NovelToon NovelToon
Toxic Love

Toxic Love

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen School/College
Popularitas:567
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Abigail, seorang murid Sekolah Menengah Atas yang berprestasi dan sering mendapat banyak penghargaan ternyata menyimpan luka dan trauma karena di tinggal meninggal dunia oleh mantan kekasihnya, Matthew. Cowok berprestasi yang sama-sama mengukir kebahagiaan paling besar di hidup Abigail.

Kematian dan proses penyembuhan kesedihan yang tak mudah, tak menyurutkan dirinya untuk menorehkan prestasinya di bidang akademik, yang membuatnya di sukai hingga berpacaran dengan Justin cowok berandal yang ternyata toxic dan manipulatif.

Bukan melihat dirinya sebagai pasangan, tapi menjadikan kisahnya sebagai gambaran trauma, luka dan air mata yang terus "membunuh" dirinya. Lalu, bagaimana akhir cerita cinta keduanya?

© toxic love

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9 : Bertingkah

"Iya. Aku memang melakukan kesalahan hari ini. Maaf."

Abigail menghela napas pelan. Entah mengapa, rasa bersalahnya terus menghantui pikirannya. Dia buru-buru mendekati Justin dan mencoba merangkulnya, berharap Justin tidak akan marah. Namun, Justin malah menepis pelukannya. Bahkan, dia menendang kaki Abigail sedikit.

Setelah itu, Justin pergi meninggalkannya, mengendarai motornya dengan cepat. Dia bahkan tidak peduli saat melihat Abigail menangis karena perbuatannya.

Tidak lama kemudian, Yeon kembali ke tempat itu. Dia membuka pintu mobil untuk saudara sepupunya.

"Abigail, kenapa kamu menangis?" tanya Yeon sambil bersandar ke jok mobil, memperhatikan Abigail yang tampak lelah.

“Tidak apa-apa, aku hanya merasa lelah," jawab Abigail berbohong. Tapi dari sorot matanya, Yeon tahu bahwa Abigail sedang terluka. Ada rasa sakit yang disimpan, namun Abigail terlalu takut untuk mengakuinya.

"Kamu mau langsung pulang?" tanya Yeon, dan Abigail mengangguk pelan.

Sepanjang perjalanan, bahkan hingga malam tiba, pikiran Abigail terus dipenuhi oleh Justin. Dia teringat senyuman Justin siang tadi, senyuman yang ia lihat saat pulang sekolah. Tanpa kata, Abigail teringat buku kesayangannya yang dibuang Justin ke tempat sampah. Buku itu begitu berharga baginya, karena di dalamnya tersimpan kenangan indah.

"Kenapa harus seperti ini?" gumam Abigail sambil menahan isak. Perlakuan kasar Justin membuatnya terluka.

“Tidak perlu menangis, itu hanya sebuah buku. Jika kamu menyimpan buku itu hanya karena kenangan dengan Yeon, kamu kan bisa bertemu dengannya setiap hari. Tidak perlu bersedih.”

“Tapi…” dalam hati Abigail ingin berteriak. Namun, dia menahan diri. “Sudahlah,” pikirnya.

Saat Abigail membalikkan badan, Justin sudah menyiapkan kejutan: balon-balon berterbangan di belakangnya, dan dalam pelukannya terdapat sebuah buku yang ia beri khusus untuk Abigail, seolah ingin mengikat mereka agar tetap bersama.

Hari itu penuh dengan kejutan dan kejadian tak terduga. Abigail merasa lelah, baik fisik maupun perasaannya. Melihat piala barunya, ia pun menangis, merasa bersalah atas apa yang terjadi dengan Justin. Apakah Justin benar-benar marah hanya karena ia duduk dengan seorang teman laki-laki tanpa sepengetahuannya? Apakah Justin benar-benar mencintainya? Pikiran itu terus berputar di kepalanya.

Hingga akhirnya, ia menangis lagi.

O0O

"Kamu pikir aku tidak pandai bermain?"

"Keren, brother. Datang kemari meskipun hujan-hujan begini!"

"Hanya hujan rintik-rintik," jawab Justin dengan santai.

Di sirkuit motor, Justin tersenyum. Ia dikelilingi oleh banyak wanita yang menemaninya menikmati malam. Para wanita yang mengenakan pakaian terbuka, membuat mereka menarik perhatian di jalanan.

Perlombaan motor adalah hal biasa bagi Justin, yang dikenal bukan hanya sebagai siswa populer di sekolah, tapi juga sebagai pembalap yang berani. Terlebih lagi jika melibatkan seorang wanita.

"Celine!" panggil Justin kepada salah satu wanita. Ia duduk di atas motornya, membelai dagu Celine dengan penuh keakraban. Justin bersiap untuk balapan hingga tengah malam.

"Apakah menurutmu aman, Bos?" tanya Rama yang menghampirinya.

"Aman, tak ada siswa sekolah di sini. Tenang saja," jawab Justin.

Keesokan paginya.

Bel sekolah berbunyi. Abigail duduk manis di depan kelas, dengan buku kesayangannya di tangan. Buku itu adalah pemberian dari Matthew. Meski sedikit berbau karena sempat dibuang Justin ke tong sampah, Yeon berhasil menyelamatkannya tanpa sepengetahuan Justin.

"Abi!"

Justin berjalan perlahan melewati Abigail dan Yeon, langsung merebut buku di tangan Abigail tanpa berkata apa-apa.

“Pacarmu pagi-pagi sudah aneh, ya, Bi?”

“Tidak tahu…”

“Susul saja, Bi!”

Abigail menarik napas panjang, "Justin."

Justin berbalik dan tersenyum, "Bawakan bukuku, sayang. Tenang, aku tidak marah."

Mata Abigail berbinar senang mengetahui Justin tidak marah padanya. "Bukunya di mana?" tanyanya lagi.

Justin memberikan tumpukan buku tebal pada Abigail. Abigail memeluk buku-buku itu erat, takut satu pun terjatuh dan membuat Justin marah lagi.

“Serius ini semua buku?”

Yeon, yang memperhatikan dari kejauhan, merasa kasihan melihat sepupunya. Bagaimana mungkin Justin memperlakukan Abigail seolah-olah dia adalah pelayannya? Namun, Yeon tetap memberi isyarat pada Abigail agar segera menuju lapangan.

“Cie, pacarnya si anak populer. Kok bawa buku sebanyak itu?” ejek beberapa teman Justin yang melihat Abigail kerepotan membawa tumpukan buku.

Hari itu dipenuhi dengan kegiatan olahraga pagi. Para siswa berkumpul di lapangan untuk melakukan pemanasan, sementara tim basket dan kelompok tari sibuk berlatih.

Abigail menatap dinding sekolah, "Olimpiade lagi?" gumamnya. Dia sangat tertarik dengan prestasi akademik di sekolahnya. Sebelum ayahnya meninggal, ia pernah berpesan agar Abigail terus mengejar cita-citanya. Jika Abigail mengikuti Olimpiade kali ini, ia akan semakin dekat dengan impiannya menjadi seorang dokter.

Abigail meletakkan buku Justin di meja dekat lapangan dan mengambil brosur olimpiade yang tertempel di dinding.

"Olimpiade Matematika, Fisika, Biologi, Geografi, Ekonomi…” bisiknya penuh antusias. Ini sesuai dengan jurusan IPA yang ia ambil, sekaligus langkah untuk mencapai cita-citanya menjadi dokter.

"Abigail!" suara Justin terdengar di belakangnya, "Mau apa kamu?"

"Aku ingin ikut olimpiade lagi. Semakin banyak prestasi, semakin dekat aku dengan cita-citaku sebagai dokter!"

"Jangan berlebihan!" ucap Justin ketus. Para gadis yang mengaguminya segera mendekat, penasaran dengan apa yang terjadi. Mereka berkumpul, ingin tahu saat Justin membentak Abigail.

"Abigail, kemarin kamu selingkuh!" Justin menunjukkan sebuah foto Abigail bersama seorang pria.

"Hah?" Abigail terkejut. "Itu pelanggan kakakku, Clara!”

"Jangan bohong!”

Yeon segera mendekat. "Aku tahu Abigail. Dia tidak akan melakukan itu kalau sudah berkomitmen!"

"Lihat, ada buktinya tapi masih mengelak!" ujar Justin santai namun dengan air mata yang mengalir, membuat para penggemar iba.

“Oh tidak! Abigail tidak tahu diri!”

“Pacar seperti Justin saja masih berani selingkuh?”

Abigail merasa sangat terpukul. Yeon membawanya kembali ke kelas untuk menenangkan diri dari kata-kata yang lebih menyakitkan daripada apa pun.

"Sudahlah teman-teman, ini urusan pribadi kami. Aku mencintainya, jadi masalah ini tidak berarti apa-apa,” ucap Justin mencari dukungan dari sekelilingnya.

Setelah semua bubar, Justin mencari Abigail di dalam kelas.

“Sepertinya, foto yang diberikan Justin…”

"Anak dari pelanggan Clara. Aku bahkan tidak tahu Justin akan salah paham. Makanya…” ujar Abigail pada Yeon.

"Jadi kamu menangis bukan karena lelah, tapi karena hal ini?” Abigail mengangguk.

"Kenapa tidak cerita?” tanya Yeon penasaran. Namun, keduanya langsung terdiam saat suara langkah Justin mendekat.

1
Achazia_
awas naksir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!