Ruby Lauren dan Dominic Larsen terjebak dalam pernikahan yang tidak mereka inginkan.
Apakah mereka akan berakhir dengan perpisahan? Atau sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBintang , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Senyuman Indah
Setelah Robin meninggalkannya sendiri, Dominic terdiam di balkon mansion itu. Dia sedikit terganggu dengan ucapan Robin yang memintanya supaya membuka hati untuk Ruby, sebab wanita itu terlihat tulus.
"Tidak bisa, aku tak akan pernah membuka hati untuk wanita manapun lagi. Cukup satu kali saja, wanita sialan yang dulu itu hampir membunuhku!" gumam Dominic.
Dominic mengusap kasar wajahnya dan menenggak habis kopi yang tersisa, setelah itu dia segera meninggalkan balkon dan berjalan ke ruangan yang penuh buku, di mana ruangan itu kini menjad kamar tidur baginya.
Ketika masuk ke dalam ruangan itu, Dominic menghirup aroma buku yang selalu dapat membuatnya merasa tenang.
"Berad di sini jauh lebih tenang. Aku benci kebisingan, apalagi Ruby yang sangat mengganggu," gumam Dominic.
Dominic mengambil sebuah buku, lalu dia membawanya ke sofa dan membaca buku itu dalam kesunyian, hingga akhirnya dia terlelap.
****************
Keesokan harinya..
Sore itu, mentari perlahan meredup, meninggalkan langit dengan gradasi warna jingga dan ungu yang memikat. Di balkon rumahnya, Dominic duduk dengan segelas wine merah yang terisi penuh, namun tak tersentuh. Pandangannya tertuju pada taman yang terhampar luas di bawah, di mana istrinya, Ruby, sedang asyik dengan kegiatannya.
Sejak awal pernikahan mereka, Dominic selalu menganggap Ruby sebagai wanita yang aneh dan benalu di dalam hidupnya yang tentram. Dia tak pernah mengerti apa yang ada di benak Ruby, dan seringkali merasa terganggu dengan tingkah lakunya yang dianggapnya tak lazim.
Kali ini, di taman itu, Ruby sedang mengobati seekor burung kecil yang terluka dengan penuh kasih sayang. Dominic mengerutkan kening, "Wanita aneh itu semakin aneh saja. Seekor burung pun ingin dia obati! Dasar aneh, aku tidak menyangka akan memiliki istri yang aneh seperti ini," gumamnya.
Namun, meskipun menganggap Ruby aneh, Dominic tak bisa menyembunyikan rasa penasarannya. Dia terus mengamati Ruby dari balkon itu, tanpa berniat untuk mendekat. Wajahnya yang biasanya dingin dan datar, kini sedikit terusik oleh rasa ingin tahu yang tak tertahankan.
"Burung itu hampir mati setelah ditembak Robin, untuk apa lagi dia mengobatinya." Lanjut Dominic bergumam.
Mata Dominic tertuju pada Ruby yang sedang tersenyum lembut, menatap burung kecil itu dengan penuh perhatian.
Senyum Ruby, yang tak pernah Dominic perhatikan dengan seksama, kini tampak begitu mempesona. Sinar matahari sore yang menerpa wajah Ruby, membuat matanya yang berwarna abu-abu terang berbinar-binar seperti bintang di langit malam.
Sejenak, Dominic terpaku. Dia terpesona oleh kecantikan Ruby yang tak pernah dia sadari sebelumnya. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang, seakan ingin meloncat keluar dari dadanya. Namun, dengan cepat dia tersadar dan buru-buru mengalihkan pandangannya. Rasa malu dan kekecewaan menyelimuti hatinya.
"Kenapa aku bisa terpesona oleh wanita itu?" gumamnya, namun masih terus menatap wajah Ruby.
Dominic tak sanggup lagi menahan rasa canggung yang menyelimuti dirinya. Dia segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan balkon. Dia berjalan dengan langkah cepat menuju ruangan penuh buku, meninggalkan wine yang masih tersisa sedikit dan perasaan yang campur aduk dalam hatinya.
Pertemuan singkat itu meninggalkan jejak yang tak terduga di hati Dominic. Dia tak bisa melupakan senyum Ruby dan tatapannya yang penuh kasih sayang.
Dominic menghela nafasnya dengan kasar. "Ruby Benar-benar benalu, dia sangat mengganggu. Dia sekarang seperti mengobrak-abrik hatiku yang semula sudah tenang tanpa memikirkan wanita manapun."
...----------------...