SECRET SUGAR DADDY

Rafandra terjaga kemudian meraih kedua tanganku meringkusnya dengan salah satu tangannya saja lalu mengangkatnya naik hingga tepat berada di atas kepalaku dan menahannya di sana. Jantungku berdegup kencang hanya karena tatapan matanya dan tindihan tubuhnya.

" Kucing kecil, jika kau membutuhkan sesuatu Kau bisa bilang padaku aku bisa melakukan apapun yang kau inginkan,"

ucapan itu terus terngiang di kepalaku meskipun aku tidak tahu maksud perkataan lelaki itu. Yang aku tahu selama ini ia terus membantuku tanpa aku tahu.

Malam itu begitu panjang aku lewati bersama dengannya, erangan dan desahan yang keluar dari bibirku tanda klimaks berulang kali aku rasakan, meski aku tahu ia hanya sekali saja menggeram sembari melumat bibirku. Hingga pagi menjelang.

Aku merasakan tubuhku saat itu pegal dan benar-benar seluruh tubuhku rasanya remuk semua. Aku bahkan begitu malas untuk bangun Karena aku tahu di sampingku tidak ada lelaki itu lagi karena sudah seperti kebiasaan saat aku membuka mata aku tidak melihatnya ada di sisiku. saat itu aku mengira kalau dia pastinya akan disibukkan dengan pekerjaan atau sebagainya atau mungkin saja ia kembali kesisi istrinya sebagai lelaki yang patuh dan tampak bekerja keras karena selalu saja menghilang dari sisiku setiap hampir dini hari.

"Hemmmz..."

aku langsung membuka kedua mataku ketika aku mendengar dengusannya, aku begitu terkejut saat itu sontak aku pun langsung terjaga. rupanya aku masih melihat dia ada di sana di sampingku saat itu menghadap ke arahku dengan sebagian tubuhnya yang nyaris tidak tertutupi selimut karena sebagian banyak selimut itu aku pakai.

aku merasakan kedua tangan kekar itu langsung meraih tubuhku kembali dan memaksaku untuk tidur di sampingnya lagi.

"kau mau pergi ke mana Ini masih terlalu pagi untuk kau bangun,"

"Aku harus pergi ke kampus pagi ini, ada acara kampus yang tidak bisa aku lewatkan. Oh ya Kenapa kau ada di sini? memangnya semalam kau tidak pulang? bagaimana dengan istrimu?"

karena ucapanku tersebut Ia membuka kedua matanya dan tampak tidak mengerti dengan pertanyaan yang aku tanyakan padanya. Aku tahu ia sangat tidak suka saat aku menanyakan tentang istrinya tersebut. Aku langsung membungkam mulutku sendiri dengan salah satu tanganku seolah aku menyesali ucapanku tersebut.

"maksud kamu bertanya seperti itu apa? kau tidak ingin aku berada di sisimu? lalu kenapa kau menanyakan apakah aku tidak pulang? maksudnya apa?"

"bukankah sudah pasti kau selalu saja pergi meninggalkanku setelah menjelang dini hari itu semua karena kau kembali ke pelukan istrimu bukan?"

Anehnya aku seolah tersulut cemburu, aku keceplosan lagi mangatakan sesuatu yang menyangkut istrinya. aku melihat ia mendengus kesal kemudian melepaskan tubuhku dan menelentangkan tubuhnya di sana dengan kedua mata yang tertutup.

"Jadi selama ini kau selalu memiliki pemikiran seperti itu terhadapku ya? aku pergi saat menjelang dini hari atau bahkan tengah malam itu karena urusan pekerjaan itu karena di rumah sakit ada pasien yang gawat darurat yang harus aku operasi saat itu juga jadi aku tidak bisa untuk mengulur waktu. memangnya kau ingin aku bermain dengan nyawa orang? kalau aku bilang aku hanya memiliki satu wanita dan itu hanya kau saja Apakah kau akan percaya padaku? meskipun aku berada di sini dan tidak pulang tidak ada siapa-siapa yang akan mencariku apalagi menunggu kedatanganku mungkin hanya kau saja yang menungguku kembali bahkan sampai kau mengirimkan photo dengan pose yang menggemaskan seperti kemarin. karena hari ini aku terlalu lelah jadi aku memutuskan untuk cuti aku tidak masuk kerja makanya aku masih berada di sini di sampingmu, atau... jangan-jangan kau tidak suka aku ada di sampingmu? kau ingin aku pergi?"

Aku langsung menggelengkan kepalaku karena aku tidak merasa begitu. aku mendengar apa yang lelaki itu katakan seolah ia ingin menjelaskan semuanya padaku dan aku hanya menganggukinya saja karena aku baru saja menyadari jika aku sudah membuat kesalahan yang sangat besar karena aku sudah curiga padanya.

"lalu photo yang ada di laci di dalam kamarmu itu?"

"nanti juga kau akan tahu siapa dia,"

aku mendengar jawaban lelaki itu yang tampak begitu malas untuk menjelaskannya seolah ia merasa hal itu tidak layak untuk diungkit lagi aku merasa jika lelaki itu tidak terlalu senang untuk membahasnya akhirnya aku hanya bisa mengabaikannya saja.

"Ya sudah kalau begitu aku mau ke kamar mandi dulu, kau mau aku buatkan sarapan apa pagi ini?"

"Tidak usah tidak perlu kau membuatkan aku sarapan aku sudah meminta asistenku untuk datang membawakan sarapan untuk kita nanti. sekalian untuk membawakan ponsel baru untukmu karena semalam aku sudah merusak ponselmu,"

"Astaga! bener juga ponselku rusak,"

aku langsung melonjak dari atas pembaringan lalu berjalan menuju ke arah kamar mandi aku lupa tidak mengunci pintunya dan hanya menutupnya saja hingga pintu kamar mandi itu pun tembus pandang begitu saja karena yang aku tahu kamar mandi dengan seluruh sekat kaca tembus pandang itu akan menjadi buram kacanya ketika pintunya dikunci dari dalam.

aku tidak menyadari jika sedari tadi aku berada di dalam kamar mandi itu dengan aktivitas mandi seperti biasanya yang aku lakukan di sana ternyata ada sepasang mata yang berada di atas ranjang yang saat itu Tengah memiringkan tubuhnya menghadap ke arahku dan menatapku sadari tadi. karena ranjang itu bersebelahan dengan kamar mandi.

"Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh gadis bodoh itu? kenapa dia ingin pergi dariku hanya karena melihat sebuah foto saja di dalam laci kamarku? Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh otak kecilnya itu?"

setelah beberapa saat aku berada di dalam kamar mandi aku pun keluar dari kamar mandi itu saat itu aku sudah tidak melihat ada Rafandra di atas ranjang namun aku baru menyadari jika kamar mandi dan juga ruang kamar itu ternyata benar-benar tembus pandang seolah tidak ada penyekat sama sekali.

"astaga kenapa aku begitu ceroboh dan aku kenapa tidak mengecek dan menatap area sekeliling saat aku akan mandi aku pikir aku berada di dalam kamar mandi yang tertutup,"

ketika aku menggerutu dan rasa terkejutku Belum reda aku merasakan seseorang telah memelukku dari belakang. aku hanya diam di tempatku karena aku tahu itu adalah dia.

"Aku tidak pernah tahu jika aroma sabun yang aku pakai setiap harinya adalah aroma yang begitu menyenangkan atau mungkin aroma ini menjadi menyenangkan karena kamu yang memakainya?"

aku mendengar bisikan diri lelaki itu di sana dengan sesekali kecupan lembutnya yang menyebar dan merata secara perlahan di garis pundakku. aku juga tidak bisa melakukan apapun aku hanya bisa membiarkannya saja karena memang aku sadar bahwa tubuhku saat ini bukanlah tubuhku saja tapi juga miliknya.

"Kamu dari mana? Aku kira kamu tadi sudah pergi,"

"Aku baru saja membuka pintu tadi ada asistenku yang datang membawakan sarapan dan juga ponsel pesananku,"

"aku harus tahu kabarmu nanti Saat kamu berada di kampus jadi aku tidak mau tahu kamu harus mengaktifkan ponsel itu sekarang juga dan bukankah sudah aku katakan kalau aku hari ini libur aku berada di sini saja Aku ingin istirahat seharian setelah dari luar negeri kemarin aku benar-benar lelah,"

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku ketika aku mendengarkan apa yang ia katakan karena jujur Aku tidak percaya dengan semua yang lelaki itu ucapkan. ia mengatakan bahwa ia begitu lelah ia sangat lelah bahkan harus mengambil libur hari ini dan tidak masuk kerja tetapi kenyataannya semalam berulang kali ia membuatku klimaks sampai hampir dini hari.

"kamu pergi ke meja makan dulu Dokter, aku akan berganti pakaian,"

"Kenapa hanya berganti pakaian saja kau memintaku pergi? bagian mana yang ada di tubuhmu yang belum aku lihat?"

Aku mendengar protesnya yang baru menyadarkanku.

"bukankah sudah sedari tadi kau melihatku dengan leluasa saat aku berada di dalam kamar mandi? lalu?"

"Aku manginginkan tubuhmu saat ini,"