Kebaikan hati seorang Arsy yang menolong seorang pemuda dan seorang kakek, membuat dirinya harus di kejar-kejar seorang pemuda yang terkenal kejam di dunia mafia. Kenapa?
Jika penasaran, baca yuk!
Oya, semua kisah dalam cerita ini hanyalah fiktif belaka. Tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 27
"Ini takdir atau kebetulan? Aku terlalu bahagia," batin Zio.
Zio kembali menarik tangan Arsy, namun Kyro juga menarik tangan Arsy. Arsy bingung menjadi rebutan kakek dan cucu.
Sang asisten hanya melongo melihat mereka. Selama dia bekerja dengan Kyro, belum pernah dia melihat pemandangan seperti ini.
"Sudah cukup!" sentak Arsy melepaskan tangannya dari Kyro dan Zio.
"Aku mau pulang kalau begini," kata Arsy lagi. Lalu ia melangkah dan hendak keluar, namun dicegah oleh Zio.
"Aku antar, jangan dekat-dekat sama kakek tua itu," ujar Zio memegang tangan Arsy.
"Dasar anak nakal, bawa sini cucu menantuku."
Namun Zio tetap membawa Arsy keluar dari kamar sang kakek. Kyro memanggil Zio untuk kembali, namun Zio tidak perduli.
"Kasihan kakek," ucap Arsy.
"Biarkan saja, siapa suruh tidak mengizinkan aku dekat denganmu?"
Arsy menatap tajam kearah Zio, namun Zio malah tersenyum manis. Seorang ketua mafia yang kejam pada musuhnya bisa tersenyum manis didepan pujaan hatinya.
"Hubungan kita apa? Bukannya kita sudah sepakat hanya untuk pura-pura?"
"Itu hanya tipuan ku, agar kamu mau ikut bertemu kakek agar beliau tidak mendesak ku terus. Namun siapa sangka, ternyata orang yang kakek maksud adalah orang yang sama yang juga aku cinta."
Arsy terdiam, dia bukan gadis bodoh yang tidak mengerti jika Zio menyukainya. Namun dia harus tetap mempertahankan harga dirinya untuk tidak mudah menerima seseorang jika tidak benar-benar tulus.
"Aku menyukaimu bahkan mencintaimu sejak pertama kali kamu menolongku, aku terus mencari mu hingga aku mendapat kabar dari seorang hacker misterius yang mengatakan jika kamu kuliah di universitas ternama di negara ini."
"Kembalikan cucu menantuku, mau kamu bawa kemana, anak nakal?!" Kyro menghampiri mereka berdua. Lalu Kyro mendorong tubuh Zio agar sedikit menjauh.
"Kakek, dia itu milikku. Kakek tidak berhak."
"Cih, dulu-dulu waktu kakek minta kamu mencarinya, kamu malah menolak mentah-mentah. Sekarang malah mengklaim dia menjadi milikmu. Apa hak mu?!"
"Kakek, sebaiknya kakek istirahat, akhir-akhir ini kakek kurang sehat. Lagipula aku tidak tahu jika gadis yang minta aku untuk mencarinya adalah gadis yang sama." bujuk Zio.
Kyro mendengus, ia masih ingin bersama Arsy dan tidak mengizinkan cucunya untuk dekat dengan Arsy.
"Ayo aku antar pulang," ajak Zio pada Arsy.
"Aku pulang dulu ya kek, lain kali aku berkunjung lagi," pamit Arsy. Kyro berubah sendu, namun sedetik kemudian ia tersenyum lalu mengangguk.
"Sering-seringlah kemari, mansion ini akan selalu terbuka untuk menerima kehadiranmu kapanpun kamu mau datang."
Arsy mengangguk, kemudian ia mencium tangan Kyro lalu pamit sekali lagi.
"Maaf tentang yang tadi, aku terlalu senang hingga memelukmu. Sumpah, itu diluar kendaliku."
"Sudahlah, aku mau pulang."
"Aku antar." Dengan cepat Zio membuka pintu mobil untuk Arsy. Setelah Arsy masuk, Zio juga ikut masuk.
Kyro hanya tersenyum melihat mereka dari depan pintu. Dia senang dan tidak menyangka jika gadis yang ia inginkan sama dengan yang cucunya inginkan.
"Takdir mempertemukan mereka dengan cara seperti ini," ucap Kyro sambil tersenyum.
"Tuan, bukankah gadis itu yang di rumah sakit waktu itu?" tanya sang asisten.
"Benar, aku suka gadis itu," jawab Kyro sambil manggut-manggut. Dan senyumannya tidak juga memudar.
Kyro pun akhirnya kembali ke kamar, kini tubuhnya terasa sehat setelah bertemu Arsy. Mungkin karena terlalu bahagia sehingga kesehatannya pulih dengan cepat.
Didalam mobil ...
Zio menoleh ke Arsy yang sejak tadi diam. Kemudian ia menepikan mobilnya dipinggir jalan.
"Apa kamu belum memaafkan ku?" tanya Zio. Dia takut jika Arsy masih marah dan menjauhinya.
"Cepat jalan, aku segera tiba di mansion," pinta Arsy.
Zio kembali menjalankan mobilnya dan sesekali menoleh Arsy. Keduanya kembali terdiam. Hingga akhirnya merekapun tiba di mansion.
"Kamu langsung pulang dengan mobilku, kapan-kapan baru kamu kembalikan," ucap Arsy.
Zio hendak bicara pun tidak jadi karena Arsy sudah keburu masuk kedalam. Sementara dirinya tidak diizinkan masuk oleh Arsy.
Zio kembali masuk kedalam mobil, ia menyandarkan tubuhnya disandaran kursi. Zio menghela nafas.
"Bakal sulit untuk mendapatkannya, tapi aku tidak akan menyerah," batin Zio. Zio pun segera pergi dari situ dengan menggunakan mobil Arsy.
"Kok gak disuruh masuk Zio nya?" tanya Diva yang kebetulan berada di ruang tamu.
"Biarkan saja Oma buyut, ini juga sudah malam. Tidak elok bertamu malam-malam," jawab Arsy beralasan.
"Kalian bertengkar Nak?" tanya Aleta.
"Gak kok Ma, aku sengaja menyuruhnya pulang karena sudah malam," jawab Arsy.
"Sudahlah sayang, urusan mereka tidak perlu kita ikut campur. Mereka tahu menyelesaikan semuanya jika benar ada masalah," timpal Ars.
Aleta bukan ingin ikut campur, karena tadi sebelumnya mereka baik-baik saja. Bahkan Zio dengan sopan pamit kepadanya.
Dari situ Aleta curiga jika terjadi sesuatu kepada mereka. Aleta hanya ingin putrinya bersikap terbuka padanya.
Arsy pamit untuk beristirahat, kebetulan ia juga merasa capek setelah seharian melayani pelanggan di restorannya.
Arsy membaringkan tubuhnya di ranjang. Kenapa aku jadi kesel sih sama Zio," gumam Arsy.
Sementara disisi lain. Zio yang masih dalam perjalanan pun tidak konsentrasi dalam menyetir.
Zio menepikan mobilnya dipinggir jalan, ia tidak mau terjadi sesuatu pada dirinya. Zio menyandarkan kepalanya disandaran kursi mobil.
"Apa aku harus menghubunginya saja," gumam Zio.
Ya, Zio sudah mendapatkan nomor kontak Arsy. Walaupun ada sedikit drama, namun akhirnya ia mendapatkan nya juga.
Zio pun memberanikan diri untuk menghubungi Arsy. Panggilan terhubung, Zio menunggu beberapa detik namun tidak ada jawaban dari si penerima.
Zio menghuninya sekali lagi, barulah panggilan tersebut di jawab. Zio tersenyum sebelum berbicara.
"Assalamualaikum," ucap Arsy menjawab panggilan telepon dari Zio.
"Wa-waalakumsallam," jawab Zio gugup. Selama ini Zio tidak pernah mengucapkan atau menjawab salam dari seseorang.
Karena dia hidup dilingkungan dunia mafia, jadi ucapan salam sedikit tabu baginya. Apalagi didikan agama nya kurang.
Dulu, sewaktu sang mama masih hidup, Zio pernah belajar sedikit tentang ilmu agama. Namun setelah kedua orangtuanya meninggal, sedikit demi sedikit ia melupakan ajaran tersebut.
"Maaf tentang tadi," ucap Zio pelan.
"Sudah, gak usah di bahas. Sekarang istirahatlah, pasti kamu juga capek, kan?"
"Aku masih diperjalanan dan ...."
Dor ... dor ... dor. Suara tembakan terdengar ditelinga Arsy. Zio yang ingin bicara pun pun tidak jadi.
"Kamu dimana sekarang? Aku akan menyusul kesana." Arsy tiba-tiba panik.
Meskipun ia tahu jika mobilnya anti peluru, namun jika ditembak berulang-ulang ditempat yang sama akan tembus juga.
"Sebaiknya kamu jangan kesini, disini bahaya. Aku bisa atasi dengan memanggil bawahanku."
Arsy keluar dari kamarnya dan meminta Arsa untuk melacak keberadaan Zio. Sementara ponselnya masih terhubung.
"Ada apa Dek?" tanya Arsa yang melihat Arsy sepertinya panik.
"Zio dalam bahaya, aku mendengar suara tembakan," jawab Arsy.
Arsa segera bertindak untuk melacak keberadaan Zio saat ini. Ternyata mobil Zio sudah bergerak pergi dari tempat tadi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Karena aku tidak menghadirkan konflik keluarga, jadi aku menghadirkan konflik dengan musuh.
Bila ada yang tidak suka terlalu banyak musuh, gak apa-apa skip saja. Tapi mohon jangan jatuhkan reputasi dan mental ku dengan memberi penilaian jelek.
Jika tidak bisa menghargai, setidaknya jangan menjatuhkan. Ok.
paham...
jd jangan terlalu sombong