"Thank you for patiently putting up with my moods, and being mature as you remind me to be the same. I know that I'm not easy to understand, and as complex as they come. I act childishly and immaturely when I don't get what I want, and it get unbearable. Yet, you choose to gently and patiently chastise me and correct me. And even when I fight you and get mad at you, you take it with no offense, both gradually and maturely."
~Celia
Pertemuan Celia dan Elvan awalnya hanya kebetulan, tapi lambat laun semakin dekat dan menyukai satu sama lain. Disaat keduanya sepakat untuk menjalin hubungan. Tiba-tiba keduanya dihadapkan dengan perjodohan yang telah diatur oleh keluarga mereka masing-masing.
Kira-kira bagaimana akhir kisah mereka? Apakah mereka akan berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yanahn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. Think Carefully
..."Love is a magical and beautiful thing, and when a woman loves a man, it can be the most powerful force in the world." ~Celia...
Celia berjalan menuju ke kamarnya, dia duduk di tepi ranjang dan menatap ponsel yang ada ditangannya. Dia mencoba mengingat-ingat nomor Elvan, tapi dia tidak bisa mengingatnya. Akhirnya, dia menelepon nomornya sendiri.
Panggilan pertama langsung tersambung, dan Elvan memberitahunya bahwa dia sedang dalam perjalanan, dan akan mengembalikan tasnya nanti. Tidak ada yang ingin Celia bicarakan, jadi Celia hanya mengucapkan terima kasih dan menutup sambungan teleponnya.
Faktanya, tidak lama setelah Elvan mengantar Celia, Elvan menyadari jika tas Celia tertinggal di mobil. Elvan meneleponnya dan menemukan kalau ponsel Celia juga ada di dalam tasnya. Ketika Elvan dalam perjalanan, dia menerima telepon dari Celia. Tidak lama setelah dia menutup telepon, ponsel Celia berdering lagi.
Elvan menjawab telepon, dia tersenyum tipis dan bertanya, "Kamu melupakan sesuatu lagi?"
Ada keheningan di seberang sana. Elvan merasa sedikit aneh. Saat dia hendak bertanya lagi, suara laki-laki terdengar dari ujung telepon.
"Kamu siapa?"
Elvan terdiam sejenak sambil memegang kemudi. Dia menatap ponselnya, dan terlihat nama Kevin di layar ponsel.
"Kamu mencari Celia?"
Elvan bertanya dengan ramah.
"Ya, ini benar nomor Celia, kan?"
Lampu merah menyala, Elvan menginjak rem, dan menghentikan mobilnya dengan perlahan.
"Hallo... Kamu masih disana?"
"Ya, tadi ponsel dan tas Celia tertinggal di mobil."
"Bagaimana bisa? Memangnya kamu siapanya?"
Elvan melihat lampu lalulintas sudah berganti menjadi hijau, dia segera melajukan mobilnya.
"Aku pa... Aku temannya."
Elvan tidak ingin menjelaskan hubungannya, jadi dia hanya mengaku sebagai teman.
"Oh, sekarang kamu dimana? Biar aku yang mengambil ponsel dan tasnya."
" ....... " Elvan memberi tahu lokasinya.
"Tunggu sebentar."
Kevin menekan tombol GPS untuk mencari tahu lokasinya.
"Posisi kamu sudah dekat dengan apartemen Celia."
Elvan mengerutkan keningnya, apartemen Celia? bukankah itu apartemen Lily? tanya Elvan dalam hati.
"Tunggu aku disana, jangan kemana-mana, aku segera datang."
Kevin langsung mematikan sambungan telepon dan mengemudikan mobilnya ke tempat tujuan.
Elvan menuruti perkataan Kevin, dia bersandar di mobil sambil menunggu Kevin. Tidak lama kemudian sebuah mobil Lamborghini hitam menghampiri mobil Elvan. Lalu seorang pria berpakaian rapi keluar dari mobil, dilihat dari penampilannya, Elvan bisa menebak jika pria itu pria kaya.
...Kevin Alexander, 26tahun....
Elvan melambaikan tangannya ke arah Kevin. Kevin mengangguk dan menghampiri Elvan.
"Maaf, jadi merepotkan, tidak biasanya Celia melupakan barang bawaannya," ucap Kevin basa basi.
"Sama sekali tidak merepotkan," ucap Elvan sambil mengulurkan tas milik Celia.
"Terimakasih," Kevin mengambil tas dari tangan Elvan.
"Mau mampir dulu?" tanya Kevin sambil menunjuk ke apartemen.
"Tidak perlu, terimakasih," jawab Elvan. Elvan langsung masuk kedalam mobilnya, sebelum pergi, Elvan sempat mengangguk ke arah Kevin.
Kevin menatap kepergian mobil Elvan, ekspresi wajahnya berubah, dan tangannya mengepal. Kevin melonggarkan kerahnya dan berjalan menuju unit apartemen.
Lily membuka pintu, melihat Kevin membawa tas milik Celia, Lily mengerutkan keningnya, dan bertanya, "Kevin? Kok tas Celia bisa sama kamu?"
Kevin langsung masuk tanpa memperdulikan pertanyaan Lily. Dia meletakkan tas Celia di rak sepatu, dan berjalan menuju ke kamar Celia.
Celia mengerutkan keningnya saat membuka pintu dan melihat Kevin.
"Kevin?"
Kevin menyipitkan matanya dan berkata dengan wajah sedih, "Celia, apakah kamu lupa kalau aku akan datang hari ini?"
"Iya kah? Maaf aku lupa," ucap Celia sambil berjalan ke ruang tamu.
Kevin mengikutinya, "Kamu telah melupakan banyak hal akhir-akhir ini," ucap Kevin sambil menunjuk ke rak sepatu.
Celia mengikuti arah jari telunjuk Kevin, dia menatap Kevin dan bertanya, "Kok bisa sama kamu? Bagaimana bisa?"
"Tadi aku ketemu sama orang yang nganterin tas kamu," jawab Kevin.
"Lalu dimana dia sekarang?" tanya Celia.
"Dia udah pergi, tadi aku udah ajak dia buat kesini, tapi dia menolak," jawab Kevin. Kevin melepas jas nya dan duduk di sofa dengan santai.
Celia menatap Kevin dan bertanya, "Apakah dia mengatakan sesuatu sebelum dia pergi?"
Kevin menggeleng, dan beranjak untuk mengambil sebotol anggur dari rak anggur, dia juga mengambil dua burgundy glass dan meletakkannya di atas meja.
Kevin menuangkan segelas anggur dan ke dalam gelas, tetapi tidak meminumnya. Dia hanya mengayunkan gelas anggurnya. Celia duduk di sebelah Kevin, dan menyambar gelas anggur dari tangan Kevin.
"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Kevin sambil menatap Celia.
"Let's go have a drink!" ucap Celia sambil menarik lengan Kevin.
Ada sesuatu yang ingin Celia tanyakan pada Kevin, tapi dia tidak ingin Lily mengetahuinya, jadi Celia mengajak Kevin untuk pergi.
Kevin mengemudikan mobilnya dan membawa Celia ke sebuah club mewah di kawasan SCBD.
Celia duduk di sebelah Kevin, dan menyesap minumannya.
"Apakah kakek yang menyuruhmu datang kesini?" tanya Celia tanpa menoleh ke arah Kevin.
"Jadi kamu sudah tahu? Aku pikir kakekmu belum memberitahumu." ucap Kevin sambil mengayunkan gelas anggurnya.
Celia tidak ingin bertele-tele dengan Kevin, dia tahu jika kakeknya dekat dengan kakek dari keluarga Alexander. Dan mereka ingin menjodohkannya cucu mereka.
Hanya ada dua anak laki-laki di keluarga Alexander, yaitu Tristan dan Kevin. Tristan tidak mungkin di jodohkan dengan Celia, karena Tristan sudah memiliki hubungan dengan Lily, dan Tristan sudah menganggap Celia sebagai adiknya. Sekarang pilihannya hanya Kevin, dan Celia tahu jika Kevin menyukainya, tentu saja Kevin akan mendukung perjodohan mereka.
Celia memutar-mutar gelas anggurnya dan berkata, "Pria yang mengantar tas adalah pacarku, dan aku sudah tidur dengannya."
Kevin tiba-tiba tertawa. Dia menoleh dan menatap Celia yang duduk di sebelahnya. Ekspresi Celia tenang dan tampak cuek, seolah tidak terjadi apa-apa.
"Celia, bisakah kamu mengubah ekspresimu? Kamu tidak seperti Celia yang dulu aku kenal," ujar Kevin. Kevin tersenyum kecut dan menyesap anggurnya secara perlahan.
Celia menghirup aroma wine tanpa menoleh ke arah Kevin.
"Celia, kamu ini seperti ABG yang baru saja merasakan jatuh cinta. Demi kesenangan sesaat, kamu rela mengorbankan semuanya. Don't be stupid, Celia !" ucap Kevin sambil tersenyum mengejek.
Celia memutar bola matanya, dan berkata,"Just take care of yourself."
Kevin tersenyum dan menyesap anggurnya.
"Kamu berhak membuat pilihanmu sendiri, dan aku tidak punya hak untuk ikut campur. Kamu bisa melakukan apapun yang kamu. Tapi kamu juga harus memikirkan orang-orang yang ada di sekitarmu," jelas Kevin.
"Sebagai bosmu, atau sebagai teman baikmu, aku hanya ingin mengingatkanmu. Aku juga bisa melakukan apapun yang aku mau," ucap Kevin dengan senyuman menyeringai.
Celia menoleh ke arah Kevin, ekspresi wajah Kevin tiba-tiba berubah, dan sulit untuk diartikan.
"Think carefully. Don't waste too much time on boring things," ucap Kevin sambil beranjak meninggalkan Celia.
semangat yaaa kak nulisnya ✨
Mampir juga di karya aku “two times one love”