Judul: KEBANGKITAN PENDEKAR ABADI
Deskripsi:
Ling Chen, seorang pemuda tangguh yang penuh dengan pengalaman pertempuran, terjebak dalam perjalanan menuju takdir yang lebih besar. Setelah terluka parah oleh makhluk tingkat Emperor Bintang 9 di Hutan Terlarang, ia menemukan dirinya berada di ambang kematian. Namun, sebuah kekuatan misterius, Sistem Dewa Alam, terhubung dengannya, membuka jalan baru yang penuh dengan peluang dan tantangan.
Dengan bimbingan sistem dan hadiah luar biasa yang diterimanya, Ling Chen bertekad untuk menguasai kekuatan baru, memperbaiki kesalahan masa lalunya, dan menaklukkan dunia yang dipenuhi makhluk-makhluk legendaris. Dalam perjalanan ini, ia tidak hanya harus melawan kekuatan besar dari luar, tetapi juga menghadapi ambisi dan kesombongannya sendiri yang perlahan ia ubah menjadi kebijaksanaan.
Akankah Ling Chen berhasil mencapai puncak kekuasaan dan membalas dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Axellio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2 HADIAH DARI TAKDIR, AWAL KEBANGKITAN
Setelah melakukan pertarungan Ling chen segera mengambil posisi lotus untuk mengisi kembali kekuatan yang telah dia gunakan seharian ini, sekaligus untuk mengistirahatkan tubuhnya untuk besok.
Ling Chen duduk bersila di atas akar pohon besar, nafasnya teratur meski tubuhnya terasa lemah setelah pertarungan sengit semalam. Udara pagi di hutan terlarang terasa segar namun penuh energi liar, memberi kesan bahwa tempat ini bukan untuk mereka yang lemah. Cahaya matahari mulai menyelinap di antara dedaunan, menciptakan permainan bayangan yang bergerak seiring angin.
Dia membuka matanya perlahan, memperhatikan sisik hitam makhluk singa bersisik yang kini tergeletak di sampingnya. Sisik itu keras, dingin, dan mengkilap di bawah sinar matahari pagi. Dia menghela napas ringan, menggenggam sisik itu di tangannya.
“Makhluk ini cukup kuat,” gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri. “Tapi tetap saja, itu tak cukup untuk menghentikan ku.”
Dengan hati-hati, dia menyimpan beberapa sisik ke dalam kantung kecil yang ia buat dari dedaunan dan tali rotan yang ia temukan di hutan. Setelah itu, dia berdiri dan meregangkan tubuhnya, memutar bahunya yang terasa kaku.
“Tubuh ini terlalu lemah,” katanya pelan, mengamati kedua tangannya. Meski ia berhasil mengalahkan makhluk itu, dia tahu kemenangan itu bukan karena kekuatan fisiknya. Itu adalah hasil dari kekuatan jiwanya yang berada jauh di atas standar dunia ini.
Namun, ia sadar. Jiwa yang kuat tidak akan berguna jika tubuhnya rapuh seperti ini.
__________________________________
Karena sudah merasa cukup istirahatnya, akhirnya Ling chen pun melanjutkan perjalanannya menuju area tengah dari hutan terlarang ini untuk mencari tempat yang cocok digunakan untuk memperkuat kekuatannya.
Ling Chen melangkah lebih jauh, meninggalkan jejaknya di tanah lembap hutan terlarang. Udara pagi yang segar kini mulai terasa lebih berat, dengan aroma pepohonan yang berbau tanah basah dan udara yang membawa energi liar. Hutan ini bukan tempat yang ramah bagi mereka yang lemah—bukan hanya karena bahaya makhluk-makhluk buas yang bisa muncul kapan saja, tetapi juga karena tempat ini dipenuhi dengan energi liar yang bisa merusak mereka yang tidak siap.
Namun bagi Ling Chen, tempat seperti ini adalah surga tersembunyi. Keheningan hutan, yang diselingi dengan suara burung-burung dan angin yang menggerakkan dedaunan, memberi ruang baginya untuk merenung dan mengumpulkan kekuatan. Ia terus berjalan, tanpa tujuan yang jelas, hanya mengikuti nalurinya. Perjalanan ini bukan sekadar untuk menghindari bahaya, melainkan untuk mencari tempat di mana ia bisa melatih tubuh dan jiwanya lebih keras lagi.
Setelah berjam-jam berjalan, di tengah hutan yang semakin dalam, ia menemukan sebuah lembah kecil yang dikelilingi oleh tebing-tebing batu tinggi. Di sana, terdapat sebuah danau kecil yang airnya jernih bagaikan kristal. Matahari mulai naik lebih tinggi, memantulkan cahaya yang mengubah permukaan air danau menjadi lautan kilau yang memikat. Hutan di sekelilingnya terkesan tenang dan damai, seolah tempat ini sengaja disembunyikan untuk mereka yang layak menemukannya.
Ling Chen berdiri di tepi danau, merasakan kesejukan angin yang mengalir dari permukaan air. Ia tahu, inilah tempat yang tepat untuknya. Di tempat ini, ia bisa benar-benar fokus melatih kekuatan tubuh dan jiwanya tanpa gangguan. Keheningan yang mendalam memberikan ruang untuk dirinya lebih menyatu dengan energi alam, dan di tempat ini, ia bisa menggali potensi sejati dari dalam dirinya.
“Ini tempat yang sempurna,” gumamnya, menatap air yang tenang dengan mata yang tajam. Ia bisa merasakan energi alam yang mengalir kuat di sini, menyatu dengan ritme jiwanya yang penuh tekad. Ini bukan hanya danau biasa; ini adalah tempat di mana kekuatan bisa dimurnikan, tempat yang akan menantang tubuh dan jiwanya untuk berkembang lebih jauh.
Ling Chen mulai menurunkan beban di tubuhnya, melepaskan barang-barang yang tidak diperlukan. Dengan penuh ketenangan, ia duduk bersila di tepi danau, memejamkan matanya untuk fokus. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan energi yang mengalir dari sekelilingnya—energi alam yang menyatu dengan dirinya, membimbing setiap detak jantung dan tarikan napasnya.
Pikirannya terfokus. Setiap gerakan, setiap aliran energi, semuanya berada dalam kendali dirinya. Namun, ia juga menyadari bahwa meski ia sudah berada di tingkat Kondensasi Jiwa, kekuatan fisiknya masih terlalu terbatas untuk bertahan dalam pertempuran besar yang mungkin akan datang. Ia harus melatih tubuhnya hingga mencapai titik di mana tubuh dan jiwanya dapat bekerja tanpa hambatan, saling menguatkan.
Dengan tekad yang kuat, ia mulai melakukan serangkaian latihan. Pertama, ia mulai dengan peregangan dan latihan pernapasan untuk menenangkan tubuh, sebelum akhirnya bergerak ke latihan fisik yang lebih intens—latihan dasar yang dapat memperkuat otot-otot tubuhnya, meningkatkan ketahanan fisik agar bisa menahan tekanan dari kekuatan jiwanya yang semakin kuat.
Namun, yang terpenting adalah latihan mental. Ling Chen mulai berkonsentrasi untuk merasakan energi yang ada di dalam tubuhnya, memanfaatkan kekuatan jiwanya untuk memurnikan dan menyempurnakan aliran energi dalam dirinya. Setiap latihan terasa lebih sulit, namun tubuhnya merespons lebih baik seiring waktu.
Waktu berlalu tanpa terasa, dan tubuh Ling Chen mulai terasa lebih ringan. Setiap gerakan lebih cepat, lebih kuat, lebih terkendali. Kekuatannya kini lebih seimbang, meskipun ia tahu perjalanan ini baru saja dimulai. Ia tidak akan berhenti sampai tubuh dan jiwanya bisa bekerja bersama dalam harmoni sempurna.
“Aku harus menjadi lebih kuat. Ini baru permulaan,” ucapnya dengan suara tegas.
Ling Chen membuka matanya, menatap danau yang tenang. Di dalam hatinya, ia tahu bahwa ia telah menemukan tempat yang tepat untuk berlatih, tempat di mana dirinya bisa melampaui batas-batas yang selama ini menahannya. Ia siap untuk melanjutkan perjalanan panjang menuju kekuatan yang tak terbatas—untuk melampaui ranah apapun yang ada di dunia ini.
Ling chen pun melakukan latihan fisik selama berbulan-bulan di hutan terlarang, dia pun sering melakukan pemburuan monster secara gila-gilaan hanya untuk memperkuat keterampilan bertarungnya
Sekarang ia merasa bahwa sudah siap menghadapi tantangan yang lebih besar. Keinginannya untuk menguji kekuatannya membawa dirinya lebih dalam lagi ke dalam hutan terlarang, tempat yang penuh dengan makhluk-makhluk buas dan energi liar yang sangat kuat. Namun, kali ini, ia merasa tidak ada lagi yang bisa menghalangi jalannya.
Ling Chen berjalan lebih dalam ke Hutan Terlarang, dengan rasa percaya diri yang tinggi. Hutan ini dipenuhi dengan makhluk-makhluk yang kuat, tapi bagi Ling Chen, ini hanyalah kesempatan untuk menguji kekuatan jiwanya. Tanpa sadar, dia memasuki wilayah yang dipenuhi dengan monster-monster buas yang berkelompok.
Ling Chen (sombong pada dirinya sendiri): "Aku harus terus maju. Mereka hanyalah makhluk lemah yang tak tahu arti kekuatan sejati."
Namun, tanpa peringatan, segerombolan monster keluar dari balik pepohonan. Mereka adalah makhluk yang saling melindungi, dengan ukuran besar dan kekuatan yang luar biasa. Terdapat berbagai jenis monster, dari makhluk berbulu lebat hingga ular raksasa yang memiliki cakar tajam.
Melihat segerombolan monster yang tiba-tiba datang secara mendadak Ling chen pun langsung waspada , dan insting bertarungnya mengatakan bahwa dia dalam kondisi bahaya.
Ling Chen (dalam hati, mencoba mengingat pengalaman bertarung sebelumnya): "Ini bukan pertarungan biasa... Aku harus lebih berhati-hati."
Ling Chen melawan segerombolan monster itu dengan penuh strategi dan keterampilan bertarung yang tajam. Meskipun pengalamannya sangat berharga, jumlah monster yang terlalu banyak menggerogoti kekuatannya. Setiap serangan yang datang, meski bisa dia hindari atau balas, membuat tubuhnya semakin lelah.
Ling Chen (terengah-engah, sambil berpikir): "Aku harus bisa bertahan.."
Karena sudah terdesak oleh monster itu Ling chen pun memutuskan untuk melarikan diri dari kepungan monster yang menggila ini.
Ling Chen (dalam hati): "Kekuatan mereka... terlalu besar. Aku harus keluar dari sini!"
Ling Chen berusaha menghindari serangan-serangan mereka dengan kecepatan tinggi, namun semakin lama semakin banyak monster yang datang, mengepungnya dari segala arah. Meski tubuhnya dilatih dengan pengalaman bertarung yang panjang, tubuhnya mulai merasa lelah, dan luka-luka mulai bermunculan.
Ling Chen (teriak dalam hati): "Aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi!"
Namun, saat dia mencoba kabur, ia tidak sengaja berjalan lebih jauh ke dalam wilayah yang lebih dalam dari Hutan Terlarang, yang tak disadari adalah wilayah milik Penguasa Hutan Terlarang—sebuah makhluk tingkat Emperor Bintang 9 yang legendaris.
Tiba-tiba, sebuah bayangan besar muncul di langit, dan dengan suara menggelegar, Penguasa Hutan Terlarang turun di hadapan Ling Chen.
Makhluk itu berwujud raksasa, dengan tubuh penuh sisik yang keras dan mata berkilat tajam penuh ancaman.
Penguasa Hutan Terlarang: "Kau telah memasuki wilayahku, manusia. Tidak ada yang bisa keluar hidup-hidup dari tempat ini tanpa izin."
Ling Chen merasa tubuhnya tertahan oleh aura yang sangat kuat. Pengalaman bertarungnya yang luas tidak cukup untuk menghadapinya. Penguasa Hutan Terlarang menyerang dengan kecepatan luar biasa, dan dalam sekejap, Ling Chen menerima serangan yang sangat kuat. Tubuhnya terluka parah, darah mengalir deras dari berbagai luka di tubuhnya.
Ling Chen (terengah-engah, dengan wajah yang pucat): "Terlalu kuat... aku... tidak bisa... melawan..."
Dalam keadaan yang hampir tak berdaya, Ling Chen berusaha bangkit, tetapi serangan Penguasa Hutan Terlarang yang begitu kuat akhirnya membuatnya terjatuh. Tubuhnya jatuh ke tanah, dan kesadarannya mulai memudar.
Saat Ling Chen terjatuh dan pingsan, dunia sekitar seakan gelap gulita. Ia merasa seolah-olah terbenam dalam kegelapan yang dalam. Dalam keadaan terperosok di dunia bawah sadar, ia dikelilingi oleh ketenangan yang aneh.
Tiba-tiba, sebuah cahaya putih terang muncul, dan sosok besar yang memancarkan kebijaksanaan perlahan mendekatinya. Sosok itu adalah Takdir Dunia, yang muncul untuk memberikan nasihat kepada Ling Chen.
Takdir Dunia: "Ling Chen, kau telah belajar banyak hal dari pengalamanmu, tetapi masih ada satu pelajaran penting yang harus kau pahami. Kekuatanmu sendiri tidak akan cukup tanpa pemahaman tentang dunia yang lebih besar."
Ling Chen, meskipun dalam keadaan lemah, merasa marah. "Aku sudah cukup kuat! Aku sudah bertarung melawan berbagai musuh, aku tahu apa yang aku lakukan!"
Namun, Takdir Dunia hanya menggelengkan kepala, wajahnya penuh dengan kebijaksanaan yang tak bisa dipahami Ling Chen.
Takdir Dunia: "Kekuatan bertarung memang penting, tetapi kau tidak bisa mengabaikan batasan yang ada. Dunia ini lebih besar dari yang kau kira. Terlalu banyak orang yang meremehkan musuh mereka dan jatuh karena keangkuhan mereka."
Ling Chen yang masih marah mencoba melawan, "Aku tidak akan kalah... Aku pasti bisa lebih kuat!"
Namun, Takdir Dunia hanya tersenyum dengan penuh rasa sabar. Takdir Dunia mengangkat tangannya, dan tiba-tiba, sebuah gelombang energi besar menyelimuti pikiran Ling Chen. Sebuah mimpi buruk yang berisi ketakutan dan rasa gagal mulai menghantui jiwanya. Ling Chen merasakan ketakutannya yang paling dalam—rasa tidak berdaya, kelemahan, dan ketidakmampuan untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat.
suara Ling chen dengan nada bergetar "Kenapa aku merasa seperti ini? Apa ini...? Aku takut... aku tidak bisa..."
Selama momen itu, Ling Chen benar-benar merasa kehilangan segalanya. Rasa takut akan kegagalan itu membuatnya hampir menyerah.
Namun, Takdir Dunia hanya diam, memberikan Ling Chen ruang untuk merenung. Setelah beberapa waktu, Ling Chen mulai merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya.
ling chen mengucapkan dalam hati "Aku... telah salah. Aku terlalu meremehkan dunia ini... dan terlalu mengandalkan pengalaman tanpa mengerti bahwa ada banyak hal di luar sana yang lebih besar dariku."
Mendengar kata-kata Ling Chen yang berubah, Takdir Dunia tersenyum. "Kau akhirnya memahami pelajaran yang penting. Sebagai hadiah atas kebijaksanaan mu, aku akan memberikanmu sistem yang akan membantumu berkembang lebih jauh."
" baik lah akhirnya kau paham kalau begitu tugas ku sudah selesai disini " ucap sang takdir dunia sembari menghilang dalam pandangan Ling chen
Setelah Takdir Dunia memberikan nasihatnya, sosok tersebut mengangkat tangannya, mengalirkan gelombang energi ke dalam tubuh Ling Chen. Namun, setelah beberapa saat, Takdir Dunia hanya tersenyum dengan penuh kebijaksanaan. Sebelum Ling Chen bisa bertanya lebih lanjut, sosok itu mulai memudar, menghilang secara perlahan.
Ling Chen (dengan suara lemah, hampir terisak): "Tunggu... aku ingin tahu lebih banyak... Apa yang harus aku lakukan..."
Namun, Takdir Dunia telah menghilang sepenuhnya, meninggalkan Ling Chen sendirian dalam kegelapan. Kesadarannya mulai mengembalikan dirinya ke dunia nyata, tubuhnya terasa lebih ringan dan kuat, meski perasaan bingung masih mengganggu.
Ling Chen baru saja sadar sepenuhnya dari pingsannya. Rasa sakit di tubuhnya mulai berkurang, tapi ia masih bisa merasakan bekas luka yang belum sepenuhnya sembuh. Namun, tiba-tiba, sebuah suara terdengar langsung di dalam benaknya.
Sistem Dewa Alam: "Selamat siang, Tuan Ling Chen. Sistem ini kini terhubung sepenuhnya dengan tubuh dan pikiran Anda."
Ling Chen terlonjak. Dia memandang sekelilingnya, mencari sumber suara, tetapi tidak ada siapa pun di sana.
Ling Chen: "Siapa itu? Siapa yang berbicara? Tunjukkan dirimu!"
Sistem Dewa Alam: "Tuan, tidak perlu panik. Saya adalah Sistem Dewa Alam, entitas yang dirancang untuk membantu Anda tumbuh lebih kuat dan mencapai potensi maksimal Anda."
Ling Chen mengernyit, masih kebingungan. "Sistem? Maksudmu... kau ada di dalam kepalaku?"
Sistem Dewa Alam: "Tepat sekali, Tuan. Saya adalah bagian dari Anda sekarang. Saya akan membimbing Anda dalam perjalanan ini. Untuk memulai, saya akan memberikan Anda hadiah permulaan sebagai dukungan awal."
Ling Chen terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi tersebut. "Hadiah permulaan? Kau serius? Apa maksud semua ini?"
Sistem Dewa Alam: "Hadiah ini dirancang untuk membantu Anda bertahan dan melawan ancaman yang ada di depan Anda."
Tiba-tiba, sebuah cahaya kecil muncul di depan Ling Chen, membentuk sebuah kotak kecil berwarna emas. Kotak itu memancarkan energi yang kuat, membuat Ling Chen merasakan kehangatan dan kekuatan yang aneh.
Ling Chen (terkejut): "Apa ini? Sebuah... kotak hadiah?"
Sistem Dewa Alam: "Betul sekali, Tuan. Ini adalah Kotak Hadiah Permulaan. Silakan buka untuk melihat isinya."
Ling Chen menatap kotak itu dengan ragu. Namun, rasa penasarannya mengalahkan keraguannya. Dengan hati-hati, dia membuka kotak itu. Cahaya terang menyembur keluar, dan tiga benda muncul di hadapannya:
Pedang Langit Berbintang – Sebuah pedang yang memancarkan energi alam, sangat tajam dan kuat, mampu menembus pertahanan monster tingkat Emperor.
Jubah Perisai Alam – Jubah yang mampu menyerap serangan energi, melindungi pemakainya dari luka parah.
Pil Pemulihan Sempurna – Pil yang mampu memulihkan kekuatan fisik dan energi dalam waktu singkat.
Ling Chen (dengan mata berbinar): "Ini... ini luar biasa! Kau serius memberiku semua ini? Pedang, jubah, dan pil? Ini semua adalah benda berharga!"
Sistem Dewa Alam: "Benar, Tuan. Hadiah ini dirancang untuk membantu Anda menghadapi ancaman yang lebih besar. Namun, ingatlah, kekuatan sejati tidak hanya berasal dari benda-benda ini, tetapi juga dari cara Anda menggunakannya."
Ling Chen menggenggam Pedang Langit Berbintang dengan tangan gemetar. Energinya terasa menyatu dengan pedang itu, seolah-olah senjata itu dibuat khusus untuknya. Dia kemudian menyentuh Jubah Perisai Alam, merasakan kekuatan pelindungnya. Terakhir, dia menyimpan Pil Pemulihan Sempurna di kantungnya, berjaga-jaga untuk kebutuhan mendesak.
Ling Chen (tersenyum lebar): "Aku tidak tahu siapa kau atau bagaimana semua ini terjadi, tapi... terima kasih! Dengan semua ini, aku punya peluang untuk melawan monster itu!"
Sistem Dewa Alam: "Saya hanya melakukan tugas saya, Tuan. Namun, perlu diingat, hadiah ini hanyalah permulaan. Untuk menguasai kekuatan sejati, Anda harus melatih diri dan memperdalam pemahaman Anda tentang dunia ini."
Ling Chen (dengan tekad membara): "Baiklah. Kalau begitu, mari kita mulai! Kali ini, aku tidak akan kalah lagi. Aku akan membuat monster itu menyesal telah melukaiku!"
Dengan pedang baru di tangannya, jubah pelindung yang kuat, dan pil penyembuhan yang siap digunakan, Ling Chen berdiri dengan penuh semangat. Dia kini merasa lebih percaya diri untuk melanjutkan perjalanannya dan menghadapi monster tingkat Emperor Bintang 9 yang pernah membuatnya hampir kehilangan nyawa.
____________________________________________
Mohon dukungannya semuaa, terimakasih
see youu :)