Rosana mempunyai orgen tunggal yang sangat laris, setiap minggu selalu saja ada yang meminta untuk organ nya main di setiap pesta. bahkan sampai luar desa juga meminta organ dia, semua nya menganggap itu hal biasa.
tidak ada yang tau apa yang sebenar nya sudah terjadi?
Halim mengetahui ada yang tidak beres pada istri nya, sehingga dia pun berusaha mencari tau apa yang sudah terjadi. terlebih pemain dari orgen tunggal milik musuh mereka mulai mati satu persatu setelah bicara dengan Rosana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29. Menemukan jasad
Juminten yang di usir Rosana hanya bisa menggerutu panjang pendek karena dia sangat kesal karena tidak dapat info apa pun, dari sudah berharap bahwa ada berita yang sangat menyala sehingga dia bisa jadi sumber. bisa jadi sumber saja sudah bangga bukan main karena orang orang akan mendekati diri nya dengan rasa penasaran yang amat tinggi, maka nya Juminten nekat datang.
Tapi yang dapat cuma rada malu saja karena Sela kabar nya cuma jatuh di sekolahan, kebetulan pula Dion lewat dan Minten segera mendekati nya untuk bertanya apa memang Sela ada jatuh di sekolahan, bila tidak maka sudah pasti tadi orang yang ada di sana semua nya bohong.
Sebab Sela menangis nya sampai terisak isak dan di peluk oleh Rosana, rasa nya Minten tidak percaya bila cuma karena jatuh saja di sekolahan. memang dengkul nya Sela ada yang terkelupas dan merah, tapi rasa nya sangat tidak pantas bila gadis seusia dia jatuh sampai menangis di peluk oleh Ibu nya.
"Dion!" panggil Juminten tergesa gesa.
"Ada apa, Bik?" Dion pun berhenti karena di panggil.
"Kamu kan satu sekolahan ya sama Sela, kamu lihat tidak pas dia jatuh tadi?" Minten langsung bertanya tanpa basa basi.
"Enggak tau, Bik! aku kan sama dia beda lokal, yang satu lokal itu Bastian." jawab Dion apa ada nya.
"Masa tidak tau sih, padahal loh kamu satu sekolahan!" Minten kesal sekali rasa nya.
Dion melongo melihat reaksi nya Juminten yang menurut dia sangat aneh, sekolahan mereka cukup besar sehingga kadang kala walau pun tetangga maka di sekolahan tidak akan saling sapa karena jarang ketemu. Dion dan Sela memang beda lokal, Dion di lokal A dan Sela di B sehingga wajar saja bila dia tidak tau.
"Kamu beneran enggak ada kabar berita gitu yang terdengar? masa sih enggak ada berita nya, Dion." Minten tetap memaksa.
"Bibik tidak bisa memaksa ku begini lah, aku itu di sana sekolah bukan mau cari berita gosip!" kesal Dion langsung pergi.
"Bocah kurang ajar, bisa bisa nya marah sama orang tua!" Minten kesal bukan kepalang.
"Kamu kenapa sih, Ten?" Mila keluar karena terganggu dengan suara nya Juminten.
"Eh Mbak Mila." Juminten tersenyum malu karena ada yang dengar.
Tapi tentu saja semua nya jadi bagus karena sama sama suka gosip sehingga mereka akan nyambung satu sama lain, apa lagi mereka memang sama sama tidak suka dengan Rosana. Mila memang tidak suka dengan Rosana, tapi bila Juminten orang nya memang bermuka dua sehingga bisa sana sini.
"Tadi tuh aku kan lihat Sela pulang sekolah dalam keadaan nangis, pas aku samperin kata nya cuma jatuh di sekolahan." bisik Juminten.
"Lah terus kenapa kau setop Dion?" Mila masih tidak paham.
"Nangis nya itu beda! enggak kayak nya kalau cuma jatuh saja, maka nya aku tanya sama Dion apa memang dia ada jatuh." Juminten berapi api sangat bicara.
"Nangis nya emang sampai bagai mana?" Mila sekarang mulai penasaran dan juga curiga.
"Mata Sela sampai bengkak, di peluk juga sama Rosana! dia kan sudah besar, jadi rasanya tidak mungkin lah nangis jatuh saja sampai begitu." Minten semangat membuat Mila juga kepo.
Mila menatap rumah nya Rosana yang sekarang mulai bagus dan di bagian kanan juga sudah di pagar besi, sedangkan punya dia saja belum ada di pasang pagar. hal seperti itu saja bila orang irian maka bisa membuat panas hati, maka nya Mila sangat kesal pada Rosana apa pun yang terjadi.
"Pasti ada yang tidak beres di tempat Rosana, aku yakin dia punya pesugihan itu." Mila bergumam setelah ingat ucapan dukun Wagio.
"Pesugihan?!" Minten kaget sekali mendengar nya.
"Aku curiga sih begitu, Jarwo itu meninggal karena di jadikan tumbal! sedangkan orang yang kaya mendadak adalah Rosana, padahal sebelum nya kan dia jadi orang miskin." Mila menggebu gebu.
"Bisa jadi!" Minten tampak setuju dengan ucapan Mila.
"Kita harus cari cara untuk membongkar perbuatan nya Rosana, kamu cari lah informasi soal dukun yang bagus!" suruh Mila.
"Nanti aku akan cari cari informasi, pokok nya tenang saja." Juminten pun setuju untuk cari dukun.
Mila dan Minten pulang kerumah masing masing, sedangkan Mila naik motor nya karena dia ingin mencari alamat rumah nya Purnama untuk menaruh benda ghaib yang Mbah Wagio berikan. dukun itu tidak tau siapa yang akan di ganggu nya, karena Mila juga belum tau jelas siapa wanita yang sudah menghajar dia.
...****************...
"Mbok!"
Deva datang membawa sambal hati ayam karena dia masak agak banyak, memang Deva sering memberikan pada Mbok Samini. sebab tetangga sebelah nya ini kurang mampu, dan yang paling penting Mbok Samini sangat suka dengan masakan nya Deva yang sangat enak dan pas di lidah orang tua ini.
"Kok pintu nya buka tapi ndak di jawab to?" Deva pun melongok kedalam rumah.
Praaak.
Mangkok yang berisi sambal hati ayam jatuh dan pecah karena tangan yang memegang gemetaran tidak berdaya, Deva rasa nya mau pingsan melihat tubuh tua itu tergelatak dengan kepala yang bolong, sama sekali tidak ada darah karena darah dan otak sudah di hisap iblis kuda.
"Tolooooong, tolooong!" teriak Deva dari depan rumah orang tua ini.
"Ono opo, Va?" Mak Banung yang baru dari kebun mendatangi nya.
"Mbok Samini mati di dalam rumah, Mak!" Deva gemetaran dan pucat pasi.
"Apa!"
Mak Banung juga kaget mendengar nya dan segera masuk kedalam rumah karena dia mengira hanya kematian biasa, namun ternyata orang tua ini meninggal dalam keadaan kepala bolong di bagian ubun ubun dan kepala nya tampak kosong melompong.
"A-apa ini, Va?!" Mak Banung tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Tadi aku datang untuk mengantarkan lauk, Mak! tapi Mbok Samini sudah begitu keadaan nya." jelas Deva juga ketakutan.
"Teguh nya kemana ini? Ya Allah, Mbok!" Mak Banung menangisi jasad yang sudah tua ini.
"Allahu Akbar!" Deva yang melihat kamar nya Teguh kembali kaget pula.
"Ya allah!" Mak Banung juga tidak bisa lagi mau berkata kata.
"Aku akan minta tolong pada orang lain, tolong tunggu di sini ya." Deva berjalan keluar rumah untuk mencari orang lagi.
Sedangakan Mak Banung terdiam pucat karena sangking takut nya melihat dua jasad yang meninggal dalam keadaan parah begini, entah apa yang sudah membunuh mereka sehingga mati nya saja sampai sesadis ini, otak dan juga darah yang habis.
Aq berharap sela ,, ayah Halim masih bisa d selamatkan,, ow iya mas Bastian juga yaa Kaka,, jangan smpe jadi tumbal dia ...,, anak baik tuh