Jika kematian adalah akhir bagi kehidupan setiap orang yang hidup di dunia ini.
Hal tersebut justru merupakan awal perjalanan baru bagi seorang pemuda yang kembali harus menjalani kehidupan nya sekali lagi setelah kematian nya itu...
Mampukah pemuda tersebut menjalani kehidupan keduanya itu? atau justru harus berakhir sama seperti kehidupan sebelum nya?.
Karena jalan yang akan pemuda itu tempuh setelah nya tidak akan semudah seperti apa yang ia alami di kehidupan pertama nya.
Ya meski di dua kehidupan tersebut sang pemuda harus menjalani berbagai kepahitan hidup, tetap saja di kehidupan keduanya itu akan lebih menakjubkan dan akan lebih menantang dari kehidupan nya sebelumnya.
Penasaran?...
Yok Baca di sini 👇
.
.
.
.
.
.
.
👉 Pewaris Dewa Terkuat 👈
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatiih Romana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps.11
"Patriak, lalu apakah kami boleh tahu kemana sebenarnya tetua Lei pergi beberapa bulan ini?" tanya salah satu tetua wanita pada sang Patriak setelah pembahasan sebelumnya.
Membuat semua pasang mata yang ada di sana langsung mengalihkan tatapan nya pada sang Patriak, karena mereka juga penasaran dengan hal itu.
"Saat ini dia sedang berusaha mempelajari mengenai formasi pembatas yang memisahkan lembah bagain luar dan dalam di lembah misterius yang berada di bagian barat wilayah kerajaan Yuan."
jawab patriak menjelaskan.
"Benar benar ambisius, aku pikir tetua Lei sudah melupakan mimpinya itu setelah ia selalu gagal sebelum nya, namun ternyata di lebih gigih dari apa yang aku kira."
ucap tetua yang berada di dekat Patriak.
"Lupakan masalah itu, sebaik nya kita kembali ke pembahasan utama kita, yaitu kompetisi untuk perekrutan murid sakte." putus Patriak sakte, agar mereka kembali ke pembahasan sebelum nya.
Setelah itu mereka pun dengan serius membahas masalah perekrutan murid itu, dengan membagi kelompok tetua ke berbagai wilayah untuk bertugas sebagai penyeleksi untuk acara tersebut.
Karena mereka berencana untuk melakukan perekrutan besar besaran kali ini, yang mencakup semua daratan yang ada di alam rendah ini.
.
.
.
Goa tebing pembatas area tengah lembah.
Setelah berhasil keluar dari celah formasi itu, pria paruh baya itupun langsung membawa tubuh Zain ke dalam goa yang di tempati nya sebelum nya.
Setelah sampai di ujung goa, pria paruh baya itupun meletakkan tubuh Zain di tempat biasa nya ia duduk.
Karena kondisi Zain hanya tertidur saat ini, jadi pria paruh baya itu hanya bisa menunggu untuk Zain bangun dari tidurnya tanpa bisa melakukan apapun.
Cukup lama Zain tertidur di goa itu, hingga kemudian terlihat kedua matanya mulai terbuka, dan apa yang ia lihat untuk pertama kali adalah sesosok pria paruh baya yang nampak menatap ke arahnya.
"Apakah kakek yang membawa ku ke tempat ini?" tanya Zain seraya bangkit dari posisi sebelum nya untuk duduk.
"Kamu benar teman kecil, karena sebelum nya aku melihat tubuh mu terjun bebas begitu saja dari langit." jawab pria paruh baya itu pada Zain seraya menyerahkan secangkir teh panas yang sudah ia buat sebelumnya.
"Terimakasih karena sudah membawa ku ke tempat ini kek. Jika tidak, bisa bisa aku tertidur di tempat itu, yang mana hal itu sangat berbahaya karena banyak sekali hewan dengan kekuatan yang sangat besar disana, yang sewaktu waktu bisa memakan tubuh ku."
ucap Zain sopan seraya menyesap teh hangat yang ada di tangan nya itu.
"Bukan apa apa teman kecil, kebetulan saja aku sebelum nya lewat di sekitar tempat itu." jawab pria paruh baya itu seraya tersenyum hangat.
Mendengar itu, Zain juga membalas senyum orang itu sebelum membuka mulutnya untuk berbicara kembali.
"Apakah kakek tinggal di tempat ini?" tanya Zain penasaran, sebab setahunya nya tidak ada yang berani untuk masuk ke lembah yang mereka tempati saat ini.
"Tidak, aku tidak berniat tinggal di sini, karena aku berada di sini untuk mempelajari aray penghalang yang tak jauh dari tempat ini." jawab pria paruh baya itu.
"Jika begitu, kakek pasti adalah ahli Aray tingkat tinggi kan?" tanya Zain menambahkan.
"Hahahaha, kamu terlalu menilai orang tua ini adik kecil, karena sejujurnya aku tidak bisa di sebut seperti yang kamu katakan sebelum nya, namun jika hanya sekedar di sebut bisa maka aku termasuk dalam kategori itu."
jawab pria paruh baya itu dengan tawa canggung nya, sebab ia merasa tidak pantas untuk merapatkan julukan setinggi itu.
Karena ia sudah berulang kali gagal untuk menemukan celah dari aray yang selama ini ia teliti itu,
dan untuk sebelum nya jika tidak ada retakan dari aray tersebut maka ia pun tidak akan pernah misa masuki bagian dalam dari lembah itu.
Mendengar itu, Zain hanya tersenyum tanpa membantah nya lagi, kemudian ia langsung membuka mulutnya lagi untuk memperkenalkan namanya pada sosok penolong nya itu.
"Aku Ling Zain kek, kakek bisa memanggil ku Zain."
"Zain?...Ling?...apakah kamu dari keluarga Ling?" tanya pria itu dengan kaget pada Zain.
Mendengar itu, Zain pun langsung menatap pria paruh baya itu dengan intens karena ia penasaran dengan sikap nya itu setelah mengetahui dari mana ia berasal.
"Ah tidak, aku hanya teringat dengan kenalan lama yang kebetulan memiliki nama keluarga Ling." jawab paruh baya itu buru buru setelah melihat tatapan tajam dari pemuda di depan nya itu.
"Namanya adalah Ling Zuan, dimana dia pernah menjadi kebanggaan sakte tempat kakek tinggal." lanjutnya.
"Kakek ternyata kenal dengan paman Zuan?" tanya Zain dengan penuh semangat merubah raut wajah dingin nya itu.
Mendengar panggilan paman dari mulut Zain, pria paruh baya itupun hanya bisa mematung di tempat nya sebelum kemudian ia membuka mulut nya.
"Apakah berarti kamu adalah keponakan dari Ling Zuan?" tanya pria paruh baya itu setelah berhasil menguasai dirinya kembali.
Zain langsung menganggukkan kepala nya seraya tersenyum untuk menanggapi pertanyaan itu.
"Benar kek, aku memang keponakan dari paman Zuan, dan dialah yang sering melatihku saat aku masih kecil."
"Jika begitu, ini benar benar takdir baik yang kita miliki, karena bisa bertemu di tempat ini." ucap pria itu dengan kebahagiaan terlihat jelas di wajah nya.
"Jika begitu, ayo kakek ikut aku ke klan, aku akan mengenalkan mu pada seluruh keluargaku di dana, termasuk pada istri paman Zuan dan putranya." ajak Zain dengan antusias.
"Jika begitu kakek akan ikut dengan mu kalau begitu. Tapi sebelum itu aku akan mengenal kan nama ku padamu teman kecil , nama ku adalah pak tua Lei , panggil aku dengan apapun yang kamu mau."
jawab pria paruh baya itu dengan senyum di bibir nya tak lupa juga ia mengenal kan siapa namanya.
"Jiak begitu aku akan memanggil dengan sebutan kakek Lei mulai sekarang," ucap Zain sambil tersenyum ke arah pak tua Lei.
Kemudian setelah itu keduanya pun langsung keluar dari goa itu.
"Kakek ikuti aku."
"Wush"
Belum sempat paktua Lei menjawab ucapan Zain sebelum nya.
Tiba tiba ia di kejutkan dengan kecepatan terbang Zain yang jauh dari apa yang ia perkiraan sebelumnya.
Karena kecepatan seperti itu bahkan untuk dirinya sendiri yang saat ini berada di alam kaisar pun belum tentu memiliki kecepatan seperti itu.
Tak ingin malu dengan sosok Zain, paktua Lei pun langsung mengeluarkan seluruh kemampuan yang ia miliki itu untuk mengejar sosok Zain yang sudah menghilang dari pandangan nya saat ini.
Namun usahanya itu tidak membuahkan hasil, sebab sosok Zain sama sekali tidak bisa ia temukan keberadaan nya.
Sementara jauh di depan paktua Lei berada saat ini, nampak Zain tengah duduk dengan santai di dahan pohon besar untuk menunggu kedatangan pak tua Lei yang sebelum ia tunggal kan itu.
Terlihat Zain nampak tersenyum geli saat melihat ke arah kejauhan, karena dalam pandangan nya nampak saat ini paktua Lei sepertinya sangat putus asa karena tidak bisa mengajar dirinya.