Arina khumaira putri seorang ibu rumah tangga, dengan 3 orang anak yg masih kecil yang dipanggil Bunda, Anak pertama bernama Muhammad Gala Samudera berumur 8 thn dipanggil Gala, Anak kedua seorang perempuan bernama Arumi Chintya Ananda berumur 3 tahun dipanggil Rumi, Anak ketiga bernama Muhammad Raihan Al Gibran di panggil Al.
Aku harus meninggalkan rumah bersama ketiga buah hatiku dan kota tempat kami tinggal secara diam- diam tanpa sepengetahuan suamiku dengan bantuan sahabatku astrid, akibat kekerasan fisik yang aku dapatkan dari suamiku seminggu yang lalu membuat aku membulatkan tekad ku untuk pergi meninggalkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sha-Queena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Kemarahan Astrid
Plakk....Plakk...
Dia menamparku lagi yang kedua kalinya, dan ini yang terparah karena kiri kanan pipiku dia tampar....
Seketika diri ku merasa pusing sekali akibat tamparannya, dan membuat tubuh ini menjadi oleng. Ku kumpulkan tenagaku buat berdiri kembali sambil memegang kedua pipiku.
Setelah perasaanku sudah agak tenang, aku sudah tak melihat dia lagi di hadapanku, dan yang kuliat adalah anak-anakku yang sudah berdiri semua didepan kamar sambil menangis.
Ya Allah apakah mereka melihat lagi pertengkaran ini? Aku sudah sangat lelah dengan keadaan seperti ini, seperti mau pergi jauh dan bersembunyi tanpa ada siapa pun juga.
"Sini sayang" pangilku kepada anak-anakku sambil aku menghapus air mataku yang masih menetes sejak tadi.
Mereka bertiga langsung memelukku sambil menangis, namun kaka Gala keliatan begitu sangat marah, Aku tak tahu apakah dia melihat Aku ditampar oleh ayahnya atau tidak, tapi sepertinya sulungku melihat lagi yang kedua kali sehingga tampak dari wajahnya yang sangat marah.
"Bunda mana yang sakit" kata sulungku sambil dia memegang kedua pipiku yang pastinya masih sangat merah
"Tidak ada kok Nak, Bunda baik- baik saja" Aku tidak mau anakku jadi khawatir, dan jadi pikiran karena mereka belum waktu nya untuk memikirkan hal berat seperti itu, mereka itu hanya boleh sehat dan bahagia saja.
" Kok tidak ada Bunda?" Itu pipi Bunda merah semua tapi Bunda bilang tidak apa-apa sih" sulungku komentar sambil menatapku tajam seolah-olah mencari kejujuran di mataku dari ucapanku barusan.
"Ayah itu jahatttttt Bunda" teriak sulungku sambil menangis, dan aku langsung memeluk erat kaka Gala karena aku merasa anakku itu shock dan tertekan sekali, dengan kejadian yang tidak berselang sehari sudah melihat kekerasan lagi.
Aku takut anakku akan jadi seperti diriku yang mempunyai trauma dengan kekerasan fisik, yang sudah aku liat sejak kecil dan aku bawa sampai sekarang.
"Sayang jangan berkata begitu ya tidak baik mengatakan Ayah jahat.....Syah tidak jahat tapi mungkin Ayah lagi khilaf dan lagi banyak kerjaan dikantor jadi Syah lagi pusing"
" Memang tidak jahat namanya itu Bunda kalau main pukul-pukul....kan itu pasti sakit sampai merah begitu" protesnya lagi sambil menghapus air matanya
Ya Rabbi anakku yang masih seumur begitu yang mana dia hanya tahunya untuk bermain....bahagia....senang- senang namun harus dihadapkan dengan permasalahan kami orang tuanya yang sangat rumit.
"Sudah ya nak masalah orang dewasa biarlah jadi pemikiran kita orang dewasa....kaka Gala tidak usah pikirkan masalah Ayah sama Bunda ya" bujukku ke sulungku
Aku mengajak mereka duduk disofa untuk menenangkan kaka Gala, yang sepertinya masih belum bisa terima keadaan ini.
Kedua adiknya langsung bermain lego dikarpet, karena mereka berdua memang belum mengerti apa yang terjadi, beda dengan kaka Gala walau masih berumur 8 thn tapi dia sudah bisa melihat mana perlakuan yang baik dan yang tidak.
Ku coba menenangkan sulungku dengan mengelus-ngelus kepalanya, agar hatinya bisa tenang dari rasa amarah terhadap perlakuan Ayahnya kepadaku.
" Sayang sebentar ada Tante Astrid kesini, dan bunda mau keluar bersama tante astrid, nanti kaka gala sama adik-adik bunda antar ke rumah nenek ibu ya "panggilan buat ibuku dari anak-anak.
"Bunda mau kemana?" tanyanya
"Bunda ada urusan sedikit nak sekalian mau beli bahan-bahan buat puding pesanan Tante Astrid" Aku tak memberitahu kaka Gala kalau Aku juga mau kerumah sakit, untuk visum nanti dia akan bertanya - tanya lagi, sedangkan aku tidak mau anakku jadi berpikir untuk masalah ini, cukuplah aku saja yang menyelesaikannya.
"Tapi nanti dirumah ibu kaka Gala tidak usah ya cerita tentang kejadian dirumah ini, apalagi sampai nanti kaka Gala bilang Bunda habis ditampar sama Ayah" Aku ingatkan anakku karena aku tak mau nanti timbul masalah baru lagi kalo keluargaku bereaksi.
"Iya Bunda kaka Gala tidak akan cerita-cerita kok" jawabnya lirih
"Kaka Gala memang anaknya bunda anak sholeh dan paling pintar, mau mendengarkan Bunda dan mengerti keadaan bunda saat ini....sayang banyak-banyak Bunda sama kaka Gala" sambil Aku mencium kepala anakku.
"Rumi juga sayang banyak-banyak kaka Gala" rumi memeluk sulungku.
"Cayang anyak - anyak uga cama kaka" sibungsu ikutan memeluk kedua kakaknya
MasyaAllah....aku jadi terenyuh melihat ketiga anakku, yang begitu saling menyayangi saling memberi kasih sayangnya dalam versi mereka anak - anak.
Tanpa kusadari air mataku terjatuh melihat mereka berpelukan seperti ini.
"Ya Allah, jadikanlah anak-anakku beruntung dunia akhirat, lembutkan hatinya, muliahkan akhlaknya, jauhkan dari kemaksiatan, istiqomah dijalan yang Engkau ridhoi, jadikan penyejuk hatiku dan kebanggaanku...Aminn" doaku dalam hati untuk anak-anakku
Saling menyayangi lah kalian nak hingga dewasa dan jauh dari pertengkaran yang bisa membuat kalian berjauhan.
Tok...tok...."Assalamu Alaikum" ucap seseorang didepan
Aku segera berdiri dan kedepan untuk membukakan pintu, dan dari suaranya Aku tahu ini siapa yang datang.
"Waalaikum salam" jawabku sambil Aku membuka pintu dan ternyata benar dugaanku, sahabatku Astrid yang sudah datang kerumah.
"Masuk As...kok malah diam didepan pintu" tanyaku
"Itu pipi kamu kenapa Rin?keduanya lagi merah begitu, terus itu mata kamu juga bengkak begitu?" tanya nya horor begitu sambil melotot melihatku
"Ayo masuk dulu As kedalam, kok baru datang sudah naik tuh darah tingginya" Aku coba untuk menggoda
"Jawab pertanyaanku ARINA KHUMAIRA PUTRI" dengan suaranya agak keras dan sepertinya Astrid dalam mode lagi marah dan tidak mau bercanda karena dia sudah memanggilku dengan namaku yang lengkap.
"Iya As akan kujawab tapi masuk dulu lah, masa kita mau cerita sambil berdiri begini didepan pintu" bujuk ku agar Astrid tidak dalam mode marah begini.
Akhirnya Astrid masuk sambil melewatiku, dan Aku mengikuti nya dari belakang setelah aku menutup pintu.
Kami berdua pun memilih duduk diruang tamu, agar anak-anak diruang tengah tidak terganggu dengan pembicaraan kami orang dewasa.
"As kita bicara disini saja ya, karena anak-anak ada diruang tengah sekarang lagi bermain" ucapku
"Kamu mau minum apa nih As biar aku siapkan dulu, dan biar bisa buat adem tuh hati yang lagi ndak bagus kayaknya" Aku menggodanya lagi
"Sudahlah Rin tidak usah bercanda lagi dan lagian Aku tidak haus dan kalo Aku haus Aku bisa ambil sendiri kan seperti biasa...cepat cerita itu kenapa pipi sama mata kamu" jawabnya masih dengan mode ketus
"Uffft....baiklah As tapi janji ya jangan pakai marah atau emosi kalo Aku sudah cerita" bujukku karena aku tau kalo astrid tau aku habis ditampar lagi sama suamiku, dia akan marah dan Aku takut nanti anak-anak jadi takut lagi.
"Aku tak mau anak-anakku jadi ketakutan lagi kalo dengar kamu marah As" mohonku
"Iya....cepetan cerita Rin"
Kuceritakan semua kejadian tadi tanpa Aku kurangi dan tambahkan ke Astrid, dan seperti yang sudah Aku prediksi akan seperti apa reaksinya setelah aku cerita.
"Dasar bangs*t tuh laki-laki beraninya sama perempuan, mau Aku pakekan daster kali ya sekalian biar jadi perempuan" emosi astrid tak terbendung lagi
"Aduh As kan tadi aku sudah bilang jangan emosi, takut nya anak-anak semakin takut dan trauma" aku bermohon ke astrid untuk memelankan suaranya.
"Kita kerumah sakit sekarang buat VISUM"
terutama suamimu biar tahu diri