Ditalak ketika usai melahirkan, sungguh sangat menyakitkan. Apalagi Naura baru menginjak usia 20 tahun, harus kehilangan bayi yang dinyatakan telah meninggal dunia. Bagai jatuh tertimpa tangga dunia Naura saat itu, hingga ia sempat mengalami depresi. Untungnya ibu dan sahabatnya selalu ada di sisinya, hingga Naura kembali bangkit dari keterpurukannya.
Selang empat tahun kemudian, Naura tidak menyangka perusahaan tempat ia bekerja sebagai sekretaris, ternyata anak pemilik perusahaannya adalah Irfan Mahesa, usia 35 tahun, mantan suaminya, yang akan menjadi atasannya langsung. Namun, lagi-lagi Naura harus menerima kenyataan pahit jika mantan suaminya itu sudah memiliki istri yang sangat cantik serta seorang putra yang begitu tampan, berusia 4 tahun.
“Benarkah itu anak Pak Irfan bersama Bu Sofia?” ~ Naura Arashya.
“Ante antik oleh Noah duduk di cebelah cama Ante?” ~ Noah Karahman.
“Noah adalah anakku bersama Sofia! Aku tidak pernah mengenalmu dan juga tidak pernah menikah denganmu!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Makan Bersama
Tampak biasa saja usai meneguk hampir setengah isi minuman milik Naura, sementara wanita itu jengkel sekali melihat sikap pria itu. Jika masih menjadi suaminya memang Irfan selalu suka minum satu gelas dengannya, begitu juga saat makan inginnya sepiring berdua dengan Naura, katanya biar romantis.
Namun, buat saat ini tidak berlaku kata romantis bagi Naura, yang ada ia jijik.
“Irfan, kalau kamu haus harusnya pesan minuman sendiri. Ini kenapa malah kamu minum punya Naura!” tegur Adiba yang sejak tadi memperhatikannya.
“Loh punya Naura, aku pikir punya Mama, makanya aku langsung minum,” jawab Irfan penuh dusta, dan pura-pura tidak tahu, ya kali aja ia tidak tahu itu milik siapa. Sudah jelas gelas tersebut ada di sisi kanan Naura bukannya di sisi Adiba.
Wanita paruh baya itu berdecak, lalu memanggil waiters untuk memesan minuman untuk Naura.
“Gak usah berpura-pura tidak tahu segala, yang duluan datang ke sini itu Mama atau kamu. Terus kenapa kamu tidak makan siang saja sama istrimu itu. Dia ada di sini kok,” celetuk Adiba dengan raut wajah sebalnya.
“Oh, ada di sini juga? Kenapa aku tidak tahu ya, Mam.” Lagi-lagi Irfan pura-pura tidak tahu, padahal dari notif mobile banking yang ia terima tercatat jelas nama toko emasnya berada di mana. Dan dengan sengajanya bahunya menyentuh bahu Naura yang kini sedang menikmati makanannya.
“Ck, pura-pura saja terus, Irfan! Gak berlaku buat Mama,” tegur Adiba, lantas ia memesan minuman kembali buat Naura saat waiters menyambanginya.
“Mbak, saya juga minta menu yang sama seperti ini,” tunjuk Irfan ke sebelahnya. Ya, Naura.
“Baik Pak, paket nasi sop buntutnya satu dan satu porsi sate ayam,” ujar waiters tersebut saat melirik ke piring wanita itu.
“Iya, pokoknya sama,” balas Irfan menegaskan biar tidak salah pesan. “Sekalian jus alpukatnya satu,” lanjut kata Irfan.
“Baik Pak, kalau begitu mohon ditunggu sebentar,” pinta waiters tersebut sebelum berpamitan.
Lagi, Naura mendesis pelan melihat kelakuan Irfan, maksudnya apa memesan makanan dengan menu yang sama dengannya? Dan satu lagi sejak kapan pria itu menyukai jus alpukat, setahu dia Irfan sama sekali tidak suka dengan buah alpukat.
Tatapan penuh kecurigaan melayang dari sirat mata Adiba, sementara Naura yang merasa tidak suka dengan kehadiran pria itu agak memiringkan tubuhnya dan kembali menyuapi Noah, lantas pria itu yang menyadari sikap cuek Naura agak mendesah.
“Jangan-jangan nih anak alasan saja habis meeting, padahal ingin melihat Naura,” tebak batin Adiba.
“Noah tadi habis main di mana sama Oma?” tanya Irfan basa basi dengan tubuhnya ikutan miring di belakang punggung Naura. Dan wanita itu bisa merasakan hawa hangat karena ada tubuh Irfan, terpaksa ia menggeser duduknya agar punggungnya tidak menempel dengan tubuh mantan suaminya.
“Nih, orang maksudnya apa sih, duduk pakai dempet-dempet segala! Udah tahu di sebelahnya masih lega kok!” gerutu batin Naura kesal.
“Celu Papi, adi Noah ain cama Ante. Anti Noah uga au ain lagi cama Ante,” balas Noah usai menelan isi mulutnya dengan mengacungkan kedua jempolnya. Sinar mata bocah tampan itu menyiratkan kebahagiaan.
“Kirain Noah main sama Oma, ternyata sama Tante Naura toh.”
Noah mengangguk lalu kembali membuka mulutnya saat Naura kembali menyuapinya.
“Wih hebat anak Papi kayaknya makan banyak nih,” puji Irfan melihat isi sendok yang disuapi Naura menul-menul.
Bocah tampan itu mengangguk senang. “Noah senang dicuapi ama Ante,” ujar Noah dengan mulutnya yang penuh.
“Dede, tadi Tante bilang apa, makan dulu baru bicara ya. Nanti Dede bisa keselek,” pinta Naura dengan lembutnya.
“Oke Ante.”
Melihat interaksi Naura dan Naoh membuat hati Irfan menghangat, sekaligus merasa bersalah. Dan, tanpa ia sadari mata hitam legamnya berbinar-binar.
“Permisi Pak, ini pesanannya.” Waiters menyajikan pesanan Irfan, minuman yang dipesan Adiba di letakan ke sisi Naura, begitu juga dengan jus alpukat.
“Jusnya untukmu,” ujar Irfan sangat pelan dan terkesan dingin saat meletakkan jus alpukatnya.
Naura hanya mengernyitkan keningnya tanpa mengucapkan terima kasih pada Irfan, toh ia tidak memintanya, dan wanita itu tidak membutuhkan perhatian pria itu! Jadi terjawab mengapa Irfan memesan jus alpukat, karena itu jus kesukaan Naura.
“Ehmm.” Adiba berdehem pelan pada Irfan, dan membuat pria itu menyadari jika ada mamanya yang sedang memperhatikannya. Lantas, pria itu langsung mengalihkan perhatiannya ke makanannya tanpa memandang mamanya.
“Perhatian sekali kamu sama Naura? Apa sekarang mau mencoba selingkuh sama sekretaris papamu ini? Padahal Naura habis difitnah oleh teman istrimu yang sholehah itu pas kami jumpa. Memfitnah jika Naura menjadi sekretaris plus-plus papamu itu! Mama yang sangat mengenal Naura, sangat marah mendengar fitnahan teman istrimu itu!” ujar Adiba agak meninggi volume istrinya.
Irfan yang baru makan beberapa suap langsung berhenti, lalu menatap mamanya dengan hatinya yang terasa ngilu.
“Aku hanya menawarkan jus aja Mam sama Naura, bukan memberikan perhatian kok. Lagian aku juga gak mungkin selingkuh dengan sekretaris papa yang sekarang jadi sekretarisku. Aku sudah memiliki Sofia. Dan aku tidak menyangka jika ada orang berpikir seperti itu pada Naura.” Benarkah Irfan tidak ada niatan untuk berselingkuh? Apalagi pada saat mengucap kata Sofia begitu pelan.
“Syukurlah kalau kamu tidak ada niatan seperti itu, apalagi kamu sangat mencintai istrimu itu, istri yang sering memukul anaknya sendiri! Dan, perlu kamu ketahui Naura sudah punya calon suami. Kemungkinan besar sebentar lagi mereka akan menikah. Benarkan, Naura?” tanya Adiba sembari mengedipkan salah satu matanya pada wanita itu.
Naura agak gelagapan, namun secepat kilat ia berusaha tampak tenang. “Iya Bu, mohon doanya tahun ini saya akan menikah,“ balas Naura masuk dalam kebohongan yang diciptakan Adiba.
Pias lah wajah Irfan, nafsu makannya hilang saat itu juga, alat makan yang ia pegang lepas begitu saja ke atas piringnya. Irfan sepertinya lupa jika status Naura telah sendiri dan berhak bersama pria lain, apalagi mereka sudah berpisah selama empat tahun.
“Oh, mau menikah,” ujar Irfan sembari melirik Naura dengan kilatan matanya yang berapi-api.
Bersambung ... ✍️
emang pas nikah orang tuanya ga datang??? ga di kenalin
kan ngelawak sebab ceritanya di Indonesia
kalo di luaran kan cuma kedua pengantin udah sah