Berawal dari sebuah insiden menabrak mobil, Nayra harus terikat oleh sebuah pernikahan yang menjadikannya istri kedua dari seorang pria yang dingin.
Pria yang akan menjeratnya dengan cinta yang sangat besar, yang akan membawanya ke sebuah kehidupan yang tak pernah Nayra bayangkan.
Ada banyak part awal yang banyak kesalahan dalam penulisan yang belum sempat direvisi 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
IG: mom_tree_17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 23
Cafe Black White.
"Lo kenapa sih, Nay? Semenjak pulang dari hotel Pasific diem aja? Lo marah karena gantiin gue?" tanya Novi.
"Gue enggak papa, hanya sedikit tidak enak badan." Nayra memijat-mijat kepalanya yang agak sedikit pusing.
"Tapi beneran, Lo enggak papa? Apanya yang sakit?" Novi sedikit khawatir, pada keadaan Nayra. Karena tidak biasanya Nayra hanya diam dan tidak banyak bicara.
"Iya enggak papa Novi, gue hanya sedikit tidak enak badan. Mungkin karena kecapean."
Novi terdiam, lalu menatap intens sahabatnya.
"Lo pulang sam siapa? Gue anterin ya! Biar cowok gue, suruh pulang sendiri."
Baru saja Nayra akan menjawab pertanyaan Novi, suara klakson mobil terdengar ditelinganya.
"Nay, ayo aku antar pulang!" Dion membuka pintu mobilnya.
Nayra menatap kearah Pak Dion, lalu menatap sahabatnya.
"Gue pulang bareng Pak Dion aja Nov." Nayra berdiri dari duduknya.
"Oke, hati-hati ya Nay!" Seru Novi, melambaikan tangannya pada sahabat baiknya.
Sementara itu dari arah sebarang jalan, tampak sebuah mobil mewah yang berhenti. Tuan Kenzo yang berada di dalam mobil tersebut, memperhatikan Nayra yang terlihat pergi bersama seorang pria.
"Pria yang pergi bersama nyonya Nayra, adalah Tuan Dion. Pemilik dari Cafe Black White." Jimy menerangkan pada tuannya.
"Aku tidak bertanya padamu, Jim!" Hardik Kenzo.
Jimy hanya diam sambil menahan tawanya.
"Padahal, terlihat jelas sekali di wajahmu tuan, kau ingin sekali tahu siapa lelaki itu." Gumam Jimy dalam hati.
...🍀🍀🍀...
Nayra yang berada di dalam mobil Dion, hanya duduk diam dengan melamun. Pikirannya kembali teringat atas perlakuan tuan Kenzo padanya saat di hotel Pasific.
"Nay, hari ini di cafe. Ada kendala tidak?" tanya Dion.
Nayra yang di tanya hanya diam saja.
"Nay .. Nayra?" Dion melambaikan satu tangan di depan wajah Nayra.
"Eh, iya Dion. Ada apa?" tanya Nayra.
"Kau kenapa? Dari tadi sepertinya melamun?" Dion melirik kerah Nayra.
"Aku tidak papa, tadi kau bertanya apa?" Nayra menatap wajah Dion, dengan perasaan tidak enak. Karena sudah tidak mendengarkan perkataanya.
"Sudahlah, tidak jadi." Jawab Dion.
"Ish, kok gitu aja marah? Kalau marah-marah nanti cepat tua loh!" Canda Nayra.
"Habis dari tadi aku di kacangin mulu." Gerutu Dion berpura-pura marah pada Nayra.
"Udah ah marahnya, kalau marah-marah terus nanti tampannya jadi hilang." Nayra tertawa kecil.
"Kau itu ... " Dion mengacak-acak rambut Nayra, dengan gemas.
"Dion .. ! Nanti rambut aku berantakan." Pekik Nayra, mengerucutkan bibirnya.
Dion hanya tertawa melihat Nayra yang memanyunkan bibirnya.
"Loh kok lewat sini?"
"Memangnya lewat mana? Bukankah kau langsung pulang. Atau mau aku anter ketempat lain dulu?" Tanya Dion.
"Eh, tidak. Langsung ke rumah saja." Nayra baru teringat, kalau dion tidak tahu kalau dirinya sudah menikah. Dan tinggal di tempat tuan Kenzo.
Beberapa menit kemudian, mobil yang ditumpangi oleh mereka sudah sampai di depan rumah Nayra. Dan setelah berbasa-basi sedikit, mobil Dion segera pergi dari rumah Nayra. Meninggalkan Nayra sendiri, yang sedang menatap bingung kearah rumahnya.
"Sekarang, bagaimana aku pulang ke mansion tuan Kenzo?" Ingin masuk ke rumah, pintunya dikunci. Dan kunci rumah miliknya ada di bodyguard tuan Kenzo.
"Ya ampun, hari ini sial banget sih." Umpat Nayra, dengan wajah yang kesal. "Dasar beruang kutub, semua itu gara-gara dia."
...🍀🍀🍀...
"Hacih ...." Kenzo tiba-tiba bersin.
"Tuan, anda tidak papa?" tanya Jimy.
"Tidak." Jawab Kenzo
"Jangan-jangan ada yang sedang membicarakan atau merindukanmu tuan?" Jimy berkata dengan senyum tipis diwajahnya.
"Jim, jaga bicaramu!" Kenzo menatap tajam pada orang kepercayaannya sekaligus sahabatnya.
"Citt ...!" Mobil yang ditumpangi oleh Kenzo berhenti.
"Tuan, kita sudah sampai."
Kenzo menatap kearah jendela kaca mobilnya.
"Kenapa kita kesini?" tanya Kenzo, matanya menatap kearah rumah bercat putih. Tampak dari kejauhan, sosok gadis yang sedang duduk dipekarangan rumah dengan kepala yang tertunduk.
"Bukankah ini yang anda inginkan, tuan. Kita mengikuti mobil yang dinaiki nyonya Nayra."
"Jim, kau mau mati ya!" Hardik Kenzo.
Jimy hanya menghela napasnya dengan berat, sambil menggelengkan kepalanya.
"Kau memang sangat memahami ku, Jim." Gumam Kenzo, dalam hati. Wajahnya tersenyum menatap sosok Nayra, yang terlihat masih menundukkan kepalanya.