Kehidupan memang penuh lika-liku. Itulah yang terjadi pada kisah kehidupan seorang gadis cantik yang merupakan putri seorang pengusaha kaya raya. Namun hidupnya tidak berjalan semulus apa yang dibayangkan.
Jika orang berpandangan bahwa orang kaya pasti bahagia? Tapi tidak berlaku untuk gadis ini. Kehidupannya jauh dari kata bahagia. Ia selalu gagal dalam hal apapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
..."𝙼𝚊𝚝𝚊𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚖𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚒𝚗𝚊𝚛 𝚝𝚎𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚌𝚊𝚑𝚊𝚢𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚛𝚎𝚍𝚞𝚙 𝚝𝚎𝚛𝚐𝚊𝚗𝚝𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚞𝚕𝚊𝚗. 𝙳𝚊𝚗 𝚖𝚞𝚗𝚐𝚔𝚒𝚗 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚒𝚝𝚞𝚕𝚊𝚑 𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚔𝚞 𝚗𝚊𝚗𝚝𝚒𝚗𝚢𝚊"...
...𝓖𝓮𝓻𝓪𝓵𝓭 𝓚𝓪𝓷𝓪𝓷𝓭𝓻𝓪 𝓜𝓪𝓱𝓮𝓼𝓪...
"Mau aku bantu cari kak Arlla?" tanya Bella memberikan penawaran
"Kamu beneran mau bantu?" tanya Gerald memastikan dan dibalas anggukan kepala oleh Bella. "Bukannya kamu gak suka sama kakak kamu ya" Bella berdehem sejenak untuk menetralkan detak jantungnya yang berpacu sedikit lebih cepat.
"Bukankah semua orang bisa berubah?" Bella tersenyum manis hingga sudut matanya berkerut. Gerald membalas senyuman itu dengan mengulas senyuman tipis di bibirnya.
"Yaudah kalau gitu" Gerald akhirnya menyetujui permintaan gadis itu untuk ikut dengannya membantu mencari Arlla. Bukankah semakin banyak orang yang membantu mencari maka semakin cepat pula Arlla ditemukan.
"Hari ini kak Gerald mau kemana?" tanya Bella dan berjalan mengekor di belakang Gerald. Langkah kaki panjang pria itu membuat Bella sedikit kewalahan untuk berjalan menyamai. Hingga gadis itu sedikit berlari kecil agar tidak tertinggal jauh oleh Gerald.
"Ada satu tempat yang belum aku kunjungi. Kemungkinan Arlla berada disana" ucap Gerald dan berjalan memasuki lift disusul oleh Bella.
Pria itu menatap Bella yang sedikit ngos-ngosan akibat berlari mengejar langkah kakinya. "Maaf aku lupa kalau ada kamu" ucap Gerald lalu menekan tombol lift yang akan membawa mereka ke lantai dasar.
Setelah mendapatkan informasi dari Sandra dimana wanita itu mengetahui keberadaan Arlla terakhir kalinya yaitu berada di apartemen salah satu temannya. Wanita itu memberi kabar pada sang mama bahwa dirinya akan menginap di rumah temannya itu.
"Tempat apa yang belum kakak kunjungi" tanya Bella dengan mengernyitkan dahinya. Gerald menoleh singkat kemudian menatap lurus ke depan. "Hyde Park"
"Itukan jauh banget. Buat apa dia kesana?" tanya Bella
"Tempat itu sangat penting bagi Arlla. Kalau dia lagi banyak masalah pasti pergi ke danau itu untuk menenangkan diri" ucap Gerald
Bella diam sejenak memahami perkataan yang di lontarkan Gerald. "Okey i see tapi kan gak mungkin selama berhari-hari bahkan sampai dua minggu. Dia nginep gitu?" tanya Bella.
"Aku punya vila disana. Dan aku kasih kunci vila itu ke Arlla supaya kalau dia emang lagi ada masalah dan butuh sendiri dia bisa pergi ke Hyde Park tanpa jauh-jauh" ucap Gerald.
Percakapan mereka terhenti sejenak saat dentingan lift berbunyi dan pintu lift terbuka lebar memperlihatkan orang-orang yang sedang berlalu lalang berbelanja. Keduanya berjalan keluar dari lift dan menuju parkiran butik tempat mobil pria itu di parkirkan. Kali ini Gerald berjalan sedikit pelan untuk menyamai langkah kaki kecil milik Bella.
"Kita akan kesana sekarang?" tanya Bella namun dibalas gelengan kepala hingga membuat gadis itu mengernyitkan dahinya. "Lalu kemana?"
"Apartemen Livia"
"Temen kak Arlla itu?" Bella menganggukkan kepalanya dan memasuki mobil Gerald. Gadis itu menatap paras rupawan milik Gerald dan lagi-lagi ia berdecak kagum dengan ketampanan pria itu.
"Mungkin Arlla ada disana. Dan aku harap dia ada disana" Gerald mengusap wajahnya kasar. Dia takut jika Arlla tidak berada di apartemen Livia maupun di Hyde Park. Entah kemana lagi ia harus mencari wanita itu.
Gerald mulai menyalakan mesin mobilnya dan perlahan melajukan kendaraan besi itu meninggalkan area butik milik Sandra. Atensi Gerald teralih saat sebuah notifikasi masuk di ponsel miliknya. "Tante Sandra" gumam Gerald dan berhasil di dengar oleh Bella.
"Kenapa sama mama?"
"Tante Sandra minta kabar kalau nanti Arlla ditemukan" ucap Gerald dan kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan yang cukup padat di jam istirahat.
"Astaga pake acara macet segala" Pria itu memukul stir mobilnya saat melihat jalanan yang sangat padat di depannya bahkan kendaraannya tidak bisa bergerak sedikitpun.
"Apa kamu punya nomernya Livia?" tanya Gerald pada gadis yang duduk di sebelahnya itu. Bella menggelengkan kepalanya pelan. Ia saja tidak pernah dekat dengan Arlla apalagi teman-temannya.
Gerald menarik nafas panjang. Kepalanya sedikit pening memikirkan masalah ini berhari-hari hingga tidak bisa tidur. Entah kapan masalah ini akan selesai. Ia sangat berharap Arlla segera di temukan.
Satu jam kemudian....
Kini jalanan sedikit lebih lenggang dan hal itu menjadi kesempatan bagi Gerald untuk melakukan mobilnya lebih cepat agar bisa sampai di apartemen milik Livia.
"Kak pelan-pelan" pekik Bella
Hampir saja mobil itu menabrak salah satu motor yang sedang melaju di jalur yang sama. Pria itu sedikit menurunkan kecepatan mobilnya. Bella sedikit bernafas lega setidaknya dirinya masih hidup sampai saat ini. Gerald benar-benar menyetir seperti orang kesetanan tadi tanpa memperdulikan pengguna jalan lain yang bisa saja tertabrak karena pria itu.
Dalam waktu lima belas menit akhirnya mereka sampai di apartemen milik Livia. "Apartemennya di gedung apa?" ucap Gerald pelan.
Dirinya hanya tau alamatnya saja tanpa tau keberadaan apartemen dengan lengkap. "Biar aku telfon mama. Mungkin mama tau lebih detailnya" ucap Bella kemudian mengambil ponselnya untuk menghubungi sang mama.
"Hallo ma" sapa Bella
"Gimana? Apa kakak kamu udah ketemu? Dia dimana sekarang? Dia keadaannya baik-baik aja kan?" tanya Sandra dengan nada khawatir.
"Ma bentar dulu"
"Gimana Bella? Jawab pertanyaan mama"
"Kita gatau apartemen kak Livia itu ada dimana. Kita udah sampai cuma mama tadi gak ngasih tau apartemen kak Livia ada di gedung apa dan nomer berapa" ucap Bella
"Astaga" Sandra menghembuskan nafas lelah dan mengusap wajahnya kasar. Dia terlalu kalut mendengar jika putrinya itu hilang.
"Ada di gedung B nomer 214 lantai 2" ucap Sandra
"Makasih ma" Bella menutup sambungan teleponnya dengan sang mama dan menatap Gerald yang juga menatap dirinya. "Gimana?" tanya Gerald
"Gedung B nomer 214 lantai 2" Keduanya langsung masuk ke dalam gedung tanpa ba bi bu. "Maaf anda siapa?" tanya seorang pria yang berseragam security.
"Saya Gerald dan ini Bella. Kita mau ketemu salah satu pemilik apartemen disini namanya Livia" ucap Gerald menjelaskan.
"Maaf tapi nona Livia baru saja pergi" ucap security itu
"Bapak tau kemana dia pergi?" tanya Bella
"Saya kurang tau tapi mungkin kalian bisa menunggu sebentar karena sepertinya nona Livia tidak lama" ucap security itu
"Ouh okey" Sang security mengarahkan mereka pada ruang tunggu khusus untuk tamu. Gerald dan Bella duduk di salah satu sofa yang tersedia untuk menunggu kedatangan Livia.
"Bentar pak" cegah Bella saat sang security itu membalikkan badannya.
"Ada yang bisa saya bantu?" Bella membuka ponselnya dan mencari salah satu foto Arlla namun ternyata dirinya tidak memiliki satupun foto kakaknya itu.
"Kak Gerald punya foto kak Arlla?" tanya Bella. Gerald mengernyitkan keningnya dan sejurus kemudian pria itu memberikan ponselnya dimana wallpaper dari ponsel itu adalah fotonya dengan seorang wanita cantik yang tak lain adalah Arlla, kekasihnya.
"Bapak pernah lihat wanita ini kesini?" tanya Bella
Security itu menatap lebih detail foto tersebut dan mengingat apakah dirinya pernah melihat wanita itu datang kemari atau tidak. "Ah iya" Gerald bangkit dari duduknya dan menatap security itu dengan intens menanti jawaban.
"Mbak ini pernah dateng kesini tapi udah lumayan lama sih" ucap security itu. "Udah dua minggu lalu sepertinya" sambung pria berseragam itu.
"Apa gak pernah kesini lagi?" tanya Bella untuk menggali informasi lebih dalam.
"Sepertinya enggak"
"Makasih ya pak" ucap Gerald dan duduk dengan pasrah di sofa. Pria itu menengadahkan kepalanya menatap langit-langit gedung. Bella ikut menjatuhkan tubuhnya di sofa yang sama. Gadis itu menyentuh bahu Gerald.
"Kita tunggu Kak Livia mungkin dia tau sesuatu" ucap Bella menenangkan.
"Siang pak" sapa seorang wanita dan berjalan dengan cepat memasuki gedung apartemen. "Tunggu" cegah security itu membuat dahi wanita yang baru saja menyapanya berkerut. "Ada apa pak?"
"Ada yang mencari nona Livia" Security itu menunjuk ke arah Gerald dan Bella yang sedang duduk tidak jauh dari dirinya berdiri.
"Makasih ya pak" Livia berjalan mendekati keduanya sembari menenteng tas belanjaan miliknya.
"Ada apa?"