Di nikahi Om Om sexy dan tajir melintir, siapa yang menolak?
Alula Humaira, gadis 18 tahun ini di nikahi oleh lelaki super seksi dan super kaya.
Rayden Mas Rafael, pria berdarah Jawa Italia ini terpaksa harus menikahi Alula karena jebakan lelucon dari kekasihnya.
Emelly, violinis super cantik yang menipu kekasihnya dengan mengirimkan Alula sebagai istri pengganti.
Bagaimana kisah selanjutnya? Mampukah Alula bertahan hidup dengan lelaki kaya raya yang asing baginya?
NB _ Ini termasuk cerita ringan dan santai, tapi masalah konflik, kita lihat saja kedepannya, hehe.... Biasanya aku suka konflik yang lebih greget....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berlari ²
Alula sudah melenggangkan harapan pada seorang pria yang kini menyandang status suami, Raden mengangkatnya tinggi-tinggi sampai terjatuh dan tidak kuat lagi dia berdiri.
Sakit Alula Bertubi-tubi, remuk redam tubuhnya, juga berkeping-keping retakan hatinya bahkan hampir menjadi abu.
Kedewasaan seseorang di ukur dari bagaimana dia menyikapi kondisi dalam hidupnya.
Alula masih bocah kecil yang baru mengenal namanya cinta dan hubungan serius, tentu peristiwa malam tadi sangat menyakitkan baginya.
Berbibir pucat dan tercacat Alula duduk menyandarkan punggung pada bantal ranjang klinik.
Di sisinya masih ada Galang memberikan suapan bubur ayam pada Alula. Alula baru siuman setelah cukup lama pingsan.
Alula belum sempat makan apa-apa, biasanya Raden menyuapinya sarapan pagi, tapi tidak dengan hari ini. Menatap saja Alula tak ingin.
"Apa yang sebenarnya terjadi padamu?" Galang memberikan suapan dan Alula melahapnya.
Alula menggeleng setelah menyelesaikan kunyahan nya. "Tidak apa-apa."
"Aku masih Bang Galang mu kan?"
"Selama Bang Galang masih menganggap ku, selama itu pula Lula masih adik mu."
Sejak kapan hati Galang sakit mendengar kata adik dari Alula? Kemarin- kemarin kata itu masih terdengar baik-baik saja.
Ada apa dengan dirinya? Dari semenjak tahu Alula di nikahi Raden, semua yang biasanya baik-baik saja, menjadi sangat menyakitkan.
Galang pernah mengerti bagaimana perasaan suka Alula padanya tapi Galang hanya menganggap Alula adik atau mungkin kekasih bayangan.
Seperti lagunya Cakra Khan, Galang menyembunyikan rasa cinta Alula di balik topeng persahabatan.
Nyatanya, kini dirinya yang gusar dengan hubungan pernikahan Alula & Raden.
"Kamu bahagia?"
Alula mengangguk. "Lula bisa kuliah, Lula juga bisa memiliki tempat tinggal dan pakaian yang bagus, sudah pasti Lula bahagia."
"Tapi kamu tidak terlihat baik-baik saja."
"Ada hal yang tidak terlihat seperti semestinya, Lula baik-baik saja, Lula cuma kecapekan, kemarin Lula jalan-jalan kemana-mana makanya hari ini Lula tidak siap fisik." Sanggah Alula.
...----------------...
Di koridor kampus yang mengarah pada klinik, teriakan para gadis telah meriuh, mereka memekik ramai-ramai meneriaki nama Raden Mas yang ketampanan dan kegagahan nya super duper.
Raden melangkah cepat bahkan setengah berlari menuju sebuah pintu bertanda khusus.
Di iringi beberapa orang-orang penting yang menyambut kedatangannya. "Selamat datang Tuan muda, ada yang perlu kami bantu?"
"Kosongkan tempat yang aku tuju."
Lelaki itu mengernyit bingung, sebenarnya apa tujuan Raden datang ke sini. "Tempat? Tempat apa Tuan?"
"Klinik." Kata perintah yang Raden celetukan dan segera di turuti oleh para petugas.
Raden Mas Rafael datang ke ruang Klinik, ada apa ini? Apakah ada seseorang yang sangat penting untuk di besuk?
Lupakan rasa penasaran, mereka semua harus menuruti perintah Raden sebab pria tinggi berkharisma itu adalah donatur tetap terbesar di kampus ini.
Hampir delapan puluh persen kampus elit mewah ini mendapat sokongan dana dari perusahaan Raden, dan itu tidak semua orang tahu.
Mata-mata suruhan Raden bilang Alula sedang bersama Galang, dan itu membuat darah Raden memanas seketika. Rahang yang tegas Raden usung di antara kecemasan hatinya.
Di depan sana satu orang pria membukakan pintu Klinik, Raden melangkah masuk bersamaan dengan menoleh nya Alula dan Galang yang terkejut.
Raden terus melangkah cepat menuju Galang dan langsung menohok kan cengkraman pada kerah baju milik pemuda itu.
"Sudah ku bilang, jangan pernah mendekati milikku lagi!" Pekik nya keras.
Meski ketakutan, Alula tidak bersuara, dia lebih memilih diam karena itu lebih membuatnya nyaman.
Terserah Raden ingin melakukan apa, Alula sudah tidak lagi tertarik meladeninya. Inginnya dia berlari yang jauh dari lelaki penguasa itu.
"Lepas!" Galang menampik dengan mendorong tubuh bidang Raden hingga terlepas.
Gurat tidak bersahabat Galang dan Raden lukis di wajah tampannya masing-masing. Keduanya berdiri saling menghunus tatapan menusuk satu sama lain.
"Kamu lupa Alula Humaira istriku? Aku haramkan siapa pun mendekatinya!" Cetus Raden.
Galang tersenyum sinis. "Oya? Bagaimana dengan Alula sendiri? Sejauh ini dia nyaman bersama ku."
Bugh!"
Satu pukulan tangan Raden mendarat pada wajah tampan Galang tepatnya di hidung mancung nya.
Galang tersenyum getir mengusap sedikit darah yang mengalir di sana. "Apa seperti ini dirimu? Apa kau juga memukuli Alula?"
"Bukan urusan mu!" Sergah Raden.
"Sekarang urusan ku!"
"Bangsat!" Raden tendang dada Galang sampai terhuyung dan terduduk di salah satu ranjang. "Jangan coba-coba bermain-main dengan ku Galang!" Teriaknya.
"Cukup! Kalian membuat ku takut! Kalian seperti monster!" Setelah berteriak keras Alula turun dari ranjang dan berlari keluar dari ruangan.
Raden menoleh. "Sayang!"
"Lula!"
Sontak Raden dan Galang ikut berlari mengejar perempuan mungil itu.
Tiba di luar Raden berteriak pada semua antek-anteknya. "Kenapa diam saja! Kejar Nyonya muda kalian bodoh!"
Semua orang berlari ke arah tubuh mungil Alula, Raden tahu, Alula tidak berniat baik-baik dengannya.
Jangan sampai Alula kabur karena jika di lihat dari sifatnya, Alula bukan perempuan yang menerima perlakuan buruk dan jauh dari kata naif.
"Ini semua karena mu! Dia masih sakit dan kau membuat Alula ketakutan!" Tukas Galang ketus.
"Tidak akan pernah terjadi, jika kau tidak mendekatinya!" Sanggah Raden.
Sementara Raden dan Galang saling menyalahkan di sela larinya. Alula berhasil memasuki koridor lain.
Ngos-ngosan napasnya, rasanya ingin kembali pingsan tapi kemudian ada sentuhan kulit lembut yang menyatu dengan telapak tangannya seperti membantu menariknya.
Alula menoleh pada gadis cantik yang kini berlari bersama dirinya. Menggandeng tangan mulus nya bagaikan penolong.
Alula terdiam di sela larinya, sebab tidak tahu harus menyapanya dengan cara apa. Alula masih baru dan belum punya teman di sini.
"Panggil aku Ayu!" Gadis itu tersenyum melirik sekilas menghiraukan Alula sambil terus menarik Alula ke tempat yang berpotensi aman.
"Kenapa kau menggandeng ku?" Tanya Alula terengah-engah.
"Aku mahasiswi baru di sini dan keluarga ku donatur terbesar di kampus ini, itulah makanya aku tidak di perbolehkan mengikuti kegiatan orientasi." Ayu tak kalah tersenggal-senggal nya.
"Oya?"
"Kamu di kejar dua penjahat kan? Anggap saja aku menyelamatkan mu dari mereka, sekarang ikut masuk mobil ku!" Ajak gadis itu.
"Tapi, ..." Alula belum mengenal lebih dekat gadis itu, dia ragu.
"Kamu tidak mau di tangkap mereka kan?" Sergah Ayu.
Alula mengangguk cepat. "Tentu saja, aku mau melarikan diri!"
"Ya sudah, kamu ikut aku pergi, lagian aku bosan terus di kampus tanpa melakukan apa pun!"
Di depan sana satu orang membuka pintu mobil sport berwarna pink tanpa atap milik Ayu.
Alula lebih dulu masuk dan duduk pada kursi penumpang bagian depan di susul oleh pemilik mobil tersebut yang mengambil alih kemudi dengan cara melompat seperti Queen Mafia. Bocah kecil itu memang lincah.
"Kita let's go!" Secepat kilat Ayu menyalakan mesin dan membawa lari mobilnya dengan teriakan girang ala gadis remaja seusianya.
Alula bernapas lega bisa lepas dari kejaran suami dan Galang yang terus meributkan hal tidak penting bahkan dengan cara kekerasan.
Tapi ketakutan Alula mulai beralih saat Ayu terus mempercepat laju mobilnya. "Hei, ini berbahaya! Kita bisa nabrak!" Teriaknya.
Ayu tergelak. "Tenang, Mas ku belikan mobil ini untuk di jajal kecepatannya!" Jawabnya.
"Kamu gila!" Teriak Alula mendelik.
"Kita gila sama-sama makanya!" Sela Ayu.
Alula berteriak panjang. "Ku mohon turunkan sedikit kecepatan nya! Aku masih mau hidup!" Lula berpegangan erat-erat pada sabuk pengamannya.
"Ok!" Di saat bersamaan Ayu menurunkan laju mobilnya dan Alula bernapas lega.
Ayu tertawa renyah menangkap wajah pucat Alula yang sudah seperti zombie. "Kau sangat takut?"
"Tentu saja! Kamu benar-benar gila!" Sergah Alula dan Ayu terkikik.
"Sekarang aku teman mu kan? Kita ke rumah ku yuk!" Ajaknya.
bisa mati rasa