Raka adalah seorang pemuda biasa yang bermimpi menemukan arti hidup dan cinta sejati. Namun, perjalanan hidupnya berbelok saat ia bertemu dengan sebuah dunia tersembunyi di balik mitos dan legenda di Indonesia. Di sebuah perjalanan ke sebuah desa terpencil di lereng gunung, ia bertemu dengan Amara, perempuan misterius dengan mata yang seakan memiliki segudang rahasia.
Di balik keindahan alam yang memukau, Raka menyadari bahwa dirinya telah terperangkap dalam konflik antara dunia nyata dan kekuatan supranatural yang melingkupi legenda Indonesia—tentang kekuatan harta karun kuno, jimat, serta takhayul yang selama ini dianggap mitos.
Dalam perjalanan ini, Raka harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk rasa cintanya yang tumbuh untuk Amara, sembari berjuang mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik cerita rakyat dan keajaiban yang mengikat mereka berdua. Akan tetapi, tidak semua yang bersembunyi bisa dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ihsan Fadil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19: Saat Takdir Berputar
Raka dan timnya berdiri di tepi simbol bercahaya itu. Cahaya biru yang berkilauan mulai berputar-putar seperti pusaran angin yang memiliki daya tarik tak terlihat. Setiap langkah mereka terasa lebih berat saat mereka mendekati cahaya tersebut. Tak satu pun dari mereka mampu mengabaikan perasaan takut yang menyelinap dalam diri mereka.
“Apakah kita benar-benar siap?” Arjuna berbisik sambil memegang pergelangan tangannya yang bergetar.
Amara menggigit bibirnya. “Kita sudah memutuskan untuk maju, Arjuna. Tak ada pilihan lain selain berani menghadapi ini.”
Raka memandang kedua temannya dengan tekad yang telah ia kumpulkan. “Kita tidak bisa berpaling sekarang. Jika kita mundur, kita akan selalu bertanya-tanya tentang apa yang bisa kita temukan. Jika kita maju, kita harus siap menghadapi semua yang ada di depan.”
Keputusan itu telah diambil. Tanpa berpikir panjang, mereka bertiga melangkah mendekati pusaran cahaya itu. Begitu mereka menempatkan diri dalam lingkaran cahaya yang berputar, mereka merasakan sensasi yang tak bisa mereka jelaskan.
---
Mata mereka terasa berkunang-kunang. Udara berputar di sekitar mereka dengan cepat, seakan memaksa mereka masuk ke dalam pusaran cahaya yang berdenyut lembut itu. Dalam sekejap, perasaan mereka seperti ditarik ke suatu tempat yang jauh. Mereka kehilangan kendali atas tubuh mereka, seakan-akan segala yang mereka kenal sedang ditarik oleh kekuatan yang jauh lebih besar.
Seketika, cahaya itu meredam segala suara—semua yang mereka dengar hanya kesunyian yang menekan hati. Perasaan dingin, tekanan, dan ketakutan mulai menguasai diri mereka.
“Kita harus tetap bertahan,” bisik Raka dengan suara gemetar.
Begitu cahaya itu mulai mereda, mereka mendapati diri mereka berada di lokasi yang sama sekali berbeda. Udara di sekitar mereka terasa berbeda—sejuk dan berbau tanah basah yang asing.
“Di mana kita sekarang?” tanya Arjuna sambil memeriksa lingkungan baru di sekitar mereka.
Mereka berdiri di sebuah lembah yang dipenuhi oleh pepohonan besar dan suasana yang menyejukkan tetapi juga aneh. Cahaya matahari menembus celah-celah dedaunan yang tinggi, menciptakan pemandangan yang eksotis dan memukau, tetapi juga memiliki nuansa mistis yang sulit dijelaskan.
“Kita di tempat yang berbeda,” ujar Amara sambil memandangi peta yang ia bawa. “Ini bukan jalur yang kita kenal sebelumnya.”
Raka mengamati lingkungan tersebut dengan cermat. “Apakah ini tempat yang sama dengan simbol sebelumnya?”
Amara memeriksa peta dengan seksama. “Saya tidak tahu. Tapi tempat ini penuh dengan rahasia yang belum kita pahami.”
Mereka mulai berjalan perlahan-lahan, mengeksplorasi lembah yang dipenuhi pepohonan dan jalan setapak yang berliku-liku. Setiap langkah mereka terasa semakin mendalam, seakan setiap pohon memiliki cerita dan misteri yang siap mengungkapkan kebenarannya jika mereka mau mendengarkan.
Tiba-tiba, mereka mendengar langkah-langkah di kejauhan—langkah yang berbeda dari langkah mereka sendiri. Jantung mereka berdebar lebih cepat. Mereka saling berpandangan dengan ketakutan.
“Siapa itu?” tanya Arjuna dengan suara berbisik.
“Tenang,” Raka berusaha menenangkan diri sambil mendekatkan tangan ke senter yang masih ia pegang. “Kita harus tahu dulu apa ini.”
Mereka mempercepat langkah, berusaha mendekati sumber suara tersebut. Saat mereka sampai di dekat sebuah pohon besar, mereka melihat sosok yang sedang berdiri di sana—sosok itu berbatik dan memiliki aura yang sama sekali berbeda dari yang mereka kenal sebelumnya.
“Siapa mereka?” kata sosok itu dengan suara yang lembut tetapi tegas.
Raka dan timnya saling berpandangan. Sosok tersebut jelas bukan musuh, tetapi aura yang dipancarkannya mengisyaratkan bahwa ia memiliki pengetahuan tentang tempat ini.
“Kami hanya petualang yang mencari petunjuk,” ujar Raka dengan hati-hati.
Sosok itu memandang mereka sejenak, lalu tersenyum. “Kalian telah sampai di tempat yang sangat penting. Tapi kalian harus tahu—semua ini adalah tentang pilihan.”
Arjuna berbisik, “Kita mendengar kata itu sebelumnya—pilihan. Apa maksudnya?”
Sosok itu menghela napas dan memandangi ketiga petualang itu dengan serius. “Setiap perjalanan memiliki konsekuensi. Kalian bisa memilih untuk berhenti di sini dan kembali ke jalur yang kalian pahami, atau melanjutkan untuk menggali lebih dalam ke rahasia yang menanti di ujung ini.”
Amara melangkah maju. “Apa yang harus kita ketahui tentang rahasia ini?”
Sosok itu tertawa lembut dan berkata, “Kebenaran sering kali pahit, dan kebenaran ini akan menguji keberanian, pengorbanan, dan ketulusan hati kalian.”
Tim mereka berdiam sejenak. Perasaan mereka saling bertentangan—antara ingin mundur untuk menghindari bahaya atau melanjutkan petualangan ini untuk menemukan jawaban yang mereka cari.
“Kami memilih untuk melanjutkan,” ujar Raka dengan tekad yang mengeras di wajahnya.
Sosok itu mengangguk dan memutar tangannya, memanggil cahaya lembut dari pohon-pohon di sekitar mereka. “Jika demikian, kalian harus siap. Rahasia ini tidak akan membiarkan kalian berjalan dengan mudah. Setiap langkah adalah pertaruhan, dan hanya yang berani menghadapi ketakutanlah yang bisa menemukan kebenarannya.”
Dengan kata-kata itu, sosok itu menghilang begitu saja, meninggalkan mereka dengan kebingungan yang semakin dalam.
“Jadi apa sekarang?” tanya Amara sambil memeriksa lingkungan sekitar mereka.
“Kita terus berjalan,” kata Raka dengan tegas. “Kita sudah memilih jalannya. Sekarang kita harus berani untuk menghadapi apa yang akan datang.”
Dengan langkah mantap, mereka melanjutkan perjalanan mereka melalui lembah yang penuh rahasia ini. Takdir mereka kini berputar—ke mana jalur ini akan membawa mereka, hanya waktu yang bisa menjawabnya.
Akhir Bab 19