" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
" Kalau begitu, Ayo kita bekerja sama. Kau berjuang untuk membuat hati Jordan beralih padamu, dan kami akan berjuang menekan Jordan untuk melupakan Ibu tiri mu, tapi kalian harus menikah terlebih dulu. "
Ana terdiam mendengar kalimat yang seperti menghantam jantungnya hingga koyak. Tapi setelah kembali memikirkannya, ide itu adalah cara yang paling ampuh untuk memisahkan Jordan dan Soraya. Kalaupun nanti Jordan tidak jatuh cinta dengannya, toh masyarakat akan menghakimi mereka, karena mereka adalah mantan Ibu mertua dan mantan suami yang dengan tidak tahu malunya memiliki niat untuk bersatu.
Ana menarik nafas dalam-dalam, sungguh menikah dengan pria itu sama sekali tidak dia inginkan meski jelas sekali kalau pria itu memiliki banyak uang. Tapi, mengingat betapa Ayahnya sangat mencintai Ibu tirinya, dia benar-benar tak berdaya dan merasa kalau tidak memiliki pilihan lain selian mengiyakan ucapan kedua orang tua Jordan.
" Baiklah, Tuan dan Nyonya. Tapi saya benar-benar minta tolong untuk membantu saya sekuat tenaga agar putra anda tidak berhubungan dengan Ibu tiri saya. "
Ibunya Jordan menghela nafas lega, sebenarnya saat pertama kali melihat Ana, dia benar-benar yakin Ana adalah gadis yang baik, wajahnya memang biasa-biasa saja, tapi entah mengapa dia merasa kalau Ana memiliki sesuatu dari dalam dirinya, yakin pasti mampu menaklukkan Jordan yang sudah menolak sekitar tiga puluh satu wanita akan di jodohkan dengannya.
" Pernikahan akan kita lakukan secepatnya, jadi akting akan kita mulai dari hari ini juga. "
Ana mengeryit bingung.
" Maksud Nyonya? "
Ibu nya Jordan menjelaskan rencananya, dan Ana di beritahu untuk melakukan apa. Ibunya Jordan akan berpura-pura dirawat di ruang sakit dengan alasan pingsan di pusat belanja dan Ana lah yang sudah menolongnya, untuk selanjutnya akan di atur oleh orang tua Jordan. Tak membuang waktu, orang tua Jordan segera menuju ke rumah sakit untuk menjalankan rencananya, dan Ana juga ikut serta bersama mereka. Beres, semua urusan yang lainnya sudah di atur oleh Ayahnya Jordan, jadi tetap tenang saja karena semua sudah terkontrol dengan baik.
Sesampainya di rumah sakit, Ana hanya terbengong-bengong sendiri melihat Ibunya Jordan dipasangi banyak sekali alat-alat medis.
" Nyonya, monitor jantungnya sudah kami setel seusai dengan yang anda inginkan, dan semuanya juga sudah sesuai, kalau begitu saya izin keluar dulu menyelesaikan pekerjaan saya yang tertunda. " Linta Dokter itu.
" Iya, pergilah sana! Eh, ingat ya? Jangan sampai lupa, kau harus mengatakan kepada putraku kalau ada kritis dan akan meninggal kapan saja. " Ucap Ibunya Jordan.
Ana semakin keheranan di buatnya. Memang harus sampai seperti itu ya? Kritis? Meninggal kapan saja? Apakah kata-kata itu sungguh tak membuatnya takut?
" Ana, bersiaplah dengan posisimu, tunjukan wajah sedih mu, jangan sampai rencana kita gagal, kau paham? "
Ana mengangguk pasrah saja, sebenarnya berada di rumah sakit benar-benar membuatnya teringat dengan kematian Ibunya Meksi dia sama sekali tak memiliki kenangan dengan Ibunya, tapi karena Ayahnya pernah menceritakan bahwa Ibunya meninggal di rumah sakit, semenjak itu Ana terus berusaha sangat keras agar tidak sakit jadi tidak perlu ke rumah sakit meski tetap saja dia harus pergi ke rumah sakit menyebalkan itu karena sakit ringan. Tapi, melihat Ibunya Jordan, Ana jadi merasa rumah sakit bukanlah tempat yang begitu menyeramkan seperti yang ada di bayangannya.
Sekitar satu jam kemudian, seorang pria bertubuh tinggi besar dengan wajah yang jelas sekali tampan, dan dia adalah Jordan. Pria itu berjalan cepat menghampiri Ibunya yang tengah menutup mata dengan banyak sekali alat medis terpasang di tubuhnya.
" Ibu, kenapa seperti ini? Bukanya kemarin Ibu masih baik-baik saja? " Tanya Jordan khawatir.
Tak lama Dokter meminta Jordan untuk ikut bersamanya membicarakan tentang kondisi Ibunya, tak lama Jordan kembali dengan wajah yang sangat terlihat sedih, bahkan matanya juga memerah seperti menahan tangis. Dia meraih tangan Ibunya, mencium nya lalu menatap Ibunya yang masih diam disana.
Ana, gadis itu benar-benar seperti tidak terlihat, tapi ya sudahlah begini juga lebih baik dari pada harus ditanya-tanya dan dia tidak tahu harus menjawab apa.
" Jo Jordan..... " Panggil Ibunya dengan suara yang di buat menjadi sangat lemah seolah begitu kesakitan. Tatapannya juga seiring dengan suaranya yang merintih melas.
" Ibu? " Jordan semakin terlihat sedih, dia menatap kedua bola mata Ibunya uang nampak lesu, hingga pada akhirnya Jordan menitihkan air matanya.
" Kenapa bisa begini, Ibu? Kemarin kan Ibu baik-baik saja? "
Ayahnya Jordan yang sengaja datang terlambat kini ikut masuk ke dalam dan mencoba membuat Jordan semakin ketakutan.
" Sayang! " Ayahnya Jordan juga berakting dengan sangat baik. Dia ikut sesegukan melihat bagaimana keadaan istrinya itu.
Duh sayang, kau pasti sudah sangat risih kan?
Batin Ayah Jordan di dalam hati, tapi hebatnya mimik wajahnya benar-benar memperlihatkan betapa dia sangat takut kehilangan istrinya itu.
" Jordan, Ibu takut tidak bisa bertahan lebih lama lagi, nak. " Ucap Ibunya Jordan masih dengan nada yang melas. Segera Jordan menggeleng tak setuju dengan ucapan Ibunya.
" Jangan bicara seperti itu, Ibu! Ibu adalah wanita yang kuat dan hebat, Ibu pasti bisa melewati ini semua. "
" Tidak nak, Ibu tidak akan mungkin bisa sehebat itu. Semua orang pada akhirnya akan kembali kepada sang pencipta kan? "
" Iya, tapi butuh lama sekali waktu Ibu untuk sampai kesana. " Ucap Jordan masih tak bisa rela.
" Nak, Ibu sudah tidak kuat lagi, nak. "
" Tidak Ibu! Jangan! Aku janji akan melakukan apapun yang Ibu inginkan asal Ibu bertahan, aku janji pada Ibu! " Ucap Jordan dengan setulus hati, dia teringat benar bahwa dia sering kali menolak permintaan Ibunya. Jadi sekarang ini dia janji akan melakukan apa yang dia bisa agar Ibunya bertahan bersamanya.
" Ana..... " Panggil Ibunya Jordan dengan suara yang semakin lirih. Ah, Ana benar-benar dibuat takjub dengan akting Ibu serta Ayahnya Jordan. Andai saja bisa bertepuk tangan, mungkin sedari tadi Ana benar-benar tidak akan berhenti memberikan tepuk tangan. Sesuai dengan namanya yang sedang di panggil oleh Ibunya Jordan, Ana segera bangkit dari sana dan mendekati Ibunya Jordan.
" Jordan, tolong menikah lah dengan Ana. Dia gadis yang baik, Ibu yakin kau akan bahagia bersama dengannya. "
Jordan mengernyit menatap Ibunya, lalu menatap Ana dan menggeleng karena sudah jelas lah dia tidak setuju.
" Ibu, tolong jangan membicarakan pernikahan lagi, aku sudah memiliki wanita pilihanku sendiri. "
" Hah...... " Tiba-tiba tarikan nafas Ibunya Jordan semakin berat, alat untuk memonitor jantungnya juga menunjukkan kalau detak jantung Ibunya Jordan melemah.
" Ibu! " Panggil Jordan takut.
" Berjanjilah untuk menikahi Ana ya? "
" Iya, aku akan menikahinya, bila perlu hari ini juga tidak masalah. "
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget