NovelToon NovelToon
Agent UnMasked

Agent UnMasked

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Roman-Angst Mafia
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: mommy JF

“Namamu ada di daftar eksekusi,” suara berat Carter menggema di saluran komunikasi.

Aiden membeku, matanya terpaku pada layar yang menampilkan foto dirinya dengan tulisan besar: TARGET: TERMINATE.

“Ini lelucon, kan?” Aiden berbisik, tapi tangannya sudah menggenggam pistol di pinggangnya.

“Bukan, Aiden. Mereka tahu segalanya. Operasi ini… ini dirancang untuk menghabisimu.”

“Siapa dalangnya?” Aiden bertanya, napasnya berat.

Carter terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, “Seseorang yang kau percaya. Lebih baik kau lari sekarang.”

Aiden mendengar suara langkah mendekat dari lorong. Ia segera mematikan komunikasi, melangkah mundur ke bayangan, dan mengarahkan pistolnya ke pintu.

Siapa pengkhianat itu, dan apa yang akan Aiden lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy JF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 - Tertangkap Aksara

Tidak ada jalan keluar. Semua akses telah ditutup rapat. Lorong yang sebelumnya tampak kosong kini penuh dengan pengawal bersenjata lengkap, masing-masing menodongkan senjata mereka ke arah Aksara dan Drake. Alarm berbunyi nyaring, menggema di seluruh ruangan, menambah tekanan dan membuat situasi semakin mencekam.

Drake menggeram pelan, tangannya mengepal, seolah mencari celah terakhir untuk melawan. Sementara itu, Aksara berdiri tegap, meskipun tubuhnya gemetar. Sorot matanya tidak lagi menunjukkan rasa takut, tetapi penuh kemarahan yang mendidih. Ia menatap Miska, sosok yang selama ini dianggap sebagai sekutu, kini berdiri di sisi lain, menjadi musuh.

“Miska!” teriak Aksara, suaranya menggema di antara hiruk-pikuk alarm. “Apa ini yang kau rencanakan selama ini? Membawa kami ke sini hanya untuk menyerahkan kami kepada mereka?”

Miska, yang berdiri beberapa langkah di depan Aksara, hanya terdiam. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun, tetapi ada sesuatu di matanya—entah itu rasa bersalah atau keraguan. Ia menoleh sebentar ke arah Aksara, tetapi tidak mengatakan apa-apa.

Drake, yang sudah hampir kehilangan kesabaran, melangkah maju, tetapi langsung dihentikan oleh laras senapan yang mengarah tepat ke dadanya. “Miska! Kau brengsek! Kau pikir kami akan memaafkanmu setelah ini?” teriak Drake, suaranya penuh kebencian.

Miska menghela napas panjang, seolah mencoba menenangkan dirinya sendiri. “Aku tidak punya pilihan,” katanya akhirnya, suaranya hampir tenggelam oleh suara alarm. “Ada hal-hal yang tidak kalian mengerti. Ini bukan soal pengkhianatan, ini soal bertahan hidup.”

“Omong kosong!” bentak Aksara. “Kau bisa memilih untuk melawan mereka, tetapi kau memilih jalan mudah dengan menyerahkan kami! Kalau ini soal bertahan hidup, kau hanya menyelamatkan dirimu sendiri!”

Namun, sebelum Miska bisa menjawab, tim pengamanan tiba di lokasi. Mereka bergerak cepat, mengepung Aksara dan Drake dari segala arah. Tidak ada ruang untuk melawan.

Saat Menyerah

“Aksara, kita tidak bisa melawan mereka sekarang,” bisik Drake di sela-sela ketegangan. “Jika kita mencoba, kita hanya akan mati konyol.”

Aksara menggertakkan giginya, menahan emosi yang nyaris meledak. Ia benci mengakui kebenaran dalam kata-kata Drake, tetapi ia tahu mereka tidak punya pilihan lain. Dengan perlahan, ia mengangkat kedua tangannya, menunjukkan tanda menyerah.

“Bijaksana sekali,” salah satu pengawal berkata dengan nada mengejek. Ia melangkah maju, memasangkan borgol di pergelangan tangan Aksara. Borgol itu dingin, memberinya sensasi yang tidak nyaman, seolah-olah ia baru saja kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Drake, meskipun hatinya dipenuhi amarah, mengikuti langkah Aksara. Ia membiarkan dirinya diborgol tanpa perlawanan, tetapi sorot matanya tetap tajam, penuh dendam.

Sementara itu, Miska hanya berdiri diam, menyaksikan semuanya dengan ekspresi yang sulit dibaca. Aksara menatapnya sekali lagi, kali ini dengan mata yang berkilat penuh kebencian.

“Aku tidak akan melupakan ini, Miska,” katanya dengan suara pelan tetapi penuh tekad. “Jika aku keluar dari sini hidup-hidup, kau akan menyesali semua yang telah kau lakukan.”

Miska tidak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan sebelum berbalik, meninggalkan ruangan bersama tim pengamanan.

Dipisahkan

Aksara dan Drake dibawa keluar dari ruangan itu. Mata mereka ditutup rapat dengan kain hitam, membuat mereka kehilangan orientasi. Mereka tidak tahu ke mana mereka akan dibawa, tetapi perasaan tidak berdaya itu semakin memperburuk keadaan.

Selama perjalanan, Aksara mencoba menganalisis langkah kaki para pengawal, berharap bisa menemukan petunjuk tentang lokasi mereka. Namun, bunyi sepatu yang bergema di lorong hanya membuatnya semakin bingung.

Drake, di sisi lain, tidak mengatakan apa-apa. Tetapi dalam hatinya, ia bersumpah akan membalas semua ini. Miska, orang yang selama ini dipercayainya, telah mengkhianati mereka. Dendam itu akan terus membara sampai ia mendapatkan kesempatan untuk membalas.

Setelah perjalanan yang terasa seperti selamanya, Aksara dan Drake akhirnya tiba di tempat tujuan mereka. Mereka dipisahkan, dibawa ke ruangan yang berbeda. Aksara berusaha melawan, tetapi pengawal yang membawanya terlalu kuat.

“Lepaskan aku!” teriak Aksara, tetapi suaranya hanya menggema di ruangan yang kosong.

Ia dilemparkan ke dalam sebuah ruangan kecil yang dingin dan gelap. Borgol di tangannya dilepas, tetapi pintu segera dikunci dari luar. Aksara terhuyung, jatuh ke lantai. Dengan napas yang terengah-engah, ia mencoba mengumpulkan kekuatannya.

“Ini belum berakhir,” bisiknya pada dirinya sendiri.

Pengkhianatan di Balik Layar

Di tempat lain, Miska berdiri di depan layar besar yang menampilkan rekaman Aksara dan Drake di ruang tahanan mereka masing-masing. Seorang pria berdiri di sampingnya, mengenakan jas mahal dengan senyuman licik di wajahnya.

“Kau telah melakukan pekerjaan yang baik, Miska,” kata pria itu. “Membawa mereka ke sini adalah langkah besar untuk proyek kita.”

Miska tidak menjawab. Tatapannya kosong, tetapi tangannya mengepal erat, menahan emosi yang bergolak di dalam dirinya.

“Apa kau merasa bersalah?” tanya pria itu dengan nada mengejek.

Miska menoleh, menatap pria itu dengan tajam. “Aku melakukan ini karena aku tidak punya pilihan. Jangan mengira aku menikmatinya.”

Pria itu tertawa kecil. “Tidak masalah apa yang kau rasakan. Yang penting adalah hasilnya. Dan hasilnya, seperti yang kau lihat, sangat memuaskan.”

Miska mengalihkan pandangannya kembali ke layar, memperhatikan Aksara yang sedang mencoba mencari jalan keluar dari ruangannya. Dalam hatinya, ia berjanji bahwa ini bukan akhir dari semuanya.

***

Di ruangan gelap tempat Aksara ditahan, suara langkah kaki terdengar mendekat. Aksara segera berjaga, mencoba menyesuaikan matanya dengan kegelapan.

Pintu terbuka perlahan, dan sosok seseorang masuk ke dalam. Aksara bersiap melawan, tetapi langkahnya terhenti ketika ia mengenali siapa yang berdiri di depannya.

“Kau?” bisiknya, suaranya penuh dengan campuran kejutan dan kemarahan.

Sosok itu hanya tersenyum, sebuah senyuman yang membuat darah Aksara mendidih. “Aku bilang, ini belum selesai. Tapi kali ini, kau bermain dengan aturanku.”

Bersambung...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hi semuanya, like dan komentarnya di tunggu ya.

Terima kasih.

1
Riezki Arifinsyah
met Knal Thor
Aleana~✯
hai kak aku mampir....yuk mampir juga di novel' ku jika berkenan 😊
Erik Andika: mampir di channel ku kak kalo berkenan juga
ziear: oke kak
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!