Tampan, kaya, pintar, karismatik mendarah daging pada diri Lumi. Kehidupan Lumi begitu sempurna yang membuat orang-orang iri pada kehidupannya.
Hingga suatu hari Lumi mengalami kecelakaan yang membuat hidupnya berada ditengah garis sial atau beruntung?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mesta Suntana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 26 - Berkunjung
Putih dan cantik. Bunga berwarna putih itu tersusun rapih di balut kertas berwarna hitam. Bunga itu terlihat begitu bersih dan halus. Bunga Krisan dan Bunga Mawar bersanding menjadi satu membentuk sebuah simbol kelembutan, kesucian, cinta abadi dan juga peringatan keabadian. Buket bunga itu tergenggam erat di tangan Lumi. Di hadapan Lumi kini ada sebuah batu yang bertuliskan Diar Kratos.
" Maaf, lama tidak berkunjung Paman. " Mata dingin dan tajam itu kini mulai sayu. Lumi mengelus batu nisan tersebut.
" Terima kasih atas uluran tangan yang begitu tulus padaku. Seberapa banyak aku menolak, terima kasih kau tetap mengulurkan tanganmu padaku. Rasanya aku tidak puas hanya mengucapkan kata terima kasih. "
" Terima kasih sudah memberiku kesempatan untuk melihat cahaya yang baru. "
Bunga itu kini Lumi taruh bersama bunga yang lain di atas nisan tersebut. Mungkin ada anak Pak Diar berkunjung sebelum Lumi. Setelah itu Lumi dan Bu Sri berdo'a, pandangan mereka kini mulai tertunduk. Semilir angin di tengah cuaca panas yang menyengat memberi sedikit sensasi sejuk pada mereka. Hening tercipta sesaat. Pandangan mereka kembali ke depan, mereka sudah menyelesaikan do'a mereka pada Pak Diar.
" Semoga Kau di berikan surga disana. " Suara Bu Sri begitu bergetar menahan tangis. Lumi segera memeluk Bu Sri untuk menenangkannya.
" Paman pemberian mu akan ku jaga denga baik. "
Lumi dan Bu Sri yang terhanyut dalam suasana, tanpa mereka sadari sudah ada dua orang yang berdiri di samping mereka dalam jarak dua meter. Mereka hanya menunggu dan memperhatikan Lumi.
Saat angin melipir menyentuh hidung Lumi lembut dari samping. Saat itu angin membuat Lumi melirik ke arahnya. Mata Lumi menangkap dua orang dari jarak dua meter. Wanita itu tersenyum ramah pada Lumi.
Aruna Kratos. Anak kedua dari Diar Kratos. Sementara yang ada di sampinya merupakan kakaknya Aruna, Kinan Kratos anak pertama Diar Kratos.
Setelah bertemu sapa melalui kontak mata, mereka langsung menghampiri Lumi dan Bu Sri. Sambutan hangat dari pelukan Bu Sri pada mereka berdua di sambut hangat kembali oleh mereka.
" Apa kabar nak? Sudah lama Tante tidak melihat kalian? " Bu Sri mengelus pundak mereka.
" Kami baik - baik saja Tante. " Kinan memegang tangan Bu Sri yang sudah mulai menua. Senyum sopan tertera pada wajah Aruna dan Kinan.
" Kalian begitu cantik dan tampan, bahkan garis lembut di wajah kalian persis seperti Ayah kalian. " Puji Bu Sri sambil mengelus pipi mereka satu persatu.
Setelah berbincang dengan Bu Sri kini mata Aruna beralih pada Lumi. Kontak mata pun terjadi. Senyum sopan Lumi menyapa Aruna. Aruna membalas kembali dengan senyum sopan dan elegan. Berbeda dengan Aruna, Kinan tidak memberikan sapaan hangat. Wajah masam dan enggan melihat Lumi itu terlihat padanya. Lumi mengerti dan tidak mencoba untuk mengusiknya. Karena Lumi tahu Kinan tidak menyukai dirinya.
" Ku kira Kau sudah sampai terlebih dulu. " Lumi membuka percakapan dan mencoba memberikan suasana yang nyaman.
" Tidak aku baru saja sampai dari LA dan langsung kesini. " Jawab Lana.
" Benarkah? Aku pikir itu buket bunga milikmu. " Lumi menunjukkan rangkaian bunga berwarna kuning cerah itu terbalut kertas cream dan putih.
Aruna mulai mengarahkan matanya pada apa yang di tunjuk Lumi. Bunga Matahari dan juga Tulip terikat dalam satu balutan. Begitu cerah dan penuh kesenangan. Aruna tersenyum cerah melihat bunga itu bertengger di makam Ayahnya.
" Itu, sepertinya sepupu perempuan saya yang datang pertama. " Raut wajah Aruna sedikit sedih.
" Aku sudah lama mencarinya semenjak Ayah meninggal. Dia selalu datang lebih awal daripada kami. Ayahku sangat menyayanginya. " Lanjut Aruna dengan hati yang merasa bersalah.
Sebenarnya Lumi ingin bertanya lebih lanjut, tapi Lumi tahan. Ini bukan urusannya dan biarkan mereka yang mengaturnya.
" Dia memliki kepribadian yang luar biasa. " Sela Kinan sambil menaruh buket bunga miliknya dengan yang lain.
Sepertinya mereka merindukan sepupunya dan juga sedikit ada rasa penyesalan dalam mata mereka. Sepertinya Dia memang luar biasa. Lumi yang merasa dirinya sudah cukup lama Dia berkunjung. Lumi berniat untuk berpamitan pada mereka. Mereka membutuhkan ruang untuk melepas rindu.
" Kalau begitu saya dan Bu Sri pamit terlebih dahulu, masih ada pekerjaan yang menunggu kami. " Pamit Lumi sambil mengulurkan tangannya.
Uluran tangan perpisahan di sambut senyum hangat Aruna. " Terima kasih sudah mau berkunjung dan meluangkan waktunya. Tolong, hati - hati di jalan. "
" Tentu saja. " Lumi melepaskan genggaman Aruna. Setelahnya Bu Sri memeluk Aruna dan Kinan tak lupa salam perpisahan terucap oleh mereka.
Punggung Lumi dan Bu Sri kini mulai menjauh meninggalkan mereka. Aruna dan Kinan kini mulai memfokuskan diri pada makan Ayahnya. Tangan Aruna meremas buket bunga yang Dia genggam.
" Ayah aku kembali, maaf lama berkunjung. " Aruna menyimpan bunga lily itu di tanah.
Tangan Kinan mulai menggenggam erat tangan Aruna. Kontak mata memenangkan Kinan tersalurkan pada Aruna. Kepala Aruna kini mulai bersandar pada pundak Kinan yang begitu kokoh.
" Ayah kami merindukanmu. "
Tangan mereka bertaut saling menguatkan, suasana hening dan penuh kerinduan tercipta.
......................
Semilir angin dingin menyeruak merinding menyentuh kulit. Terlihat surya belum menampakkan dirinya. Gelap masih menyelimuti langit. Pagi dini hari, wanita itu berjalan sendiri di kerumunan makam. Bunga Matahari dan Tulip Kuning memenuhi genggamannya. Makam yang akan Dia kunjungi sudah terlihat. Wanita itu termangu begitu lama dengan setelan kemeja hitamnya. Helaan nafas dingin mengepul di udara. Wanita itu kini mulai menunduk dan menyimpan bunga itu di atas pemakaman.
" Hai Paman, Aku berkunjung lebih awal lagi. " Ucapnya sambil mengusap nisan yang bertuliskan nama yang tertera.
" Maaf aku menjalankan hidup seperti ini. "
" Aku merindukanmu. "