Valerie terpaksa menikah dengan Davin karena permintaan terakhir papanya sebelum meninggal. Awalnya, Valerie tidak tahu-menahu tentang rencana pernikahan tersebut. Namun, ia akhirnya menerima perjodohan itu setelah mengetahui bahwa laki laki yang akan dijodohkan dengannya adalah kakak dari Jean, pria yang diam-diam ia kagumi sejak SMA dulu, meskipun Jean pernah menolaknya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xxkntng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Rooftoft
"Dimana valerie?" tanya Davin terus terang.
Dilan dan Regan, yang sebelumnya tengah membahas masalah rapat tadi, tiba-tiba terdiam dan menatap Davin dengan ekspresi terkejut. Mereka merasa ada yang berbeda dari sikap Davin yang sebelumnya tidak menunjukkan perhatian terhadap Valerie.
Dilan dengan cepat mengalihkan semua kertas yang ada di kursi di sampingnya, lalu menarik tangan Davin, menyuruhnya duduk di sampingnya dengan serius. "Lo beneran udah di fase nyariin Valerie? Bukan Ceza lagi?" tanya Dilan serius.
"Lo udah inget semuanya?" Dilan melanjutkan pertanyaannya.
"Apa?"
Dilan menghela napas kasar, sedikit kesal. "Gak usah dilanjut, Gan. Gue yakin dia nyariin Valerie cuma FOMO," ucap Dilan sambil melirik Regan.
"Valerie di mana? Jawab dulu pertanyaan gue,"
"Tuh kan, lo udah mulai ngomong pakai 'lo' gue sama 'kita', lo udah inget kita ya?"
reflek Dilan dan Regan memeluk Davin erat, seakan menyadari bahwa ingatan Davin mulai kembali, dan mereka merasa lega.
"Valerie di mana dulu?" tanya Davin, sedikit terhuyung karena kebingungannya.
Regan menjawab dengan tenang, "Ada di rooftop, sama Jean."
"Ngapain?" tanyanya.
"Pacaran mungkin. Kan suaminya udah punya cewek baru. Yakali Valerie gak balas dendam juga," ucap Dilan.
"Valerie bantuin Jean bikin konten promosi di atas, shoot di atas." ucap regan menjelaskan sebelum Davin salah paham.
***
Davin melangkah cepat menaiki lift untuk menuju ke rooftop. Di sana, ia melihat Jean Shena dan Valerie yang tengah sibuk mempersiapkan materi untuk promosi. Jean tampak sedang memegang tangan Valerie, mengarahkan posisi model wanita itu dengan hati-hati untuk memastikan hasil video yang mereka buat sempurna.
Melihat pemandangan itu, Davin merasa sedikit kesal. Ada perasaan aneh yang mengusik hatinya saat melihat Jean begitu dekat dengan Valerie.
Jean, yang menyadari kehadiran Davin, segera menarik tangannya dari Valerie. Ia menatap Davin sejenak, kemudian berbicara.
"Mas Davin ngapain ke rooftop?" tanya Jean dengan terus terang.
"Saya mau ngomong sama Valerie, tapi saya nggak akan ganggu kalian, lanjutin aja," jawab Davin sambil menggeser bangku dan duduk, menatap Valerie dengan serius.
"Mau ketemu Valerie? Beneran?" tanya Jean sekali lagi, memastikan.
"Masalah konten promosi bisa nanti aja, yang penting Mas Davin bisa ngomong dulu sama Valerie," ujar Jean sambil merapikan perlengkapan photoshoot-nya.
"Aku turun dulu, Mas," tambah Jean, segera mengumpulkan barang-barangnya dan menggandeng Shena untuk pergi meninggalkan rooftop.
"Kenapa Bapak nyariin saya?"tanya Valerie blak blakan.
"Saya mau ngomong sama kamu. Duduk dulu di sini," kata Davin, sambil menarik tangan Valerie dan menyuruhnya duduk di sampingnya.
"Bapak mau ngomongin soal apa sama saya? Saya itu bukan karyawan di sini. Kalau Bapak mau bahas soal pekerjaan, Bapak ngobrol aja sama atasan saya, Pak Dilan, namanya. Dia pasti sekarang lagi di divisi Finance and Accounting Tax," jawab Valerie.
"Saya maunya ngomong sama kamu, bukan sama Dilan."
"Pak, gimana kalau kita ngobrolnya di bawah aja?" ajak Valerie, berusaha mengalihkan percakapan.
"Saya mau tanya masalah pribadi saya ke kamu. Kalau kita bahas di bawah, nanti banyak karyawan yang tahu," jawab Davin, menatap Valerie serius.
"Masalah pribadi apa? Kayaknya saya nggak punya masalah pribadi deh sama Bapak," kata Valerie.
"Saya tetep mau turun, pak. Kalau bapak masih mau tetep disini gapapa. aku bakalan turun kebawah. " ucap Valerie
Wanita itu bangkit dari duduknya, hendak pergi meninggalkan rooftop. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika pintu di hadapannya tidak bisa terbuka lagi.
"Kenapa?"
"Bapak, kok pintunya nggak bisa dibuka." Valerie terlihat panik.
"Pasti bapak kan yang kunci pintunya. " omel valerie.
Davin bangkit dari duduknya, mencoba membuka pintu itu, namun tetap tidak bisa.
"Terus ini gimana pak. saya gak mau ya disini seharian sama bapak. " omel valerie.
Valerie mengeluarkan ponselnya, mencoba menelfon Jean atau siapapun di bawah sana, namun tidak ada sinyal yang bagus untuk handphone-nya.
"Bapak usaha dong"
"Kita ke kunci disini cuma berdua lo pak. bapak gak takut kekunci cuma berdua cuma sama saya? "
"Emangnya bapak mau tidur disini sampai malam "
"Bapak bawa handphone nggak?"
"Tunggu sampai pagi, di sini sering nggak ada sinyal," ucap Davin, laki-laki itu duduk di dekat pintu, diikuti dengan Valerie yang akhirnya memutuskan duduk di samping Davin.
"Ini semua salah Bapak. Kalau Bapak nggak ngajakin saya ngobrol, saya nggak mungkin kekunci di sini sama Bapak," ucap Valerie kesal.
"Jangan-jangan ini semua rencana Bapak kan, biar Bapak bisa berduaan sama saya di sini."
"Jawab dulu pertanyaan saya, kamu istri saya atau bukan?" tanya Davin.
"Hah? Jangan ngaco, Pak. Gak mungkin lah, yakali Bapak punya selera modelan saya. " jawab Valerie cepat.
"Nggak ada yang salah kalau selera saya kamu," ujar Davin.
"Tapi Bapak sendiri yang bilang kemarin kalau Bapak itu tunangannya Bu Ceza, sekretaris Bapak," balas Valerie.
"Jadi kamu bukan istri saya?" tanya Davin, menaikkan satu alisnya menggoda wanita itu.
"Bukan lah, pak, yakali saya jadi istrinya bapak,"
"Beneran nggak mau ngakuin saya?" tanya Davin sekali lagi.
Valerie menatap lekat wajah laki-laki di hadapannya, menatapnya dengan raut wajah curiga. "Bapak kenapa tanya-tanya kayak gitu?"
"Kalau kamu bukan istri saya, nggak mungkin kan kita pernah tidur satu ranjang, habis itu pelukan?" goda Davin semakin membuat Valerie curiga.
"Bapak ngomong apasi. "
"Sejak kapan kamu manggil saya pakai 'Bapak'? biasanya pakai Lo gue. " goda Davin.
Valerie reflek menatap Davin sinis. "Lo beneran udah inget semuanya ya? Ngaku nggak lo sama gue?!!"
"Jawab dulu pertanyaan gue, "
"Iya, saya baru inget semuanya tadi pagi setelah meeting," ucap Davin.
"Jadi lo udah inget semuanya?" tanya Davin sekali lagi.
"Lo udah inget semuanya, lo tahu gue siapa?"
Davin menganggukkan kepalanya.
"Cepet banget sih ingetnya , padahal kan gue belum sempet ngelakuin hal yang selalu lo larang itu. " ucap Valerie kesal
"Kamu kok nggak ada niatan ngejar saya waktu saya amnesia, kamu kok nggak ada reaksi apa-apa waktu saya lebih milih Ceza daripada kamu?" Davin menaikkan alisnya.
"Saya kan perempuan, yakali saya ngejar ngejar bapak. "
"Kok gue jadi keterusan manggil Lo bapak si. " ucap Valerie kesal.
"Gak mau manggil sayang aja? " Davin menaikkan alisnya, menggoda istrinya.
"Davin.....diem gak Lo" omel Valerie kesal.