NovelToon NovelToon
Obsessed

Obsessed

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / BTS / CEO / Mengubah Takdir / Bad Boy
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: OrchidCho

Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.

Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.

Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Limitation

Kedua nya masih bertaut dalam pemandian air panas, namun Hana memaksa melepaskan ciúmàn itu dari Leon.

"Hhhh.. Hhh" Hana terengah-engah setelah berhasil melepaskan ciûmàn Leon.

"Aishh" jengkel lagi Hana yang langsung menjauh dari Leon, tidak terima Hana menyipratkan air pada wajah Leon.

Splaaashh

Leon reflek memejamkan matanya, terlihat nampak jelas bibir Leon yang berubah menjadi pink. Bukannya marah Leon malah menyisir rambutnya dengan jemarinya, bahkan ketampanannya berkali lipat.

"Jangan lakukan lagi" peringat Hana yang bangkit dari air begitu saja tanpa sehelai pun dan berjalan naik serta mengambil handuk kering. Air berjatuhan dari tubuhnya, Leon bahkan membiarkan Hana lewat.

Hana melilitkan handuk kering pada tubuhnya dan berjalan ke ruang ganti tadi.

Selang beberapa lama nya, Leon masih berada disana menikmati air panas, sedangkan Hana melihatnya sinis sebelum benar-benar keluar dari pemandian dengan membawa tas isi pakaiannya.

Leon hanya mendengar nya keluar tanpa melihat ke arah nya saja cukup membuat Leon tersenyum.

"Dia sangat menggemaskan, seharusnya aku tahan" monolog Leon yang makin merendam tubuh putihnya dalam pemandian air panas tersebut yang pikirannya penuh dengan Hana.

Bahkan Hana menatap sinis pada punggung polos Leon, sembari keluar dari pemandian.

Leon hanya tersenyum kecil, membayangkan ekspresi wajah Hana.

Hana pun menuju sebuah kamar penginapan, yang ternyata sangat bagus dan lumayan luas, kamar dengan nuansa Jepang, bahkan adanya kasur lantai khas Jepang.

"Oh, not bad. Mereka juga memberikan cemilan" ucap monolog Hana melihat beberapa cemilan khas Jepang disediakan bersama teh hijau dengan dua cangkir teh.

Tak curiga Hana mulai mengganti baju nya menjadi baju tidur, dan memulai merawat wajahnya, ia pun memakai masker wajah dengan santai.

"Aku tidak membawa yang satunya, tapi.. Ini juga bagus" tutur Hana setelah memakai masker wajahnya.

Lalu terdengar suara pintu nya bergeser, Hana pun langsung melihat siapa yang masuk dengan keadaan maskeran wajah. Terlihatlah Leon yang masuk dengan pakaian kemeja hitam dan celana hitamnya.

"Kenapa kau bisa disini?" Tanya Hana melihat Leon yang dengan santainya berjalan.

"Ini kamarku" santai Leon.

"Tidak mungkin" seingat Hana dirinya lah yang memegang kuncinya.

Saat melihat kuncinya ia baru tersadar, soal staff tadi yang meminta maaf soal salah memberikan kunci, ternyata dirinya lah yang mudah dibodohi.

"Apa ada masalah?" Tanya Leon dengan santai menuang teh hijau namun pas saat Leon mengendusnya itu bukanlah Teh melainkan sake Jepang.

"Kenapa repot-repot membuang ua-"

"Apa kau ada masker lagi?" Tanya Leon menyela Hana, dan menaruh kembali cangkir nya.

"Ada, kau mau? Kau sudah cuci muka?" Ujar Hana yang mencari lagi masker wajah untuk Leon.

"Beri aku satu" terang Leon yang melihat Hana sibuk.

Pertanyaan Hana jadi teralihkan, saat sudah ada masker ditangannya.

"Biar ku bantu" ucap Hana yang memasangkan masker wajah pada Leon, Leon tetap diam membiarkan Hana mengatur sendiri bahkan dengan santai menyentuh wajah Leon.

"Aku tidak masalah, aku sudah terlalu lelah untuk berdebat" tutur Hana yang memungut sisa masker untuk dibuang.

"Lelah? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Leon nada nya tetap dingin namun ada khawatir dari dirinya.

"Tidak, direktur James memberikan ku voucher dapat diskon untuk bisa menikmati pemandian ini, dan untuk sementara aku akan tinggal disini" jelas Hana yang telah selesai memasang masker Leon, malah dirinya lah membuka maskernya karena sudah selesai, wajahnya nampak bersih.

"Butuh tempat tinggal baru? Aku punya apartemen kosong, kau mau?" Tawar Leon dengan santai.

"Bukan itu. Rumahku jendelanya rusak, karena pencuri. Jadi untuk sementara aku memanggil pekerja untuk membetulkan jendela nya" tolak Hana yang duduk mengambil cangkir yang Leon tuang isinya.

"Pencuri?" Ulang Leon.

"Tidak ada yang hilang, kurasa pencuri nya tahu tidak ada yang berharga di rumahku" terang Hana yang langsung menenggak isi cangkir tersebut ia terkejut karena tenggorokannya sangat panas karena yang ia minum bukanlah teh melainkan sake.

"Ini bukan teh!" Pekik Hana

Leon yang berpikir tak menggubris Hana, apa penguntit itu yang melakukannya? Kenapa sampai mencuri? Apa yang dia cari? Mungkinkah dia..

"Mungkin saja ayahmu?" Tanya hati-hati Leon.

Hana menatap Leon kali ini sorot matanya nampak serius, yang seharusnya tidak menyebut kata itu.

"Tidak akan mungkin, dia sudah mati" ucap cepat Hana dengan suara dingin nya yang berbeda.

"Kurasa tidak-"

"Apanya yang tidak?! Tidak menjalankan kewajiban sebagai ayah, dia sudah ku anggap mati" terdengar nada nya semakin tinggi dan sensitif.

Leon menjadi diam menatap Hana lalu ia menuang kembali sake ke cangkir Hana yang sudah kosong. Bukan menuang untuk Hana tapi untuk nya sendiri dan langsung meminumnya.

Bahkan Leon meminum bagian yang sedikit mengenai bekas bibir Hana di cangkir.

"Sebegitu membencinya kenapa tidak tinggal di luar negeri? Kenapa menetap disini? Aku bisa membawamu keluar" Tanya Leon bahkan menawarkan diri.

"Tentu saja tidak semudah itu, Tuan Leon" terang Hana bahkan membawa embel-embel tuan.

"Kalau begitu katakan kapan saja, aku bisa membawamu keluar" tutur Leon.

"Aku akan menolak itu" singkat Hana.

Karena pakai kasur lantai hanya satu namun diberi bantal dua, Hana membatasi dengan beberapa bantal ditengah. Hana tidur disebelah kanan sedangkan Leon sebelah kiri.

"Ini batas, jangan sampai melewatinya" tutur Hana.

"Kenapa perlu pakai itu? Bukankah kita pernah tidur bersama" terang Leon yang membuka masker wajahnya nampak sangat glowing.

"Maka dari itu aku hanya ingin menjaga batasan, supaya tidak salah lagi" ucap Hana ia memperingati dirinya juga, karena ia tidak ingin salah kira dengan perasaan nya.

"Apa maksudnya" ucap Leon yang tidak mengerti tapi tetap ikut tidur disamping Hana dengan batasan beberapa bantal Jepang disana.

Leon mengalah malah asik bermain ponselnya, ia sebenarnya ingin mencari tahu siapa yang masuk ke rumah Hana.

"Matikan lampunya, aku tidak bisa tidur dengan lampu menyala" perintah Leon yang masih memainkan ponselnya.

"Kau saja, saklar nya ada disana" unjuk Hana dengan mulutnya letaknya dekat Leon.

"Aku? Kamar ini siapa yang bayar?" Tak mau mengalah Leon dengan santai tanda nya menyuruh Hana.

"Baiklah, Tuan" jawab Hana lagi dengan kata tuan, seraya bangkit dan menuju saklar lampu.

Tek

Suasana gelap menyelimuti ruangan, bahkan Hana tidak bisa melihat apapun didepannya dan juga Leon mematikan layar ponselnya.

"Oh! Aku tidak bisa lihat apapun, ini sangat gelap" ujar Hana yang tangannya menjulur untuk meraba, dan melangkah sedikit demi sedikit.

Bahkan Leon ikut terdiam tidak memberikan cahaya, padahal dia melihat siluet Hana, dan ia masih asik mengerjai nya.

Kaki Hana tak sengaja menginjak kaki Leon membuat terkejut dan tubuhnya ambruk ke depan.

"Oh!" Pekik Hana yang tubuhnya terhuyung ke depan.

Buk

Tubuh Hana jatuh tepat diatas Leon wajahnya mendarat didada bidang nya. Tangannya bahkan menyentuh dada bidang Leon.

Tangan kanan Leon terulur memegang puncak kepala Hana

"Kau tidak apa? Ini yang kau maksud batasan?" Tanya Leon dengan suara deep voice nya.

Tersadar Hana yang langsung berguling ke kiri tempat yang seharusnya ia tidur, bahkan berguling melebihi batas kasur lantai membuat lutut nya beradu dengan lantai kayu.

"Akhh" rintih Hana keluar begitu saja sambil mengusap lututnya.

"Jangan membuat suara aneh" peringat Leon lagi dengan suara rendahnya.

"Bukan begitu" jawab Hana sambil memposisikan dirinya di kasur lantai kembali.

"Jika tidak, aku bisa membuatmu menjerit kesakitan malam ini" peringat lagi Leon dengan suara deep voice nya.

Hana mengantupkan mulutnya rapat-rapat dan menyelimuti dirinya.

1
Atthaya Raisya AqiLah
mampir thor,, ceritanya bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!