"Bagaimana rasanya jatuh cinta dengan wali yang ditugaskan oleh ayah saya?"
Amara yang muda dan cantik memiliki kehidupan yang bahagia dan sempurna; ia dicintai oleh orang tuanya, sukses dalam studinya, dan telah menjadi direktur perusahaan sejak usia sembilan belas tahun.
Namun, di balik permukaan yang di irikan semua orang itu, ada sesuatu yang membuatnya sedih. Melihat pria yang dikaguminya sejak kecil menikah dengan wanita lain, Amara yang sombong hampir tidak bisa menyembunyikan rasa sakit dan kesedihan di hatinya.
Di sisi lain, Akmal yang tahu dirinya tidak boleh jatuh cinta, namun tanpa sadar dirinya terus memperhatikan Amara. Saat melihat Amara bersama pria lain, ia peduli dan cemburu...
Akankah roda takdir menuntun keduanya untuk saling mencintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan yang tidak akan berhasil
Amara keluar dari kampus bersama Mikha, wajah gadis bule yang ternyata sangat receh dalam berbicara.
"Ara, lihat itu. Bukanya dia pria yang menabrak mu kemarin." Mikha menujuk seorang pemuda yang berjalan kearah keduanya.
"Hai, I'm sorry for yesterday." Katanya sambil tersenyum menatap Amara.
"Tidak apa-apa." Jawab Amara datar.
Pemuda itu tersenyum kaku, "Kenalan aku Daniel, sepertinya kau bukan asli penduduk sini, dari wajah mu sudah terlihat." Katanya mencoba akrab.
"Hey, kau itu cerewet sekali," Mikha mengintrupsi, "Ara ayo kita pergi." Mikha menarik tangan Amara dan meninggalkan Daniel yang justru tersenyum melambaikan tangannya.
Saat hendak ingin pergi tiba-tiba ada yang menyentuh bahunya, membuat Daniel membuang napas kasar.
"Mau lari kemana kau, urusan kita kemarin belum selesai."
"Oke, aku kalah."
"That's better."
*
*
Mikha membawa Amara untuk jalan-jalan, gadis berambut keriting berwarna coklat itu berceloteh seperti burung yang baru di beri pisang.
"Ara, kau itu cantik aku yakin para pria di kampus akan banyak yang mendekatimu, dengan banyak modus." Kata Mikha, "Jadi jangan pernah tergoda, kecuali jika dia pria baik."
Amara hanya tersenyum mendengar ucapan Mikha.
"Hem, boleh di pikirkan nanti."
Mikha mengangguk, tiba-tiba ponsel Amara berdering, melihat nama yang tertera Amara mengangkatnya.
"Ya,"
"Kamu di mana?" Tanya seseorang di seberang sana.
Amara mengatakan dirinya sedang bersama temannya untuk menikmati keindahan sore.
"Jangan khawatir Om, bilang sama ayah kalau aku baik-baik saja," Katanya setelah mejelaskan, Amara yakin jika Jonas bekerja di bawah kendali sang ayah untuk menjaganya.
Terdengar helaian napas dari seberang sana, "Oke, hati-hati, bilang dengan teman mu itu."
Amara mendesahh kesal, kenapa Jonas sama seperti Akmal, kedua pria itu selalu memantau pergerakannya terkadang membuat Amara kesal.
Amara membuka galeri foto di ponselnya, dan beberapa foto seorang pria muncul begitu bayak, foto yang dia ambil secara diam-diam.
Setelah menikmati jalan-jalan sore dengan Mikha, Amara kembali ke rumah waktu sudah malam, tanpa melakukan apapun Amara masuk kedalam kamar, tubuhnya terasa lelah setelah melewati hari yang menurutnya melelahkan.
Berendam di dalam bathtub, Amara memejamkan matanya, aroma lembut yang menenangkan membuatnya merasa rileks dan nyaman.
"Om Akmal menikah itu apa harus dengan orang yang di cintai?" tanya Amara sambil memakan es krim yang baru dia beli minimarket dekat sekolah.
"Tidak juga, tapi kebanyakan iya. Mereka menikah karena saling mencintai." Akmal menenggak minuman kaleng yang dia pegang.
Seperti biasa Akmal menjemput Amara pulang sekolah, Akmal yang ditugaskan Maher untuk menjaga putrinya dan Akmal melakukanya.
"Oh, jadi kalau tidak cinta tidak bisa menikah." Katanya lagi yang masih menghabiskan es krim nya.
"Bisa juga, seperti dijodohkan."
Amara mengangguk, "Kalau Om cintanya sama siapa?" tanyanya lagi, kali ini Amara menatap kearah Akmal yang duduk di sebelahnya.
Akmal terseyum sambil mengusap kepala Amara, "Kamu masih dua belas tahun, kenapa pertanyaan kamu seperti itu?" katanya dengan tidak habis pikir.
"Kalau Amara sudah besar, Amara mau di jodohkan dengan Om."
Reaksi Akmal hanya terkekeh mendengar candaan Amara yang sudah biasa ia dengar.
"Om ini sudah tua, kalau menikah dengan mu bisa-bisa om di kira ayah gula mu." Akmal tertawa sambil geleng kepala. "Sudah jangan berpikir menikah, kamu harus sekolah dan siap untuk mengambangkan perusahaan mu sendiri."
Amara membuka matanya dan turun dari bathtub, gadis itu membilas tubuhnya di bawah guyuran air shower.
"Om mencintai kak Astrid?"
Pria yang berdiri di sampingnya mengangguk.
"Ya, dia wanita yang aku tunggu Ara, kenapa?" Akmal menatap gadis cantik di sampingnya dengan kening berkerut.
Amara menggeleng dan tersenyum, "Tidak ada, Kalau begitu Om Akmal tidak usah lagi menjadi supir pribadi ku, aku akan bilang sama ayah kalau aku bisa sendiri." Katanya dengan senyum tipis.
"Itu tidak kan terjadi, pak Maher tidak akan mengijinkan, kamu lupa terakhir kamu membawa mobil bisa membahayakan dirimu sendiri. Seharunya kamu ingat kenapa pak Maher tidak memberikan mu ijin lagi."
Amara hanya menunduk, menyembunyikan sesuatu yang membuat dadanya sesak.
"Tidak, aku harus keluar dari perasaan ini. Sampai kapan pun perasaan ini tidak akan berhasil."
Amara keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih segar, gadis itu hendak naik ke atas ranjang namun ketukan pintu membuat Amara mengurungkan niatnya.
"Ada apa bik?" Tanyanya yang melihat bik Marla.
"Tuan Jonas di depan, bibik suruh memanggil non." Katanya dengan sopan.
Amara mengangguk, ia ikut turun ke lantai bawah dimana Jonas sudah menunggunya.
"Kenapa Om?" tanya Amara yang melihat Jonas duduk disofa, sepertinya sedang melakukan panggilan Vidio dengan rekan kerjanya.
Dan Jonas yang duduk membelakangi Amara membuat orang diseberang sana tentu saja bisa melihat gadis yang berdiri di belakang Jonas.
"Yasudah besok kita bahas lagi," Jonas mematikan sambungan Vidio panggilnya.
"Kamu tidak ingin pergi keluar?" tanya Jonas saat melihat Amara berdiri di belakangnya.
Amara hanya mengangguk, "Boleh, kebetulan tidak ada tugas."
Sedangkan di negara yang berbeda melihat layar ponselnya yang sudah mati mengerutkan keningnya.
"Kenapa Jonas ada di rumah Amara malam-malam," Pikirnya.
*
*
Ngawallah namanya juga nona muda 🤣🤣🤣
menunggu lama ternyata dpt bekas siapa tuh
akhirnya jika org yg berjuang tk mu menyerah maka kamu sendiri yg mengalami penyesalan