"Dewa Penghancur"
Kisah ini bermula dari seorang pemuda bernama Zhi Hao, yang sepanjang hidupnya selalu menjadi korban penghinaan dan pelecehan. Hidup di pinggiran masyarakat, Zhi Hao dianggap rendah—baik oleh keluarganya sendiri, lingkungan, maupun rekan-rekan sejawat. Setiap harinya, ia menanggung perlakuan kasar dan direndahkan hingga tubuh dan jiwanya lelah. Semua impian dan harga dirinya hancur, meninggalkan kehampaan mendalam.
Namun, dalam keputusasaan itu, lahir tekad baru. Bukan lagi untuk bertahan atau mencari penerimaan, melainkan untuk membalas dendam dan menghancurkan siapa saja yang pernah merendahkannya. Zhi Hao bertekad meninggalkan semua ketidakberdayaannya dan bersumpah: ia tak akan lagi menjadi orang terhina. Dalam pencarian kekuatan ini, ia menemukan cara untuk mengubah dirinya—tidak hanya dalam penampilan, tetapi juga dalam jiwa dan sikap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 05: Kitab Penghancur Surga
"Tetua, mohon ampun atas keberanianku bertanya. Apakah arti dari 'kemiripan' yang Anda sebutkan? Aku juga belum pernah merasakan ada kekuatan tersembunyi dalam diriku," kata Zhi Hao dengan penuh kebingungan.
"Ikutilah aku!" suara Tetua Wi Dar terdengar misterius. Dia kemudian mendekati sebuah Cermin dan, dengan langkah yang memukau, menembusnya seolah-olah lembut. Zhi Hao terpaku, matanya membulat tak percaya. "Ayo masuk, jangan ragu-ragu."
Ketidakpastian tergambar jelas di wajah Zhi Hao. Meski bingung bagaimana mungkin Cermin itu bisa ditembus, dia tidak mengajukan pertanyaan lebih lanjut, bertekad menemukan jawabannya. "Mungkin dibalik ini semua tersembunyi rahasia kekuatanku. Aku harus bangkit, tak boleh lagi aku merasa diri ini tak berguna," batinnya dengan tekad yang membara.
Dengan dorongan keberanian yang baru, Zhi Hao mengambil langkah mantap menuju Cermin. Secepat kilat, dunianya berubah—ia kini berada di atas sebuah Pulau yang melayang di langit yang tidak terbatas.
"Tempat ini adalah Makam Dewa Penghancur. Ia meninggalkan catatan-catatan penting dan aku adalah penjaganya," ungkap Wi Dar dengan nada suara yang penuh rahasia dan misteri.
"Lihatlah dan bukalah Peti itu. Isinya akan membimbingmu menuju kekuatan yang luar biasa!" sambil tersenyum misterius, Tetua Wi Dar memberi Zhi Hao sebuah pandangan yang menantang.
Dengan langkah gontai namun penuh tekad, Zhi Hao mendekati Peti Mati, matanya bersinar terang bak cahaya harapan yang terselip diantara kegelapan. Dengan rasa hormat yang mendalam, ia menangkupkan kedua tinjunya di depan dada, berseru dalam suara yang dipenuhi kekhusyukan, "Jika memang ini takdir yang telah dituliskan untukku, semoga kekuatanmu mengalir ke dalam diriku dan menjadi bagian dari takdir yang akan aku ukir!"
Di kejauhan, melalui bayangan di cermin yang pelan-pelan memudar, Wi Dar mengamati dengan mata berkaca-kaca, menyampaikan pesan terakhir, "Semoga beruntung, Bocah Manusia!"
Dengan nafas yang memburu, Zhi Hao mulai mendorong tutup Peti Mati itu. Beratnya bukan main, seakan mempertanyakan keberanian dan keteguhan hati Zhi Hao. Ketika tutup peti itu terangkat, hawa dingin dan kekuatan purba mulai menerpa wajahnya, membuat Zhi Hao nyaris tak bisa berdiri, namun ia tetap bertahan, karena ia tahu, momen ini adalah momen yang akan mengubah seluruh jalannya kehidupan.
Tiba-tiba, sebuah sosok misterius melayang di udara, memancarkan aura Energi yang telah tersisa, peninggalan dari mereka yang telah berpulang untuk pewarisnya. Sosok tersebut menatap tajam ke arah Zhi Hao. "Anak Muda, panggil aku Guru!" ujarnya dengan suara yang menggema dalam hati Zhi Hao.
Dengan hormat, Zhi Hao segera membungkukkan badan dan menabrakkan kepalanya ke lantai seraya berkata, "Zhi Hao memberi salam pada Guru!" Rasa bahagia meluap-luap dalam dirinya, sebuah kegembiraan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
"Takdir telah membawamu kepadaku dengan cara yang luar biasa," lanjut sosok tersebut dengan nada penuh misteri. "Meskipun kekuatan sejatimu belum terbangkitkan, Kitab yang kumiliki akan menghantarkanmu pada kejayaan tak terkalahkan. Ingat, anak muda, kekuasaan bukan segalanya. Jadilah dirimu yang sebenarnya."
"Saya akan mengukir petuah Guru di dalam hati saya," respons Zhi Hao dengan tekad yang menyala. "Saya akan menjadi murid yang tidak akan mengecewakan Guru."
"Kamu memang layak untuk ini. Waktu keberadaan sisa jiwaku takkan lama lagi, gunakan waktu itu untuk berlatih dengan giat," nasihat sang Guru, suaranya mulai memudar. "Satu hal lagi yang perlu kau tahu. Temukan orang yang menguasai Teknik yang ada dalam Kitab ini. Dialah Murid Pengkhianat yang harus kau hadapi dan kalahkan dengan tanganmu sendiri."
Kata-kata itu bagai guntur yang menggelegar di telinga Zhi Hao, membuatnya bersumpah akan menemukan dan menghadapi Murid Pengkhianat itu, mengakhiri pengkhianatan dengan keadilan yang diajarkan oleh Gurunya. Sebuah janji yang akan membawa perubahan besar dalam hidupnya.
“Tapi, bagaimana bisa saya mengalahkannya, Guru? Sedangkan dia lebih awal mempelajarinya!” tanya Zhi Hao.
“Ada satu Kitab yang aku letakkan di Sebuah Rumah. Itu adalah Versi Lengkap dari Kitab Penghancur Surga. Jadi jika kamu mampu menguasai seluruhnya. Kamu akan bisa mengalahkannya. Tapi tentu saja Kultivasi yang kamu miliki haruslah tinggi. Setidaknya mencapai Raja Dewa.”
"Mustahil," keluh Zhi Hao dengan nada penuh kekecewaan.
"Aku telah mempersiapkan beberapa benda penting di dalam Cincin Penyimpanan ini untuk pewarisku. Darahmu adalah kuncinya, teteskan pada cincin di jariku ini." Kata-kata terakhir Sang Guru terdengar jelas sebelum sosoknya mulai memudar menjadi kabut tipis. "Penuhilah janjimu," bisik suara itu pada angin yang berhembus perlahan.
“Baik Guru, saya bersumpah untuk menemukan dan membunuhnya.” Zhi Hao mengukir sumpahnya.
Zhi Hao menunduk dalam-dalam, memberikan penghormatan terakhir pada gurunya yang kini hanya tinggal kerangka. Dengan hati yang bergetar, ia mengambil cincin di ibu jari sang Guru dan menggigit ujung jari sendiri.
Setetes darah merah jatuh ke cincin, yang seketika menyerapnya dan memancarkan cahaya menyilaukan sekeliling.
Tiba-tiba, dunia di sekeliling Zhi Hao berubah. Ia kini berdiri di sebuah rumah besar dengan taman obat yang luas, diiringi rasa kenyamanan yang mendalam.
"Tempat apa ini sebenarnya?" gumam Zhi Hao sambil berdiri di depan pintu rumah yang terlihat tua dan usang. Dengan hati yang berdebar, ia mengetuk pintu dan berseru namun tak satupun menjawab. Ia mendorong pintu dan terkejut karena pintu itu tak terkunci.
Langkahnya gontai memasuki rumah yang terasa menyimpan seribu misteri. "Apakah ini benar rumah yang Guru maksudkan?" bisiknya dalam hati yang penuh keraguan sambil terus melangkah maju. Di tengah-tengah ruangan, sebuah Kitab terapung secara misterius, seakan menanti kedatangannya.
"Kitab Penghancur Surga!" Zhi Hao bergumam kagum dan terpukau. Nama itu sendiri berat dan penuh dengan kuasa. Ia menarik nafas dalam-dalam, lalu dengan tangan yang gemetar, mendekat untuk mengambilnya.
Zhi Hao lalu duduk bersila dengan khidmat, menarik nafas panjang sebelum perlahan membuka kitab yang akan mengubah jalannya nasib. "Bab Pertama. Ini adalah tentang pengolahan Energi...." Suara jantungnya berdegup kencang sambil matanya menelusuri setiap kata dengan penuh antisipasi, memulai perjalanan yang akan menentukan masa depannya.
tampar aja.
klo ada kesempatan bunuh sekalian, dri pd jdi duri dalam talam. wkwkwk