NovelToon NovelToon
Di Nafkahi Berondong Ku.

Di Nafkahi Berondong Ku.

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:3.9k
Nilai: 5
Nama Author: tami chan

Devina adalah seorang mahasiswi miskin yang harus bekerja sampingan untuk membiayai kuliahnya dan biaya hidupnya sendiri. Suatu ketika dia di tawari dosennya untuk menjadi guru privat seorang anak yang duduk di bangku SMP kelas 3 untuk persiapan masuk ke SMA. Ternyata anak lelaki yang dia ajar adalah seorang model dan aktor yang terkenal. Dan ternyata anak lelaki itu jatuh cinta pada Devina dan terang-terangan menyatakan rasa sukanya.
Apakah yang akan Devina lakukan? apakah dia akan menerima cinta bocah ingusan itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tami chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dimas aneh!

"Di depan situ belok kanan ya, kak. Trus berenti di dekat toko kelontong itu aja," ucap Devi memberikan lokasi tempat tinggalnya pada Ivan.

"Oke," jawab Ivan santai sambil memutar setirnya.

"Rumahmu di sebelah mananya?" tanya Devan sambil menurunkan kaca mobil dan memakai hoodie nya, dia takut ada orang sekitar yang mengenalinya.

Lagaknya kayak artis terkenal aja! eh, tapi dia memang artis, kan?

"Masuk gang kecil itu sudah dekat kok, kos ku yang bangunan warna coklat," jelas Devi.

"Okelah kalau begitu, aku pulang dulu. Terima kasih Kak Ivan, Devano, untuk tumpangannya," ucap Devi sambil membuka pintu mobil.

"Sama-sama," jawab Ivan sambil tersenyum. Sedangkan Devan hanya mengangguk dan terus menatap Devi yang berjalan menyusuri trotoar yang lumayan sepi.

"Devi!" tiba-tiba ada seseorang yang berlari mendekati Devi.

Ivan yang tadinya hendak melajukan mobil, langsung mengurungkan niatnya. Takut jika orang itu berbuat macam-macam pada Devi. Dia pun menunggu sambil terus memperhatikan Devi, begitu pula Devan.

"Kak Dimas? ada apaan? mau ngambil kunci?" tanya Devi.

"Bukan itu, ini masalah Sita," Dimas menggaruk tengkuknya.

"Katanya, Sita nampar kamu karena aku peluk kamu tadi siang..."

"Kata siapa?" tanya Devi sambil memicingkan mata dan menatap Dimas.

"Ada yang bilang padaku," ucap Dimas.

Devi menghela napas, "mending Kak Dimas ngobrol deh sama kak Sita. Bilang supaya dia jangan terlalu cemburu buta, nyusahin orang banget tau nggak?"

"Maafkan dia ya, Dev," ucap Dimas penuh penyesalan.

Devi menghela napas, "kalau kayak gini, aku kerja juga jadi nggak nyaman, kak. Males juga kalau sampai ketemu Kak Sita."

"Nanti aku larang Sita ke toko, biar kamu nggak serba salah," ucap Dimas.

"Ck! nggak perlu sampai segitunya kali, Kak. Kesannya malah bikin curiga! nanti Kak Sita pasti lebih emosi lagi!"

Dimas menghela napasnya, "aku bener-bener minta maaf ya Dev, tapi kamu tetep mau kerja kan di toko?"

Devi kembali menghela, pengennya sih berhenti saja, malas kali harus berurusan dengan pacar Dimas yang cemburuanya over banget! tapi, hidup Devi juga bergantung pada pekerjaannya itu. Jadi mau tidak mau Devi harus tetap bekerja.

Devi akhirnya mengangguk pasrah.

"Tapi, pliss! aku mohon, kak Dimas jangaan lagi deh berbuat sesuatu yang memancing ke-salah paham-an dengan kak Sita, iya kalau aku nggak kena dampaknya, eh, ini aku malah yang kena tampolan."

Dimas tertawa, tangannya terangkat hendak memeluk Devina lagi seperti tadi, tapi kali ini Devina lebih waspada, dia langsung mundur dan menjauhi Dimas, enggan bersentuhan apalagi berpelukan. Bisa-bisa pipinya yang sebelah kanan juga kena gampar lagi!

"Tenang aja, Sita nggak bakalan tau," bisik Dimas sambil mendekati Devi.

"Rasanya kurang mantap kalau nggak berpelukan untuk merayakan sesuatu, kan?" ucap Dimas lagi.

"Nggak sih, aku nggak ngerasa ada yang kurang! lagi pula mau Kak Sita tau atau enggak, aku tetap nggak suka di peluk-peluk. Apalagi Kak Dimas bukan saudara aku, bukan pacar aku, jadi nggak harus berpelukan juga kan?!" kesal Devi sambil mendorong Dimas yang perlahan tapi pasti terus mendekatinya.

"Devi!" Ivan yang melihat gelagat Dimas mulai mencurigakan, segera keluar dari mobil. Dia pun berlalri kecil mendekati Devi.

"Ada masalah?" tanyanya sambil menatap tajam ke arah Dimas.

"Eh, e-enggak kok, kak Ivan..." ucap Devi gugup.

'Kenapa kak Ivan masih di sini? berarti Devan juga, dong!'

Devi menoleh ke arah mobil Ivan, dan dilihatnya Devan sudah berdiri di dekat pintu mobil sambil melipat tangan di dada. Dia menutup kepalanya dengan hoodie, dan memakai masker warna hitam. Namun tatapan matanya tampak tajam menatap Dimas.

"Kenapa kamu gangguin Devi?! ada masalah!" tanya Ivan dengan nada tegas.

"Siapa dia, Dev? kok kamu punya kenalan Om-Om?" tanya Dimas sambil menatap Devi.

Devi mengernyit, tak suka dengan nada bicara Dimas yang tampak merendahkan dirinya.

"Mendiang Kak Dimas pulang deh, dan ini," Devi menyerahkan kunci toko pada Dimas, "aku nggak bisa buka toko pagi-pagi, seperti biasa setelah kuliah aku baru ke toko. Terima kasih!" ucap Devi sambil mempersilahkan Dimas untuk angkat kaki.

"Okelah, besok kita ketemu di toko saja," ucap Dimas sambil mundur perlahan dan berjalan menjauh.

"Kenapa sih tu orang! aneh banget! perasaan dulu orangnya lempeng-lempeng aja nggak aneh-aneh! bikin kesel, ih!" geram Devi.

"Dia sering gangguin kamu?" tanya Ivan sambil menoleh ke arah Devi.

"Enggak kok, kak. Baru hari ini aja dia aneh, mungkin dia merasa bersalah karena tadi pacarnya nampar aku," ucap Devi sambil manggut-manggut, mengiyakan ucapannya sendiri.

"Pacarnya nampar kamu?!" kaget Ivan.

Devi mengangguk, "pacarnya cemburu sama aku, padahal ya aku nggak ada apa-apa sama orang itu! ckck nggak habis fikir!" kesal Devi sambil menunjuk-nunjuk dahinya, emosi.

"Oh iya, makasih Kak Ivan sudah bantuin, aku mau balik ke kos dulu," ucap Devi yang merasa tak enak hati karena sudah menahaan Ivan gara-gara ulah Dimas.

"Oke, Dev. Hati-hati ya. Kalau ada apa-apa jangan segan buat telpon aku, atau Devan atau tante Luci. Kami bisa bantuin kamu, kok kalau orang itu berbuat aneh-aneh lagi," ucap Ivan.

Devi yang mendengar ucapan Ivan, langsung merasa terharu.

Baru kali ini, ada orang menawarkan seluruh keluarganya untuk membantu Devi saat kesulitan. Selama dua tahun tinggal di kota ini, Devi tak pernah sekalipun mengandalakan orang lain, dia harus bisa mandiri dan kuat! jadi begitu mendengar ucapan Ivan, hatinya merasa sangat bahagia.

"Makasih kak Ivan," ucap Devi dengan sangat tulus. Lalu Devi menoleh ke arah Devaan yang masih terdiam di tempatnya, "Makasih Devan!" pekik Devi lirih sambil melambaikan tangannya. Lalu Devi pun berlari menuju gang tempat rumah kosnya berada.

.

.

Kriiiiingggg!!!

Devi terhenyak kaget, matanya langsung membuka sempurna. "Suara apaan tuh!" gumamnya.

Devi menoleh ke kanan dan kiri, ternyata bunyi keras barusan berasal dari ponsel barunya.

Devi harus merubah ringtone ponsel yang super jelek ini, membuat kaget saja!

Buru-buru Devi mengangkat panggilan telponnya, "Halo?"

"Halo, bu guru, aku lupa ada tugas sekolah yang belum aku kerjakan! tolong bantuin!"

"Hah? De-Devan?" Devi melirik jam besar yang tertempel di dinding kamarnya, "sekarang jam 3 pagi, Devan..."

"Iya, masa aku harus telpon jam 7, terlambat sekolah nanti!"

Iya sih, tapi nggak gini juga dong... telpon pagi buta...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!