Mempunyai paras cantik, harta berlimpah dan otak yang cerdas tidak membuat Alsava Mabella atau gadis yang kerap di sapa Alsa itu hidup dengan bahagia.
Banyak yang tidak tahu kehidupan Alsa yang sesungguhnya. Mereka hanya tahu Alsa dari luarnya saja.
Sampai akhirnya kehidupannya perlahan berubah. Setelah kedua orang tuanya memutuskan untuk menikahkannya di usianya yang terbilang masih sangat muda itu dengan lelaki yang sangat di kenalinya di sekolah.
Lelaki tampan dan juga memiliki otak yang cerdas seperti Alsa. Bahkan Dia juga menjadi idola di kalangan siswi di sekolahnya.
Mau menolak? Jelas Alsa tidak akan bisa. Bukan karena dia memiliki rasa, tetapi keputusan kedua orang tuanya adalah mutlak.
Follow ig riria_raffasya ✌️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon Mantu
Alsa masuk ke dalam mobilnya. Almamaternya ia sampirkan di sandaran kursi sebelah kemudi. Setelah itu dia menyalakan musik untuk menemani perjalanan ke rumah Gerald. Alsa memang berniat untuk langsung ke rumah Gerald terlebih dahulu sebelum pulang.
Dengan kecepatan sedang Alsa melajukan mobilnya. Bibir manisnya asik menyanyikan lagu yang sedang dia putar dan dengarkan.
Tidak membutuhkan waktu lama. Alsa sampai di depan rumah mewah Bunda Nimas. Alsa memang belum pernah berkunjung ke rumah itu. Tetapi dia sudah tahu alamat rumah calon martuanya itu.
"Bener kan ini?" gumamnya bertanya pada diri sendiri.
Setelah mematikan mesin mobil dan juga musiknya. Alsa kembali mengambil almamater sekolahnya. Ya kali dia berkunjung ke rumah calon martua dengan keadaan tidak rapih.
"Ah sial, gue lupa nggak beli buat oleh-oleh tangan lagi, nggak apa lah niatnya buat berterimakasih ke Tante Nimas bukan buat cari muka," gumamnya lalu keluar dari mobilnya.
Sebelum itu Alsa sempat berkaca dengan penampilannya terlebih dahulu. Setelah di rasa cukup rapih Alsa segera masuk ke dalam pintu gerbang.
"Cari siapa Neng cantik?" tanya Satpam yang berjaga di rumah Gerald.
"Oh mau ketemu Tante Nimas Pak," jawab Alsa membuat Satpam itu mengangguk dan langsung membukanya.
Satpam itu cukup paham tidak mungkin gadis di depannya ini gadis yang tidak baik. Dilihat dari penampilannya saja Alsa terlihat gadis SMA biasa yang sangat cantik. Jelas majikannya pasti mengenalinya.
Alsa menekan bell pintu berkali-kali. Tidak lama terbukalah pintu besar itu. Dan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu terkejut melihat kedatangan Alsava.
"Sayang kamu ke sini? ayo masuk," ajak Bunda Nimas yang begitu terkejut melihat kedatangan Alsava.
Alsa menurut. Dia masuk kedalam rumah Gerald yang baru pertama kalinya dia kunjungi. Setelah duduk di sofa Bunda Nimas tersenyum ke arah Alsava.
"Apa kamu ke sini sendiri sayang?" tanya Bunda Nimas dengan lembut.
Alsa menganggukan kepalanya. "Iya Bunda, Alsa ke sini memang mau ketemu Bunda," jawab Alsa yang dijawab Bunda Nimas dengan menganggukan kepalanya.
"Sebentar ya biar Bunda bikinin minum," ucap Bunda Nimas beranjak dari duduknya.
Lagi-lagi Alsa hanya mengangguk. Dia sendiri memang cukup haus karena cuaca yang sedang panas siang ini. Alsa melirik ke sekitar ruangan itu. Ada foto Gerald di masa kecil.
"Si alay," gumam Alsa tersenyum miring.
"Kenapa sayang?" tanya Bunda Nimas yang datang dengan tiba-tiba.
Alsa terkejut. Lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak Bund, bukan apa-apa," jawab Alsa yang memang sedikit gugup.
"Di minun dulu sayang," suruh Bunda Nimas.
Alsa mengangguk, lalu segera mengambil jus yang disediakan oleh Bunda Nimas tadi.
"Seger banget Bun, makasih ya Bun," jawab Alsa membuat Bunda Nimas tersenyum.
"Oh ya.. Bunda sendiri aja di rumah? kok sepi banget?" tanya Alsa yang tidak melihat keberadaan mahluk hidup selain dirinya, Bunda Nimas dan Pak Satpam di depan.
"Bunda 5 orang kok di rumah kalau Ayah Gerald sama Gerald belum pulang." Bunda Nimas menjelaskan seraya tersenum.
Alsa mengerutkan kedua alisnya bingung. "Banyak banget Bun? siapa aja?" tanya Alsa yang memang merasa penasaran.
"Sama asisten rumah tangga yang kerja di sini dong nak, Bunda udah nggak kuat kalau harus ngurus rumah sendiri," jelas Bunda Nimas membuat Alsa mengangguk.
Pantas saja rumahnya terlihat rapih dan sangat bersih. Ternyata asisten rumah tangganya saja hampir satu RT. Pikir Alsava.
"Oh ya Bun, makasih ya Bunda udah mau datang ke sekolah," ucap Alsa seraya tersenyum.
Jujur saja dia sedikit merasa sedih karena orang tuanya yang pergi begitu saja dan mengingkari janjinya. Tetapi Alsa juga bersyukur karena wanita di depannya ini sangatlah baik sampai mau menggantikan orang tuanya untuk datang ke sekolahnya.
Jika calon martua lain mungkin sudah membatalkan rencana perjodohannya karena calon mantunya memiliki banyak catatan merah di sekolahnya. Tetapi tidak dengan orang tua Gerald yang menerima Alsa apa adanya. Menurut mereka kenakalan di SMA hal wajar untuk anak remaja.
"Iya sayang, Bunda tahu Mami kamu tidak bisa datang karena harus berangkat, tadi Mami kamu juga pesan sama Bunda buat jagain kamu, jadi kamu jangan merasa sungkan ya kalau ada apa-apa kasih tau Bunda," jelas Bunda Nimas membuat Alsa mengangguk kepalanya.
"Makasih Bunda," jawab Alsa yang langsung memeluk Bunda Nimas.
Bunda Nimas membalas pelukan Alsa dengan begitu hangat. Dia sendiri sudah tidak sabar untuk mempunyai menantu dan mengajaknya berbelanja juga memasak bersama.
"Bun... Pengen pi*is," ucap Alsa sedikit malu.
Bunda Niams tertawa melihat wajah lucu Alsava. "Ayo Bunda antar ke kamae Gerald. Kamu bisa istirahat di sana juga biar lebih leluasa," jawab Bunda Nimas mengajak Alsa untuk ke kamar anaknya.
Alsa terkejut. Dia tidak mungkin masuk ke kamar cowok. Apa lagi kamar Gerald cowok yang menurutnya sangat menyebalkan dan alay itu karena menjabat sebagai ketua osis. Tetapi tangannya sudah ditarik Bunda Nimas untuk menuju ke lantai atas.
"Kami bisa pakai kamar Gerald kalau mau ke kamar mandi dan istirahat sayang, Bunda ada di ruang olahraga ya," pamit Bunda Nimas yang hanya mendapat anggukan kepala dari Alsava.
Alsa masih terbengong di kamar Gerald. Sampai akhirnya dia berlari ke kamar mandi untuk segera mengeluarkan apa yang sedari tadi sudah dia tahan.
Setelah selesai Alsa keluar dari kamar mandi. Alsa bingung harus melakukan apa, matanya menatap ke sekeliling ruangan kamar Gerald. Luas dan sangat rapih itu yang Alsa katakan dari pertama melihat ruangan kamar tersebut.
Alsa melihat tumpukan buku yang lumayan banyak di meja. Bahkan di sebelahnya juga terdapat lemari dengan banyak buku yang tersusun dengan rapih.
"Rapih amat tuh cowok alay," gumam Alsa menilai kerapihan kamar Gerald.
Alsa terus saja melihat isi ruangan kamar Gerald. Kapan lagi coba dia bisa melakukan penggeledahan di kamar cowok yang tidak dia sukai itu tanpa si pemiliknya tahu.
Matanya menyipit saat melihat sebuah foto kecil. Di sana ada Gerald bersama dengan seorang wanita. Mereka saling senyum dan merangkul.
"Pacarnya? lumayan juga selera tuh cowok alay" gumam Alsa lagi berkomentar tentang Gerald. Sampai akhirnya Alsa mengangguk-anggukan kepalanya cepat setelah mengingat cewek yang ada di foto tersebut.
"Ah iya cewek yang pernah gue lihat nih dia," ucap Alsa lagi.
Sedangkan di tempat lain. Gerald tampak terburu-buru keluar dari ruangan osisnya. Setelah tadi selesai rapat dengan semua anggotanya. Gerald langsung pamit untuk pergi.
"Ral mau ngapain sih?" teriak Abim bertanya kepada Gerald.
"Ada urusan gue," jawab Gerald datar.
Ninda menghampiri Abim. Dia menatap kepergian Gerald yang semakin menjauh dari mereka.
"Gerald udah punya cewek belum sih Bim?" tanya Ninda penasaran.
Abim melihat ke sampingnya dengan malas. "Bukan urusan lo," jawab Abim lalu kembali ke ruang osisnya.
Ninda menatap Abim tidak percaya. Dia mengepalkan tangannya kesal dengan jawaban Abim tadi.
"Huh.. nyebelin!" kesal Ninda seraya ikut masuk ke ruang osis lagi untuk berkemas-kemas pulang.