Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Ikatan Diatas Kertas.
Sebuah mobil berwarna hitam membawa Bara dan Arumi meninggalkan kota, keduanya duduk di kursi penumpang sementara seorang supir tengah melajukan mobilnya. Bara menyenderkan tubuhnya di punggung kursi, dia mulai menutup matanya rapat dengan kedua tangannya dilipat didada. Sementara Arumi, gadis itu nampak menikmati perjalanan mereka, kedua mata indahnya terus menatap keluar jendela dengan sebuah senyuman manis diwajahnya.
Setelah menempuh perjalanan hampir enam jam lamanya, mobil mulai melambat saat hendak memasuki sebuah gerbang. Gerbang itu terbuka otomatis, membawa mobil tersebut memasuki halaman sebuah rumah mewah. Sepanjang jalanan masuk dikelilingi pepohonan yang rindang dan ada sebuah taman bunga yang tertata rapi.
Sang sopir menghentikan mobilnya di depan teras rumah, pria berusia 40 tahun itu membukakan pintu mobil untuk dua majikannya. Bara berkacak pinggang dan menghembuskan nafas kasar, sambil matanya menatap ke arah bangunan rumah dihadapannya.
"Apa kakek tidak salah memilihkan tempat untuk berbulan madu? Aku pikir kakek akan mengirim kita keluar negeri, kenapa malah kita dikirim ke tempat yang sepi seperti ini." Bara menggerutu, pasalnya tempat mereka berdiri sekarang memang terletak di pinggiran kota. Tempat itu sangat jauh dari kata keramaian, bahkan jarak rumah tersebut dari rumah yang lainnya saling berjauhan.
"Tapi aku suka disini Mas, tempatnya bagus dan udaranya masih sangat sejuk. Besok pagi kita jalan-jalan pagi ya Mas? Aku ingin berkeliling dan melihat sunrise,"
Bara menoleh ke arah Arumi yang terus tersenyum, pandangan gadis itu terus mengedar melihat ke sekeliling. Apakah gadis ini tidak mengalami ketakutan seperti dirinya? Padahal mereka hanya akan berduaan saja dirumah itu selama seminggu ini, tanpa ada gangguan kakek, tante Sherly dan Cia.
"Memangnya kamu tidak takut tinggal disini? Masalahnya kita hanya akan tinggal berdua saja selama seminggu disini," tanya Bara.
"Takut sama apa Mas? Sama hantu?" Arumi tertawa renyah, "Mana ada hantu ditempat seperti ini Mas, yang ada justru pemandangan yang sangat indah."
Sayangnya kegelisahan itu tidak dirasakan oleh Arumi, gadis itu terlihat biasa-biasa saja. Setelah supir menurunkan barang-barang mereka turun dari bagasi, seorang pelayan wanita datang dan membantu membawakan barang-barang mereka masuk sampai ke dalam kamar yang terletak di lantai dua.
"Tuan muda, Nona, silahkan beristirahat, saya akan menyiapkan makanan dulu untuk makan siang. Jika Tuan dan Nona membutuhkan sesuatu, Tuan dan Nona bisa memanggil saya dibawah," ujar pelayan wanita berusia 30 tahunan itu.
"Terimakasih. Oya, nama mbak siapa?" tanya Arumi dengan sopan.
"Nama saya Retno, Non."
"Terimakasih Mbak Retno," ucap Arumi sekali lagi.
"Oya Non, sekalian saya mau bilang kalau saya tidak menginap, nanti saya akan datang setiap jam 6 pagi dan akan pulang setiap jam 5 sore. Nanti setiap sebelum pulang saya akan menyiapkan makan malam dulu untuk Tuan dan Nona, jadi malamnya Nona hanya tinggal memanaskannya lagi saja,"
Arumi menoleh ke arah Bara sebentar, kemudian dia kembali menatap Mbak Retno. "Ke-kenapa Mbak tidak tinggal saja disini?"
"Tidak Non," jawab Mbak Retno singkat. "Kalau begitu saya turun dulu Non, permisi," pamitnya.
Setelah Mbak Retno keluar, Arumi kembali menoleh ke arah Bara, wajah suaminya itu terlihat sangat gusar dan gelisah.
"Mas, jadi kita hanya akan berdua saja di rumah ini?" tanya Arumi pelan.
"Tadikan aku sudah bilang, memangnya kamu tidak dengar?" Bara membalikkan tubuhnya dan berjalan mendekati sofa, dia membuka jaketnya dan mendudukkan dirinya diatas sofa.
Arumi berjalan mendekat setelah sempat terdiam sejenak. Sepertinya tidak ada yang perlu ditakutkan walaupun mereka hanya akan tinggal berdua dimalam harinya. Toh selama dua minggu ini, semuanya aman-aman saja. Mereka kan sudah ada kontrak, jadi Bara tidak akan mungkin berani macam-macam dengannya.
"Kalau begitu aku mau bersih-bersih sama ganti baju dulu ya Mas."
"Hhmmm," jawab Bara singkat.
Arumi mengambil kopernya dan menariknya sampai ke sisi ranjang, dia menaikkan koper tersebut ke atas ranjang dan mulai membuka resletingnya.
"Mas!" panggil Arumi, Bara langsung menoleh kearahnya.
"Ada apa lagi?" tanya Bara, baru saja dia ingin bernafas tenang.
"Kok isi kopernya bukan baju-baju aku sih?"
Bara mengernyitkan keningnya, dia bergegas bangun dan mendekati sang istri untuk melihat isi koper istrinya itu.
"Isinya jadi baju-baju seksi semua, Mas. Siapa yang sudah menukar baju-bajuku ya?" seingatnya tadi dia memasukkan baju-baju miliknya ke dalam koper, setelah itu dia meminta tolong pada mbak Mirna untuk mengeluarkan kopernya dari dalam kamar dan memasukkannya ke dalam mobil.
Bara meraih pakaian-pakaian yang ada didalam koper Arumi dan membolak-balikkan baju-baju itu satu persatu, ini memang bukan baju-baju yang biasa Arumi kenakan. Isi koper itu adalah baju-baju baru semua, baju-baju minim bahan.
"Ini pasti ulah si tua itu. Astaga, sepertinya kakek benar-benar ingin menguji imanku yang tipis ini," batin Bara sembari mengusap wajahnya kasar.
Sebelumnya, Tuan Abian memang sudah menyuruh asisten Roy untuk membelikan pakaian-pakaian itu dan meminta Mirna untuk mengganti pakaian yang ada di dalam koper Arumi dengan pakaian-pakaian itu. Tuan Abian hanya ingin Bara dan Arumi memiliki bulan madu yang indah dan berkesan untuk keduanya.
"Ya sudah kamu pakai saja baju-baju ini, kita tidak mungkin pergi membelinya lagi. Akan memakan waktu satu jam perjalanan untuk mendapatkan toko baju jika dari sini," ucap Bara.
"Tapi mas..." Arumi nampak ragu-ragu, pasalnya selama ini dia tidak pernah memakai pakaian yang terlalu terbuka seperti itu jika didepan seorang pria. Jikapun iya, dia akan menambahkan cardigan atau sweater untuk menutupi bagian atasnya.
"Kenapa? Lagipula tidak ada yang melihat ini, hanya ada aku dan kamu,"
"Justru itu Mas, aku takutnya kamu..."
Bara segera memotong ucapan Arumi, "Tenang saja, aku tidak tertarik dengan tubuhmu. Tubuhmu tidak ada menarik-menariknya dimataku,"
Menurut Bara, tubuh Arumi tidak seseksi tubuh Monica. Monica adalah seorang model hingga dia harus pintar merawat tubuh. Untuk ukuran dada saja, ukuran dada Monica jauh lebih mon-tok ketimbang milik Arumi.
Dengan ragu-ragu Arumi mengambil satu dari pakaian-pakaian itu dan masuk ke dalam kamar mandi. Setelah pintu kamar mandi tertutup rapat, Bara mendudukkan kembali dirinya di atas sofa dan menghembuskan nafas kasar berkali-kali. Bara tidak habis pikir, bisa-bisanya kakeknya memiliki pikiran untuk mengganti pakaian Arumi dengan pakaian-pakaian seksi. Sepertinya kakeknya sangat berpengalaman sekali untuk urusan seperti ini.
Bara mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, dia menghubungi asisten Roy.
"Tolong kirimkan beberapa baju untuk Arumi, sepertinya kakek sudah menukar baju-baju Arumi dengan baju-baju seksi semua," perintah Bara, dia memang belum tau jika asistennya itu juga terlibat dalam hal ini.
"Baik Tuan, tapi sepertinya tidak bisa hari ini, baju-bajunya baru bisa sampai disana besok," jawab asisten Roy.
"Ya sudah tidak apa-apa, yang penting dia jangan memakai pakaian-pakaian seperti itu dihadapanku! Aku tidak mau mataku ini sampai ternodai oleh wanita lain selain Monica."
Asisten Roy terkekeh mendengar suara Tuan mudanya yang nampak uring-uringan itu.
"Kenapa Tuan? Anda takut khilaf ya? Padahal saya menunggu kekhilafan anda itu," canda asisten Roy.
"Aku tidak mungkin khilaf, Monica jauh lebih..."
Bara menggantung kalimatnya saat pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka lebar, nampak Arumi keluar dengan memakai sebuah dress pendek tanpa lengan berwarna biru muda, bagian bawahnya memiliki belahan sampai ke paha hingga menampakkan kaki jenjangnya yang putih dan mulus.
Glek!
...🍁🍁🍁...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...