Fujimoto Peat, aktris papan atas yang dimanja oleh dunia glamor berlibur ke pulau tropis. Di sana ia bertemu Takahashi Fort yang merupakan kebalikan sempurna dari dunianya.
Pertemuan mereka memicu percikan antara pertemuan dua dunia berbeda, keanggunan kota dan keindahan alam liar.
Fort awalnya menolak menjadi pemandu Peat. Tapi setelah melihat Peat yang angkuh, Fort merasa tertantang untuk ‘’mengajarinya pelajaran tentang kehidupan nyata.’’
Di sisi lain, ada satu pasangan lagi yang menjadi pewarna dalam cerita ini. Boss, pria kocak yang tidak tahu batasan dan Noeul, wanita yang terlihat pemarah tapi sebenarnya berhati lembut.
Noeul terbiasa menjadi pusat perhatian, dan sikap santai Boss yang tidak memedulikannya benar-benar membuatnya kesal. Setiap kali Noeul mencoba menunjukkan keberadaannya yang dominan, Boss dengan santai mematahkan egonya.
Hubungan mereka berjalan seperti roller coaster.
Empat orang dalam hubungan tarik ulur penuh humor dan romansa, yang jatuh duluan, kalah!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bpearlpul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Destinasi
Setelah mengajak Peat menyelam, Fort membawanya ke berbagai tempat indah di pulau. Setiap perjalanan diwarnai dengan komentar sinis Peat dan candaan Fort yang menggoda.
‘’Kenapa aku harus berjalan sejauh ini hanya untuk air terjun? Aku bisa melihat yang lebih bagus di kota besar,’’ keluh Peat.
Fort yang berjalan di depannya berhenti dan berbalik, menatapnya dengan senyum lebar. ‘’Tapi di kota besar, air terjun tidak punya pemandu tampan seperti aku, kan?’’
Peat mendengus. ‘’Aku lebih suka GPS, setidaknya dia tidak banyak bicara.’’
......................
Saat mendaki bukit, Fort sengaja membantu Peat dengan gaya romantis, hanya untuk membuatnya terpeleset sedikit.
‘’Oh, hati-hati. Jangan sampai jatuh... ke pelukanku,’’ goda Fort.
‘’Kau lebih baik fokus pada jalan daripada berlagak seperti pangeran di drama murahan,’’ balas Peat berjalan pergi.
Begitu mereka sampai, Peat terdiam. Air terjun itu menjulang tinggi, dengan air jernih yang memantulkan sinar matahari menjadi pelangi kecil. Suaranya yang gemuruh menenangkan. Peat tanpa sadar tersenyum.
Fort yang memperhatikannya dari samping tersenyum puas. ‘’Jadi, aku tetap bicara, ya?’’
Peat meliriknya. ‘’Diamlah. Aku sedang menikmati pemandangan di depanku.’’
......................
Destinasi berikutnya adalah gua misterius di sisi barat pulau. Fort dengan bangga menceritakan legenda gua itu, bagaimana dulu para bajak laut menyembunyikan harta karun di dalamnya.
‘’Tapi sekarang hanya ada kelelawar di sini,’’ tambah Fort sambil mengedipkan mata.
Peat menaikkan alis. ‘’Jadi kau membawaku ke tempat yang penuh kelelawar? Kau tahu aku seorang aktris, kan? Kalau aku digigit dan terkena sesuatu, kau akan mengganti rugi?’’
Fort mengangkat bahu. ‘’Kalau itu terjadi, aku akan menjagamu sampai sembuh. Tidak usah khawatir, aku pria yang bertanggung jawab.’’
‘’Pria yang bertanggung jawab tidak akan membawa tamunya ke sarang kelelawar,’’ balas Peat.
Namun, begitu mereka masuk, suasana gua yang dipenuhi cahaya alami dari celah-celah di atas membuat Peat takjub. Stalaktit dan stalagmit berkilauan seperti berlian.
Fort tersenyum bangga. ‘’Kau selalu berpikir buruk tentangku.’’
Peat mengangkat bahu. ‘’Aku akui, tempat ini luar biasa.’’
Fort menatapnya dengan penuh kemenangan. ‘’Itu artinya aku berhasil membuatmu terkesan dua kali hari ini. Aku merasa seperti pemandu terbaik di dunia.’’
‘’Jangan besar kepala,’’ kata Peat sebelum kembali menatap keindahan gua.
......................
Tempat terakhir adalah padang bunga liar di lembah kecil. Jalan menuju ke sana lebih mudah, dan Fort terlihat sangat bersemangat menunjukkan tempat ini pada Peat.
‘’Aku yakin tempat ini akan jadi favoritmu.’’
Peat terdiam. Hamparan bunga liar berwarna-warni sejauh mata memandang terlihat seperti lukisan hidup. Angin sepoi-sepoi membawa aroma manis bunga, membuat suasana menjadi sempurna.
‘’Ini... cantik sekali,’’ gumamnya tanpa sadar.
Fort yang berdiri di sampingnya tersenyum lebar seperti biasa. ‘’Aku tahu kau akan suka.’’
Peat menoleh padanya. ‘’Kau benar-benar tahu cara membuat orang terkesan. Apa ini bagian dari pesonamu sebagai pemandu?’’
Fort terkekeh. ‘’Itu hanya sebagian kecil. Sebagian besar, kau sendiri mengetahuinya.’’
Peat mendengus, tapi ada senyum di wajahnya. ‘’Dasar bajingan.’’
‘’Dan kau terlalu angkuh. Tapi aku rasa itu yang membuat kita cocok.’’
‘’Siapa bilang kita cocok?’’
Fort mendekat sedikit, menyipitkan mata sambil tersenyum nakal. ‘’Wajahmu bilang begitu.’’
Peat balas menatapnya dengan sebelah alis terangkat. ‘’Kau memang lumayan... Tapi belum cukup untuk membuatku jatuh cinta.’’
Fort mendesis menatap kepergian wanita itu. ‘’Dia kembali menjadi dirinya. Padahal kemarin malam masih memesona.’’