Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Aku sedang mempersiapkan keperluan Dimas untuk pergi ke kantor. Mengambil kemeja, celana dan semua dalamannya. Bik Mar sudah manata pakaian Dimas di lemariku, karena kemarin Dimas marah-marah pakaiannya di susun di kamar tamu.
Pagi ini aku tidak workout karena sudah terlalu siang, sebelum jam 8 kami harus segera sampai di kantor. Ada pertemuan dengan klien dari Singapura.
"Mas, aku tunggu di bawah ya." teriakku di depan pintu kamar mandi. Tak lama kemudian pintu terbuka dan aku melihat Dimas dengan balutan handuk putih di pinggangnya.
"Bantu aku bersiap!" katanya. Lalu keluar melewatiku.
Aku menghembuskan nafas pelan. Mau tak mau menuruti permintaannya. Aku memalingkan wajahku saat mas Dimas membuka handuknya. "Kalau sudah selesai bilang." kataku.
"Haha, lihat kesini. Hanya lihat saja, nanti malam baru kamu bisa merasakannya lagi. Tidakkah kamu rindu dengannya." ucapnya. Aku tau apa yang Dimas maksud.
"Cepetan, kalo nggak aku keluar."
"Baiklah-baiklah!"
"Sudah! Kancingkan bajuku." ucapnya.
Aku membalikkan badan dan benar, Dimas sedang mengancingkan kemejanya. Aku mendekatinya dan membantunya mengancingkan kemeja. Kemudian mengambil dasi dan memakaikannya. Dimas menarik pinggangku hingga menempel di pinggangnya.
"Mas, susah kalau begini."
"Nanti jam 10 berkas pernikahan kita sudah selesai diurus. Setelah itu aku tidak akan bisa menahan diri lagi, dan aku tidak akan membiarkanmu menolakku lagi." ucapnya.
"Hmm! Aku tidak akan menolaknya. Karna aku juga sebenarnya menginginkannya." jawabku.
Dimas membolakan matanya mendengar perkataan ku. "Benarkah? Kenapa sejak kemarin selalu menolakku?"
"Karena kita sudah bercerai, mas lupa."
"Iya, tapikan kita bisa mulai lagi dari awal."
"Benar, tapi aku tidak ingin hamil di luar nikah."
"Kan aku bisa memakai pengaman. Lagipula aku bisa bermain aman meskipun tanpa pengaman."
"Tetap saja, itu zina namanya mas."
"Yaa yaa, baiklah. Persiapkan dirimu malam ini. Karena aku tidak akan memberimu ampun."
Aku terkekeh mendengarnya. "Ya sudah, kita berangkat sekarang!" ajakku.
Kami berdua berjalan keluar rumah. Aku melihat mobil ringsek milik Dimas sudah berganti dengan mobil alphard berwarna putih. "Apa anak buah mas sudah menggantinya?" tanyaku penasaran.
"Iya, mulai sekarang ini akan menjadi mobilmu. Tapi supir yang akan mengantarkan mu kemanapun. Aku tidak mengizinkanmu menyetir sendiri. Mengerti!"
Aku mengangguk senang, mobil ini lebih mewah dari mobil yang dulu Dimas berikan, karena dulu Dimas memberikanku mobil second, keuangannya dulu tidak sebaik saat ini. Aku yakin mobil ini lebih dari 1M.
Kami duduk di kursi penumpang, sedangkan mobil ini di kendarai supir. "Mas mobilnya terlalu besar untukku, aku ingin mobil yang biasa saja." ucapku. Aku tidak terlalu suka dengan mobil ini.
Dimas menoleh dan mengusap pipiku. "Kan ini akan nyaman kalau kamu pergi bersama Yessa dan Dewi." ucapnya. Aku berpikir sejenak, benar juga apa yang Dimas katakan.
"Benar juga ya." akhirnya aku menerimanya. Meskipun aku lebih suka mobil berukuran kecil, seperti Honda Brio milikku dulu. Tapi jika aku pergi bersama Yessa dan Dewi, mobil ini akan nyaman.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
"Sayang, nanti ke ruangan ya." kata mas Dimas saat kami baru keluar dari lift dan langsung di sambut Leo, mereka berjalan masuk ke dalam ruangan mas Dimas.
"Iya mas." jawabku. Lalu meletakkan tas diatas meja. Dan mengambil agenda milik Dimas.
Seperti biasa, aku memberikan agenda pada Dimas seharian ini yang sudah ku catat.
Aku masuk ke dalam ruangan mas Dimas dan melihat mas Dimas sedang duduk di sofa.
Mereka terlihat serius, aku tidak mau mengganggu mereka. Langsung ku hidupkan komputer milikknya, dan mengisi air minum dalam gelas, dan menyemprotkan pengharum ruangan seperti biasanya. Aku juga menyusun berkas yang harus Dimas tanda tangani diatas meja. Setelah itu menggantung jas Dimas yang ia letakkan diatas meja.
"Sayang, kesini sebentar." kata Dimas. Aku mendekati Dimas dan duduk di sebelahnya.
"Ada apa mas?" tanyaku penasaran.
"Tanda tangani berkas pernikahan kita." mataku membulat mendengarnya.
"Bukannya kata mas Dimas, berkasnya selesai jam 10 ya. Ini baru jam 8." kataku.
"Leo selalu bisa di andalkan sayang. Ayo tanda tangani, mas sudah. Setelah kamu menanda tangani, kamu resmi menjadi istriku." kata Dimas.
Aku mengambil berkas diatas meja dan mulai membacanya dengan seksama. Aku meneteskan air mataku karena akhirnya aku bisa kembali menjadi istri mas Dimas. Dengan penuh keyakinan, aku membubuhkan tanda tanganku ditempat yang di sediakan.
Kalo ada yang tanya, emang bisa nikah hanya dengan tanda tangan begitu. Jawabannya bisa ya guys. (Tapi hanya di dunia imajinasi otor aja). Biar nggak kelamaan prosesnya. Jadi, Jangan sangkut pautkan dengan agama dan keyakinan kalian.
Setelah menanda tangani aku menyerahkan kembali berkas tersebut pada Leo. "Kalau begitu saya akan kembali ke kantor urusan agama, untuk menyerahkan berkas ini untuk mendaftarkan pernikahan tuan dan nyonya." kata Leo, lalu berdiri dan keluar dari dalam ruangan Dimas.
Dimas menarikku ke dalam pelukannya. Ia menekan remot control untuk memburamkan dinding kaca di ruangannya.
"Akhirnya! terimakasih sudah memberikan kesempatan kedua padaku An!" ucap Dimas. Aku mengangguk.
Dimas merebahkan tubuhku diatas sofa dan mencium bibirku dengan lembut seolah menyatakan cintanya. Aku membalas ciumannya dengan senang hati.
Makin lama ciumannya makin menuntut, aku mendorongnya namun tenagaku kalah kuat.
Dimas membuka 3 kancing teratas kemejaku dan mengeluarkan bukit kembarku lalu menyesapnya.
"Aah!" desahku.
Aku tidak tenang karena memikirkan pekerjaan Dimas saat ini. "Mas, sebentar lagi ada pertemuan dengan klien dari Singapura." kataku mengingatkan.
"Jam berapa!" jawabnya singkat, dan kembali melanjutkan aksinya.
"Jam sembilan." jawabku sambil terus mendorong tubuhnya.
"Masih ada waktu setengah jam lebih lagi sayang." katanya, kali ini ia menghisap leherku. Hingga membuatku mendesah.
"Akh! Tapi kita harus bersiap mas, perjalanan dari sini ke tempat pertemuan kurang lebih 20 menit."
"Biar Leo yang menemuinya."
"Leo kan ke kantor urusan agama mas!"
Dimas bangkit dari atas tubuhku dengan wajah masam. "Kamu tidak ingin memberikan hakku bukan. Banyak sekali alasanmu Anna." ucapnya. Aku tau Dimas kecewa.
"Mas, aku kan sudah mengatakan, jika ada pertemuan dengan klien dari Singapura. Dan Leo tidak bisa menggantikan mas Dimas, karena harus ke kantor agama untuk mendaftarkan pernikahan kita." ucapku.
Dimas mengambil ponselnya dan menghubungi Leo dan meloudspekernya.
"Le, kau bisa langsung menemui tuan Smith setelah pulang dari mendaftarkan pernikahanku."
"Bisa tuan, aku hanya tinggal memberikan berkasnya saja pada petugas." jawab Leo.
Dimas menatapku kesal, aku meneguk ludahku karena Dimas menatapku dengan tatapan marah.
"Ya sudah, nanti aku minta Lala mengantarkan berkas ke tempat pertemuan kalian."
"Baik tuan."
Setelah panggilan terputus, Dimas menelpon anak buah Leo. Untuk mengambil berkas kerja sama dengan tuan Smith di mejaku.
"Sudah! Tidak ada lagi alasanmu untuk bisa menolakku kan." ucapnya lalu melemparkan ponselnya ketas meja.
Aku mengangguk dan pasrah saat dirinya membopongku menuju kamar istirahat di dalam ruangannya.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...