Aluna, gadis berusia delapan belas tahun dengan trauma masa lalu. Dia bahkan dijual oleh pamannya sendiri ke sebuah klub malam.
Hingga suatu ketika tempat dimana Aluna tinggal, diserang oleh sekelompok mafia. Menyebabkan tempat itu hancur tak bersisa.
Aluna terpaksa meminta tolong agar diizinkan tinggal di mansion mewah milik pimpinan mafia tersebut yang tak lain adalah Noah Federick. Tentu saja tanpa sepengetahuan pria dingin dan anti wanita itu.
Bagaimana kehidupan Aluna selanjutnya setelah tinggal bersama Noah?
Langsung baca aja kak!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 35
Vincent sudah hampir setengah jam duduk di kursi ruang tunggu, hatinya resah menunggu Aluna yang tengah diperiksa oleh dokter.
Pikirannya penuh dengan bayangan Aluna yang pingsan di pelukannya tadi. Ingin sekali rasanya Vincent masuk ke dalam ruang pemeriksaan dan berada di samping Aluna.
Namun, dia menahan diri.
Wajah dingin dan datar seseorang yang tidak lain adalah Noah, membuat Vincent mengurungkan niatnya untuk masuk.
Lelaki itu berdiri di depan pintu dengan tangan terlipat, seolah menantang siapa saja yang mencoba mendekati ruangan tersebut.
Vincent menghela napas panjang. "Kenapa Tuan memukul saya, hah?! Sakit tahu!" serunya dengan nada marah, tangannya masih memegang sudut bibirnya yang berdenyut nyeri.
Noah tidak bergeming. Ia hanya menatap Vincent dengan tatapan tajam.
"Siapa yang menyuruhmu membawanya ke mari?" tanya Noah dingin.
Vincent mendengus kesal.
"Tentu saja saya membawanya kemari! Mana ada orang pingsan dibiarkan begitu saja!" jawab Vincent dengan nada yang sama kesalnya.
Rasa sakit di wajahnya seakan bertambah dengan perlakuan Noah seenaknya sendiri.
"Anda juga memukul saya sampai begini, kejam sekali," tambahnya sambil mengusap-usap wajahnya yang lebam.
Vincent terus menggerutu. Tidak pernah terlintas dalam pikirannya bahwa Noah akan bertindak sejauh ini. Ia baru menyadari bahwa sejak tadi, Noah ternyata mengikutinya dan Aluna.
"Dia milikku! Jadi hanya aku yang boleh menyentuhnya!" ucap Noah, penuh penekanan.
Vincent memandang Noah dengan tatapan meremehkan. "Milik Anda? Yakin?" tanyanya sambil menarik kaca kecil dari saku celananya.
Ketika melihat pantulan wajahnya yang babak belur, Vincent menggerutu lagi, "Sial! Wajah tampanku jadi hancur begini," gumamnya pelan.
Noah hanya menggelengkan kepala dengan kesal.
"Kamu benar-benar seperti bocah! Aku hanya memukulmu dan reaksimu kenapa jadi berlebihan begini? Sebenarnya kamu laki-laki atau bukan!" bentaknya dengan nada tajam.
Vincent menoleh, menatap Noah dengan tatapan tak percaya.
"Hanya, Anda bilang? Lagipula, kenapa Anda begitu peduli pada Aluna? Bukankah kemarin Anda berniat mengusirnya dan bahkan mengacuhkannya?" Vincent mengangkat alis, curiga.
Ucapan Vincent itu membuat Noah semakin melotot. Kemarahan jelas terpancar di wajahnya, namun dia tidak memberikan jawaban apa pun.
Melihat Noah yang tidak bisa menjawab, Vincent merasa di atas angin.
"Asal Anda tahu, saya yang akan mengambil hati Aluna dan menjadikan dia istri!" kata Vincent sambil tersenyum penuh kemenangan.
Noah yang mendengar hal itu semakin melotot, matanya seolah ingin keluar dari tempatnya.
"Kenapa? Anda tidak terima?" Vincent menunggu reaksi Noah.
"Tidak! Aku sama sekali tidak peduli padanya," ucap Noah.
Vincent tersenyum sinis. "Jadi, tidak masalah kan kalau aku mendekatinya?" tanyanya.
Noah membuka mulutnya, hendak membalas ucapan Vincent, namun sebelum sempat berbicara lebih jauh, pintu ruangan pemeriksaan terbuka.
Aluna keluar bersama Sandrina, dokter yang tadi memeriksanya.
Vincent segera bangkit dari kursinya dan bergegas menghampiri Aluna.
"Bagaimana keadaanmu? Kamu baik-baik saja, kan?" tanya Vincent penuh perhatian. Ia menatap Aluna dengan cemas.
Sandrina tersenyum lembut.
"Tenanglah, Vin. Gadis ini hanya sedikit shock akibat benturan ringan yang baru saja terjadi. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," sahutnya sambil menepuk pundak Vincent. Pandangannya lalu beralih ke arah Noah yang masih berdiri di dekat pintu. "Wah, kamu juga di sini, Noah? Tumben sekali. Apa rasa bencimu pada rumah sakit sudah hilang?" sindir Sandrina.
Noah tidak membalas sindiran itu. Wajahnya masih terlihat dingin dan tanpa ekspresi.
"Sudah selesai, bukan? Ayo kita pulang!" ajak Noah tiba-tiba, sambil menarik tangan Aluna.
Namun, Aluna menepis tangan Noah. Wajahnya berubah menjadi serius, matanya memandang Noah dengan tajam.
"Jangan sentuh gadis kotor seperti saya, Tuan!" tegas Aluna.
Noah terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Untuk pertama kalinya, Aluna menunjukkan sikap yang berbeda.
Sikap yang membuat Noah merasa ragu, siapa gadis yang ada di depannya ini?
Sementara itu, Vincent hanya bisa menatap mereka berdua dengan senyum kecil di sudut bibirnya. Sebuah senyum penuh arti, seolah dia tahu sesuatu yang tidak diketahui oleh Noah.
"Rasakan itu!" gumam Vincent.