendesak putranya untuk menikahiku setelah mengetahui aku hamil anak Ramon, tapi sekarang dia malah menceritakan sesuatu yang buruk tentangku pada orang lain. Apa jangan-jangan dia berpikir akan menjodohkan putranya dengan Tiara? Apa itu masuk akal?' Berlian menghela nafas dengan rasa kesal.