Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Terpaksa Berbohong • Revisi
"Haha, tentu saja bukan!" Mendengar hal itu, Juwita membalikkan badan seraya mengeluarkan tawa dengan sangat keras.
Juwita tengah berakting, merasa apa yang dikatakan Tina terdengar lucu. Padahal, saat ini jantung Juwita mendadak berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Juwita sangat takut jika Tina sampai tahu hubungannya dan Calvin. Juwita berharap reaksinya sekarang membuat Tina tidak memberi komentar lagi.
Bibir bawah Tina langsung turun ke bawah. Dia tampak cemberut dan kecewa dengan respons Juwita.
"Ish, aku serius tahu! Lihat deh baik-baik wajah anakmu benar-benar mirip dengan Pak Calvin, siapa tahu saja itu suamimu kan, habisnya kamu nggak pernah tunjukin suami kamu sama aku!" kata Tina dengan mimik muka masam.
Perlahan, Juwita menghentikan tawa.
"Um, maafkan aku Tina. Mereka hanya mirip kok, Pak Calvin bukan suamiku, bisa kiamat dunia kalau aku jadi istri Pak Calvin," kilah Juwita lalu tertawa rendah lagi, ingin mencairkan suasana agar Tina tak cemberut lagi.
"Memangnya wajah Chestel milip ya sama Paman itu?" celetuk Chester seketika. Sejak tadi mendengarkan perbincangan kedua orang dewasa tersebut.
Tina mengangguk cepat. Sementara Juwita berhenti tertawa dan mulai ketar-ketir.
"Tidak seratus persen mirip kok Sayang, hanya mirip sekilas," ucap Juwita kemudian, berharap Chester dan Tina tidak bertanya lagi.
Chester tak menanggapi, malah terdiam dengan kening berkerut samar. Anak lelaki itu tampak berpikir keras.
"Ish, mirip tahu! Kayaknya minus matamu makin tambah deh Juwi!" protes Tina.
Juwita menyengir kuda seraya melirik sekilas Chester. "Hanya mirip dan Calvin bukan suamiku."
"Ya deh ya, hehe ya sudah kalau begitu aku pulang dulu ya, mau mandi sebentar lagi malam," ujar Tina lalu memeluk sejenak Chester di samping. "Tante pulang dulu ya."
"Oke Tante, Chestel mau pipis juga," balas Chester cepat, kemudian turun dari kursi dan berlari kencang menuju toilet.
Meninggalkan Tina mengalihkan pandangan ke arah Juwita.
"Aku minta maaf ya Juwi karena tadi buat kamu nggak nyaman, aku hanya penasaran saja, karena aku kasihan sama kamu, harus ngurus anak sendirian dan kerja, pasti capek banget," ungkap Tina dengan sorot mata tampak sendu.
Juwita mengulum senyum. "Nggak apa-apa kok, kalau aku jadi kamu pasti bakalan penasaran juga siapa suami temannya, sebenarnya suami aku sudah lama meninggalkan aku, jadi ya aku nggak bisa berharap banyak, masalah muka Pak Calvin, aku juga nggak tahu kenapa mereka bisa mirip."
Juwita terpaksa berbohong. Jauh di lubuk hatinya dia merasa bersalah karena harus membohongi teman yang teramat baik padanya. Namun, apa boleh buat, demi keamanan Chester. Dia tak mau orang mengetahui keberadaan Chester. Terlalu banyak yang tahu, akan berbahaya bagi keselamatan Chester.
"Astaga, jahat sekali sih suamimu itu." Setelah mendengar penjelasan Juwita, sorot mata Tina memancarkan kesedihan yang mendalam.
Juwita tersenyum meringis. "Sudahlah, tidak usah membicarakan dia lagi, yang penting sekarang ada kamu dan Chester hidupku masih tetap berwarna."
"Hehe benar juga, ya udah aku pulang dulu Juwi, besok jangan datang terlambat lagi, kalau ada apa-apa kabari aku." Tina beranjak dari kursi kemudian.
"Iya Tina."
Secara bersamaan Chester telah kembali.
Tina spontan menggerakkan mata ke arah Chester. "Chester, Tante pulang dulu ya, bye!"
"Bye Tante!" sahut Chester dengan muka berseri-seri.
Selepas kepergian Tina, Chester mendekati Juwita yang masih sibuk merapikan belanjaan.
Chester berjinjit sejenak kala melihat Juwita menutup toples berisi gula di atas meja.
"Ma, Papa Chestel di mana sih? Chestel pengen ketemu Papa. Telus kenapa Chestel halus manggil Mama di lual dengan sebutan Tante? Memangnya kenapa?" tanya Chester tiba-tiba, perlahan sorot matanya memancarkan kesedihan.
Juwita membeku sejenak. Terhitung sudah lima kali Chester bertanya di mana papanya dan saat ini untuk pertama kalinya Chester mengatakan ingin bertemu papanya.
Juwita merendahkan tubuh kemudian memegang kedua pundak Chester.
"Maafkan Mama ya Nak. Papamu pergi meninggalkan kita dan Mama tidak tahu di mana keberadaannya sekarang. Suatu saat nanti mungkin Chester akan bertemu dengan Papa." Balasan yang sama yang selalu dilontarkan Juwita.
"Untuk masalah panggilan, ini demi keselamatanmu Nak. Di luar sana ada banyak orang yang tidak suka dengan Mama, jadi kalau di luar Chester panggil Mama dengan sebutan Tante saja ya, kalau Tante Tina tidak ada musuhnya," lanjut Juwita.
Chester terdiam.
Melihat hal itu Juwita langsung memeluk erat tubuh mungil Chester. Mati-matian dia menahan air matanya agar tak tumpah sekarang. Juwita merasa bersalah karena harus berbohong pada Chester, tapi, demi keselamatan Chester, apa pun akan dia lakukan. Meskipun harus berbohong.
Chester bergeming, membiarkan Juwita memeluknya sekarang, sampai pada akhirnya Juwita mengendurkan pelukan.
"Sudah sekarang Chester mandi, sebentar lagi kita sholat sama-sama," kata Juwita lagi, kemudian bangkit berdiri.
"Oke Ma," sahut Chester, kali ini mukanya tak sedih seperti tadi. Datar, tanpa ekspresi sama sekali.
Juwita mengulum senyum. "Iya, Chester jangan berpikiran yang aneh-aneh lagi ya."
"Oke deh! Kalau begitu Chestel mandi dulu!"
Juwita mengangguk. Setelah itu Chester bergegas pergi ke kamar, mengambil handuk dan memutuskan untuk mandi.
***
Keesokan paginya, sebelum berangkat berkerja Juwita menitipkan Chester di rumah pak RT. Juwita sangat bersyukur pak RT dan istrinya mau mengurus Chester di kala dia sedang bekerja. Kedua orang tua itu sudah lama tidak memiliki anak dan saat melihat Chester. Pasangan yang sudah tidak muda itu langsung jatuh hati kepada Chester.
Setelah pamit undur diri kepada Chester, pak RT dan istrinya. Juwita bergegas ke halte hendak menunggu angkutan umum. Akan tetapi, baru saja sampai, terdengar suara seseorang dari belakang.
"Juwita, kamu kah itu? Istri Calvin, 'kan?"
HADEH ini Gustav maksud nya apa bikin panas Calvin???
tapi bagus Juwita udah berani berkata-kata utk melawan Calvin, ayoooo Menyala lah Juwita ku 🔥🔥🔥
harus berani balas kata-katanya Calvin sekarang