Yang bocil minggir dulu ya🙃
Sinopsis 👇
Mina tidak tahu ada apa dengan hubungan kakak dan kakak iparnya. Di luar mereka tampak baik tapi sebenarnya mereka menyembunyikan sesuatu.
Berawal dari penasaran, Mina memutuskan menyelidiki keduanya. Ternyata benar. Di apartemen tempat tinggal mereka, mereka bahkan tidur terpisah. Mina yang dasarnya mulut ember itu ingin melapor ke mamanya. Sayangnya sebelum berhasil, ia ketahuan oleh Foster, kakak iparnya.
Dan yang tidak pernah Mina duga, Foster malah memaksanya bermain api dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 10
Foster membaringkan dan mendudukan Mina ke sofa ruang duduk sebentar. Ia merasa tubuhnya sudah pegal-pegal akibat menggendong gadis mabuk itu. Jadi ia harus beristirahat sebentar sebelum melanjutkan membawa Mina ke kamar. Pria itu duduk di sebelah sang adik ipar sambil menatapnya lama.
"Dengar, aku sedang patah hati. Hiks ... padahal aku sudah berdandan cantik begini tapi tetap nggak bisa membuat pria itu tertarik padaku hiks ..." racau Mina lagi sambil menyenderkan kepalanya di sofa.
"Kenapa selalu aku yang nggak pernah beruntung diantara semua teman-temanku sih, hikss ..." Mina. Terus mengoceh. Lalu menggeser tubuhnya agar lebih dekat dengan suami dari kakaknya itu. Foster diam saja dan terus memijit lengannya yang terasa pegal, walau merasa terusik dengan racauan Mina yang sudah mabuk berat disampingnya.
"Apakah aku nggak cantik? Apakah aku kurang seksi? Hem?" Mina dengan sengaja bergelayut manja di bahu pria itu. Gadis itu menarik ujung dress dan menilai dirinya sendiri. Belahan rok di paha kirinya semakin naik saat gadis itu duduk menumpang kaki.
Foster sedikit terusik dengan pergerakan gadis itu yang mulai bertingkah liar. Mata tajamnya tertuju pada paha mulus gadis itu yang terpampang nyata. Dia pun meneguk air liurnya dan mengerjapkan mata. Terpesona dan terhipnotis dengan penampakan yang begitu menggiurkan.
Mata Foster mulai menelusuri tubuh molek Mina. Dan berhenti pada bibir merah penuh yang menggiurkan. Ketertarikannya pada gadis itu membuat otak kesadaran Foster mulai menghilang. Hasratnya bangkit lagi padahal ia sudah bertekad tidak akan menyentuh Mina ketika gadis itu sedang mabuk. Karena ia ingin setiap sentuhannya diingat dengan jelas oleh sang adik ipar. Tapi sepertinya malam ini pertahanannya hancur. Ia sudah sangat tergoda. Mina selalu bisa menggoda imannya.
"Kak Foster, ternyata kalau dilihat dari dekat begini, kakak sangat tampan." ujar Mina dengan tatapan sayu. Tangan halusnya mengelus lembut rahang tegas pria itu.
"Ehmm!" Foster menggeram frustasi. Ia tak tahan dengan sentuhan lembut Mina. Apalagi wajahnya yang imut dan bibirnya yang merah ranum. Ingin segera ia melahapnya.
Cupp
Sepersekian detik, Foster pun mencium liar adik Iren itu. Melu m at dalam-dalam bibir merah yang ranum. Tangannya menarik pinggang gadis itu agar semakin mendekat dan merapat padanya.
Dan entah setan apa yang merasukinya, Mina membalas ciuman panas dari kakak iparnya. Pria yang beberapa tahun lebih dewasa darinya ini memang sangat handal dalam berciuman. Sehingga membuat Mina terbuai dan menikmati sesi ciuman mereka.
Ciuman pertama dari seorang laki-laki dalam seumur hidupnya. Ciuman dari sang kakak ipar terasa lebih nikmat dan menggelora. Bisa membuat dirinya ketagihan dan melayang. Sesaat Mina lupa kalau dia sedang berciuman panas dengan kakak iparnya sendiri.
"Aaahhh!!" Keduanya mendesah di tengah sesi ciuman panas tersebut. Hasrat Foster semakin meroket naik. Tangan liarnya meremas gemas bo k o ng seksi gadis yang sedang diciumnya.
"Aaahh ..." Mina mendesah lagi saat Foster meremas kedua bukit yang masih tertutupi gaun merahnya. Dia tidak menyangka jika berciuman dengan seorang pria akan seliar ini. Seumur-umur ia pikir kalau berpacaran, hanya kontak bibir saja zona yang paling dirasa panas. Tapi dengan pria ini, Mina merasakan sentuhan lain yang membuatnya semakin terbang melayang ke udara. Lidah Foster bergerak liar dalam mulutnya, mencecap segala isi yang ada di dalam sana.
"Ayo lanjutkan dikamarku," ujar Foster dengan suara berat. Terpaksa dia harus menghentikan aktivitas liarnya bersama Mina. Ini ruang tamu, bagaimana kalau Iren tiba-tiba datang dan memergoki mereka?
Mina sendiri mengangguk setuju. Malam ini dia sedang dalam pengaruh alkohol. Jadi tidak sadar jika keputusannya ini akan
menimbulkan penyesalan yang teramat dalam di kemudian hari.
Foster lalu membopong gadis itu menuju kamarnya. Namun sebelum berhasil memasuki kamar tersebut, suara Iren menghentikannya.
"Apa yang akan kau lakukan pada adikku?"
S h i t ...
Foster menutup matanya dalam-dalam. Kenapa wanita itu sudah pulang sih? Biasanya juga jam segini dia belum ada. Mengganggu kesenangannya saja. Padahal sebentar lagi keinginannya akan terpenuhi.
"Kau yakin akan mengganggu kesenanganku malam ini?" nada pria itu terdengar tajam. Ia sudah membuat kesepakatan dengan Iren. Dan wanita itu telah berjanji tidak akan mengganggu apapun yang akan dia lakukan terhadap Mina.
Iren bersedekap dada menatap Foster.
"Kalau yang ingin kau tiduri sekarang adalah wanita lain, aku pasti tidak akan mengganggumu. Tapi itu adalah adik kandungku. Kau ingin menidurinya didepan mataku, kau pikir aku akan setuju?" suara Iren cukup tinggi.
"Aku ingat kau dan aku sudah membuat kesepakatan Iren," Foster masih bersikeras, tidak mau kalah.
"Tapi adikku sedang mabuk. Kau yakin ingin menidurinya saat dalam pengaruh alkohol seperti itu? Aku sangat mengenalinya Foster. Dan aku yakin sekali, saat dia terbangun nanti dan mendapati kau telah merenggut kesuciannya, dia akan membencimu seumur hidup. Kalau sudah begitu, kau pasti tidak akan pernah mendapatkannya lagi. Percaya padaku." ujar Iren panjang lebar. Ia hanya menyampaikan fakta.
Foster mengerang pelan. Benar kata Iren. Ia tidak mau melakukan kesalahan yang akan dia sesali seumur hidup. Kalau memang dia tidak tahan lagi merenggut kesucian Mina, ia harus mengambilnya saat gadis itu sadar dan memberikan dirinya dengan sukarela. Bukan dengan cara pengecut seperti ini. Pandangannya turun ke Mina sebentar. Gadis itu sudah mau tertidur namun matanya masih terbuka sesekali. Foster menghela napas.
"Kalau begitu kau urus dia, aku tidak yakin bisa menahan diri untuk tidak menerkamnya kalau terus melihatnya seperti ini." putusnya kemudian. Batal sudah niatnya untuk bersenang-senang dengan gadis itu hari ini.
Iren terkekeh. Foster masih laki-laki yang sama dengan laki-laki yang dikenalnya. Cukup bertanggung jawab.
"Ya sudah. Kau bawah dia ke kamarnya, setelah itu aku yang ambil alih." kata Iren. Foster lalu mengikuti apa yang Iren bilang, membawa Mina ke dalam kamar bernuansa putih tersebut.
lanjut
lanjut
lanjut
Saingannya berat Pak Agam