Kelahiran Dewa Penghancur

Kelahiran Dewa Penghancur

01: Sampah Tak Berguna

Zhi Hao kesal dan letih. Setiap hari, sejak fajar hingga senja, ia mengayunkan pedangnya ribuan kali di halaman belakang rumahnya yang luas, berharap akan ada kemajuan dalam kemampuannya. Namun, setiap kali, yang ia rasakan hanyalah lelah yang mendalam dan rasa frustrasi yang semakin menggunung. Tubuhnya berkeringat, otot-ototnya menegang, namun kemahirannya tetap di tempat yang sama.

Dalam keheningan malam, Zhi Hao duduk termenung di tepi kolam. Refleksi wajahnya di air kolam menunjukkan raut kekecewaan yang mendalam. "Menjadi putra pertama seharusnya membawa keberkahan, tapi aku? Hanya menjadi sumber kekecewaan," gumamnya pelan. Rasa malu menghantui setiap sudut pikirannya, terutama saat mengingat ejekan dan hinaan yang sering ia terima karena dianggap lemah.

Zhi Hao menghela nafas panjang, mencoba meredakan kekacauan dalam hatinya. "Apakah hidupku akan terus seperti ini? Terjebak dalam ketidakberdayaan tanpa ada harapan untuk berkembang?" tanyanya pada diri sendiri. Dia tahu, keluarganya, terutama ayahnya, mengharapkan lebih dari dirinya.

Dalam keputusasaannya, Zhi Hao menatap langit yang ditaburi bintang. "Apakah aku harus menyerah? Atau terus berusaha tanpa arah yang jelas?" Bisik hatinya mencari jawaban. Dia tahu, dia tidak ingin terus dihina atau diejek. Namun, apa daya jika segalanya tampaknya telah ditakdirkan?

Malam itu, Zhi Hao memutuskan, esok hari ia akan mencari guru lain, mendalami ilmu bela diri dari sudut yang berbeda.

Mungkin, di tempat lain, dengan cara lain, ia bisa menemukan jalan untuk membuktikan dirinya, tidak hanya kepada keluarganya, tapi terutama kepada dirinya sendiri.

*

Fajar baru saja menyingsing di ufuk timur, namun Zhi Hao telah terbangun dan mempersiapkan diri untuk menghadapi hari yang menantang.

Perlengkapan pedangnya tergantung di pinggang, mengkilap dalam sinar pagi yang lembut.

Meski dikenal sebagai Tuan Muda Klan Zhi dengan keahlian menggunakan pedang yang luar biasa, pandangan orang-orang sekitarnya terhadapnya tak lebih dari sekedar rasa iba. Mereka melihatnya, namun mata mereka kosong, seolah Zhi Hao adalah bayangan tanpa substansi.

Apa gunanya kemahiran dalam berpedang tanpa bisa menggunakan Energi. Bahkan dengan anak kecil berumur sepuluh tahun saja Zhi Hao kalah dalam pertarungan. Dimana salah satu menggunakan Energi sedang dia hanya Tenaga Fisik yang tak bisa menyerang dalam jarak jauh.

Zhi Hao menghela napas panjang, mengusap wajahnya yang belum sepenuhnya terlelap dari tidur malam. "Beginilah nasib Putra Sulung Klan Zhi. Begitu menyedihkan," gumamnya lirih, suaranya penuh dengan kekecewaan yang mendalam. Setiap kata yang terucap membawa beban kesedihan yang hanya bisa dirasakannya sendiri.

Tiba-tiba, langkah ringan terdengar mendekat dan sebuah suara menyapa, "Oh Kakak. Mau kemana pagi-pagi begini?"

Zhi Long, adiknya, muncul dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Namun, dibalik senyum itu, Zhi Hao bisa membaca ketidakikhlasan. Ia tahu, semua kebaikan yang ditunjukkan Zhi Long hanya topeng yang menyembunyikan niat sebenarnya.

Zhi Hao menoleh, matanya menatap dalam ke arah adiknya, mencoba menembus topeng yang dipakai Zhi Long. Dengan suara yang lebih mantap, ia berkata, "Adik, kamu akan menjadi pewaris nantinya. Jaga Klan." Kata-katanya bukan hanya sebuah pesan, tapi juga sebuah peringatan dan harapan bahwa Zhi Long akan mengemban amanah tersebut dengan lebih layak.

Dengan langkah yang berat, Zhi Hao melanjutkan perjalanannya, meninggalkan Zhi Long yang masih berdiri di sana dengan senyum yang perlahan memudar.

Angin pagi yang sejuk meniupkan daun-daun kering di jalanan, mengiringi langkah Zhi Hao yang semakin menjauh, seolah-olah mengerti beban yang dipikulnya.

“Tetua Mo. Pastikan dia tidak kembali!”

Seorang Tetua tiba-tiba muncul, ia adalah pelindung Zhi Long. “Baik Tuan Muda.” Tetua Mo kembali menghilang layaknya asap.

**

“Tuan Muda Zhi Hao dengan langkah tegap meninggalkan kediaman Klan Zhi yang megah. Di punggungnya, ia menggendong tas kulit yang berisi pakaian dan pedang warisan dari Nyonya,” lapor seseorang.

Di balik tirai jendela, Patriark Zhi memperhatikan sosok putra terakhirnya yang kini menjauh, berusaha keras menyembunyikan kegundahan hatinya. Dengan perasaan berat, ia memerintahkan pengawal pribadi untuk melindungi Zhi Hao dari kejauhan tanpa diketahui olehnya.

"Pergilah dan pastikan dia selamat," perintah Patriark Zhi dengan suara yang tegas namun terdengar penuh kekhawatiran. Pengawal mengangguk seraya membungkuk, kemudian segera bergerak cepat dan efisien, mengikuti jejak Tuan Muda dari kejauhan.

Setelah Pengawal pergi, Patriark Zhi kembali ke dalam kesendirian kamar kerjanya. Dia berdiri di tepi jendela, menatap langit yang mulai gelap hendak Hujan, berbicara pada dirinya sendiri, "Maafkan aku, Wei. Aku telah berjanji akan menjaga putramu, tapi aku tak bisa melakukannya.”

***

Di jantung Kota Linggau, Klan Zhi mengepakkan sayap kekuasaannya sebagai klan yang tak terkalahkan, hanya tersaingi oleh satu Klan lagi di puncak hierarki.

Teknik Pedang Petir yang mematikan, simbol kebanggaan Klan Zhi, merupakan gabungan sempurna antara kecepatan halilintar dan keganasan badai.

Namun, sayangnya, Putra sulung Klan Zhi dikenal sebagai 'Sampah.' Sebuah gelar yang memilukan dan menyakitkan, yang jika tidak ada, mungkin saja Klan Zhi sudah lama menduduki tahta tertinggi.

Namanya Zhi Hao, dan reputasi sebagai 'Sampah' itu menyertainya bak bayang-bayang kelam.

Saat itu di tengah hiruk-pikuk pasar Kota Linggau.

Beng!

Sebuah tendangan brutal mendarat di punggung Zhi Hao. Gemuruh kejutan menggema di antara keramaian.

Dengan tekad yang membara, Zhi Hao bangkit. Matanya menyalak api ketika ia menyodorkan tatapan tajam pada pelaku. "Mengapa kau menendangku?" amuknya seraya menggenggam erat gagang pedang Peninggalan Ibunya.

"Menendang 'Sampah' perlu alasan?" balas si penendang sinis, diapit oleh dua penjaga yang siap menghunus pedang.

Geram, Zhi Hao mengertakkan gigi, membakar rasa malu dan marah yang bergolak dalam dadanya. Dengan pakaian yang tersiram debu dan harga diri yang terluka, Zhi Hao tahu, hari itu bukan hanya tentang bertahan, tapi tentang memulihkan kehormatan yang telah terinjak. Namun, ia bisa apa tanpa kekuatan?

"Dia bukan apa-apa. Sampah yang tak layak bahkan untuk disentuh!" Xiao Bei menertawakan Zhi Hao yang terhina, keangkuhannya menyebar seolah wabah.

Zhi Hao menahan amarah, mengunyah pil kepahitan, dan berjalan menjauh tanpa kata.

"Cih, sungguh memalukan! Katanya Klan terkuat? Tapi lihat, dia terima hinaan tanpa balas!" Xiao Bei menghina dengan nada sinis, menambah luka pada kebanggaan yang sudah terkoyak.

Zhi Hao menggertakkan gigi, coba menahan gejolak dalam dada.

"Kak Bei, bagaimana dia berani? Keluarganya saja telah membuangnya. Melawan Kak Bei, bukankah itu sama dengan menyerah pada kehinaan?" Xiao Lui menimpali, berdiri di samping, matanya menyorot tak percaya.

Di sekitar mereka, kerumunan mulai berkumpul, menyaksikan adegan memilukan ini. Namun, tak ada satupun yang peduli atau bergerak untuk membantu Zhi Hao, si "sampah tak berguna Klan Zhi". Privasi dan martabatnya, semuanya telah dirampas di depan publik yang acuh.

Terpopuler

Comments

Adhie

Adhie

awal yang mantap, dengan susunan kata kata yang sedap

2024-11-28

2

Entis Sutisna

Entis Sutisna

Wow....si sampah dihina nih ( Zhi Hai )....kasihan dia...lanjjuuutkan Thor...🤭🤭😭😭💪💪

2024-11-29

0

Derajat

Derajat

Awal yang bagus... Mampir dan Nikmati

2024-11-20

0

lihat semua
Episodes
1 01: Sampah Tak Berguna
2 Bab 02: Ancaman Kematian
3 Bab 03: Apakah aku sangat Spesial?
4 Bab 04: Sesuatu yang Tersembunyi
5 Bab 05: Kitab Penghancur Surga
6 Bab 06: Desa Wi di Serang
7 Bab 07: Ada Pengkhianat di Sana
8 Bab 08: Suara Peringatan
9 Bab 09: Serangan Malam
10 Bab 10: Pertempuran pecah
11 Bab 11: Kedatangan Patriark Wi
12 Bab 12: Aksi Zhi Hao
13 Bab 13: Bambu Temuruas
14 Bab 14: Konspirasi
15 Bab 15: Konfrontasi dengan Xiao Lui
16 Bab 16: Hukuman dari Kakak
17 Bab 17: Ambisi Klan Xiao
18 Bab 18: Kedatangan Klan Xiao
19 Bab 19: Ambisi kekuasaan
20 Bab 20: Kemarahan Xiao Ming
21 Bab 21: Rencana Pemberontakan
22 Bab 22: Perubahan Rencana
23 Bab 23: Racun
24 Bab 24: Rencana di Balik Rencana
25 Bab 25: Siapa yang berani
26 Bab 26: Pecah
27 Bab 27: Kehancuran
28 Bab 28: Apa yang terjadi pada Xiao Bai
29 Bab 29: Trik Xiao Bai
30 Bab 30: Kedatangan Xiao Mandai
31 Bab 31: Teknik Tubuh Abadi
32 Bab 32: Tak. Terkalahkan
33 Bab 33: Sebuah Kalung & Harimau Api
34 Bab 34: Rong An
35 Bab 35: Alam Rahasia
36 Bab 36: Rencana Keji
37 Bab 37: Rencana Keji 2
38 Bab 38: Jebakan di Lembah Gelap
39 Bab 39: Goblin
40 Bab 40: Pura-pura
41 Bab 41: Keluar dari Alam Rahasia
42 Bab 42: Rencana demi Rencana
43 Bab 43: Menunggu Serangan
44 Bab 44: Tidak akan Menyerah
45 Bab 45: Menggunakan Inti Bintang Petir
46 Bab 46: Rencana Wang Xiang
47 Bab 47: Mengejutkan Tetua Liang
48 Bab 48: Kemenangan yang melelahkan
49 Bab 49: Ancaman Baru
50 Bab 50 - Perang Bayangan
51 Bab 51: Bayangan Perang 2
52 Bab 52: Pertempuran Penentu
53 Bab 53: Rencana di Balik Tirai
54 Bab 54: Utusan untuk Sekte Fajar Senja
55 Bab 55: Persiapan Menuju Masa Depan
56 Bab 56: Temuan di Dasar Kolam Jiwa Petir
57 Bab 57: Perburuan Baru
58 Bab 58: Persiapan dan Keheningan
59 Bab 59: Teknik Halimun
60 Bab 60: Menyempurnakan Pondasi
61 Bab 61: Pertarungan di Kediaman Zhong Tian
62 Bab 62: Mengamankan Klan Zhi
63 Bab 62 : Penolakan Tegas Zhi Hao
64 Bab 63: Serangan Senyap
65 Bab 65: Serangan Senyap 2
66 Bab 66: Taktik Dalam Bayang-Bayang
67 Bab 67: Awal Perjalanan Baru
68 Bab 68: Dalam Kabut yang Menyembunyikan Rahasia
69 Bab 69: Rahasia di Balik Altar
70 Bab 70: Awal yang Baru
71 Bab 71: Misteri yang Terungkap
72 Bab 72: Jejak di Labirin Bayangan
73 Bab 73: Perjalanan Menuju Kebenaran
74 Bab 74: Misteri Puncak Gunung
75 Bab 75: Puncak Kegelapan
76 Bab 76: Jejak Menuju Istana Langit Tersembunyi
77 Bab 77: Para Pengembara Misterius
78 Bab 78: Perang yang Tak Terelakkan
79 Bab 79: Persaingan
80 Bab 80: Jejak Menuju Takdir
81 Bab 81: Lembah Kabut Eterna
82 Bab 82: Jalan Baru di Depan Mata
83 Bab 83: Kekuatan yang Menyatu
84 Bab 84: Menuju Lembah Naga Tertidur
85 Bab 85: Pertarungan Api dan Bayangan
86 Bab 86: Warisan dan Peningkatan
87 Bab 87: Konflik di Pasar Kota
88 Bab 88: Kebangkitan Amarah Klan Hu
89 Bab 89: Penyamaran dan Rencana Balas Dendam
90 Bab 90: Pertempuran Dua Sekutu
91 Bab 91: Ancaman Tanpa Akhir
92 Bab 92: Strategi di Tengah Krisis
93 Bab 93: Menembus Sarang Sekte Bayangan
94 Bab 94: Balasan dari Klan Hu
95 Bab 95: Strategi Penghancuran Klan Hu
96 Bab 96: Jejak Baru dan Musuh di Balik Bayangan
97 Bab 97: Darah dan Bayangan
98 Bab 98: Perang di Lembah Kabut
99 Bab 99: Mengambil Hadiah Kemenangan
100 Bab 100: Awal dari Ketakutan yang Menyebar
101 Bab 101: Jejak Darah Masa Lalu
102 Bab 102: Api Dendam yang Membakar Langit
103 Bab 103: Strategi Kematian Tanpa Jejak
104 Bab 104: Strategi di Balik Bayangan
105 Bab 105: Penyerangan
106 Bab 106: Kembali ke Klan Zhi
Episodes

Updated 106 Episodes

1
01: Sampah Tak Berguna
2
Bab 02: Ancaman Kematian
3
Bab 03: Apakah aku sangat Spesial?
4
Bab 04: Sesuatu yang Tersembunyi
5
Bab 05: Kitab Penghancur Surga
6
Bab 06: Desa Wi di Serang
7
Bab 07: Ada Pengkhianat di Sana
8
Bab 08: Suara Peringatan
9
Bab 09: Serangan Malam
10
Bab 10: Pertempuran pecah
11
Bab 11: Kedatangan Patriark Wi
12
Bab 12: Aksi Zhi Hao
13
Bab 13: Bambu Temuruas
14
Bab 14: Konspirasi
15
Bab 15: Konfrontasi dengan Xiao Lui
16
Bab 16: Hukuman dari Kakak
17
Bab 17: Ambisi Klan Xiao
18
Bab 18: Kedatangan Klan Xiao
19
Bab 19: Ambisi kekuasaan
20
Bab 20: Kemarahan Xiao Ming
21
Bab 21: Rencana Pemberontakan
22
Bab 22: Perubahan Rencana
23
Bab 23: Racun
24
Bab 24: Rencana di Balik Rencana
25
Bab 25: Siapa yang berani
26
Bab 26: Pecah
27
Bab 27: Kehancuran
28
Bab 28: Apa yang terjadi pada Xiao Bai
29
Bab 29: Trik Xiao Bai
30
Bab 30: Kedatangan Xiao Mandai
31
Bab 31: Teknik Tubuh Abadi
32
Bab 32: Tak. Terkalahkan
33
Bab 33: Sebuah Kalung & Harimau Api
34
Bab 34: Rong An
35
Bab 35: Alam Rahasia
36
Bab 36: Rencana Keji
37
Bab 37: Rencana Keji 2
38
Bab 38: Jebakan di Lembah Gelap
39
Bab 39: Goblin
40
Bab 40: Pura-pura
41
Bab 41: Keluar dari Alam Rahasia
42
Bab 42: Rencana demi Rencana
43
Bab 43: Menunggu Serangan
44
Bab 44: Tidak akan Menyerah
45
Bab 45: Menggunakan Inti Bintang Petir
46
Bab 46: Rencana Wang Xiang
47
Bab 47: Mengejutkan Tetua Liang
48
Bab 48: Kemenangan yang melelahkan
49
Bab 49: Ancaman Baru
50
Bab 50 - Perang Bayangan
51
Bab 51: Bayangan Perang 2
52
Bab 52: Pertempuran Penentu
53
Bab 53: Rencana di Balik Tirai
54
Bab 54: Utusan untuk Sekte Fajar Senja
55
Bab 55: Persiapan Menuju Masa Depan
56
Bab 56: Temuan di Dasar Kolam Jiwa Petir
57
Bab 57: Perburuan Baru
58
Bab 58: Persiapan dan Keheningan
59
Bab 59: Teknik Halimun
60
Bab 60: Menyempurnakan Pondasi
61
Bab 61: Pertarungan di Kediaman Zhong Tian
62
Bab 62: Mengamankan Klan Zhi
63
Bab 62 : Penolakan Tegas Zhi Hao
64
Bab 63: Serangan Senyap
65
Bab 65: Serangan Senyap 2
66
Bab 66: Taktik Dalam Bayang-Bayang
67
Bab 67: Awal Perjalanan Baru
68
Bab 68: Dalam Kabut yang Menyembunyikan Rahasia
69
Bab 69: Rahasia di Balik Altar
70
Bab 70: Awal yang Baru
71
Bab 71: Misteri yang Terungkap
72
Bab 72: Jejak di Labirin Bayangan
73
Bab 73: Perjalanan Menuju Kebenaran
74
Bab 74: Misteri Puncak Gunung
75
Bab 75: Puncak Kegelapan
76
Bab 76: Jejak Menuju Istana Langit Tersembunyi
77
Bab 77: Para Pengembara Misterius
78
Bab 78: Perang yang Tak Terelakkan
79
Bab 79: Persaingan
80
Bab 80: Jejak Menuju Takdir
81
Bab 81: Lembah Kabut Eterna
82
Bab 82: Jalan Baru di Depan Mata
83
Bab 83: Kekuatan yang Menyatu
84
Bab 84: Menuju Lembah Naga Tertidur
85
Bab 85: Pertarungan Api dan Bayangan
86
Bab 86: Warisan dan Peningkatan
87
Bab 87: Konflik di Pasar Kota
88
Bab 88: Kebangkitan Amarah Klan Hu
89
Bab 89: Penyamaran dan Rencana Balas Dendam
90
Bab 90: Pertempuran Dua Sekutu
91
Bab 91: Ancaman Tanpa Akhir
92
Bab 92: Strategi di Tengah Krisis
93
Bab 93: Menembus Sarang Sekte Bayangan
94
Bab 94: Balasan dari Klan Hu
95
Bab 95: Strategi Penghancuran Klan Hu
96
Bab 96: Jejak Baru dan Musuh di Balik Bayangan
97
Bab 97: Darah dan Bayangan
98
Bab 98: Perang di Lembah Kabut
99
Bab 99: Mengambil Hadiah Kemenangan
100
Bab 100: Awal dari Ketakutan yang Menyebar
101
Bab 101: Jejak Darah Masa Lalu
102
Bab 102: Api Dendam yang Membakar Langit
103
Bab 103: Strategi Kematian Tanpa Jejak
104
Bab 104: Strategi di Balik Bayangan
105
Bab 105: Penyerangan
106
Bab 106: Kembali ke Klan Zhi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!