Devina Putri Ananta berusaha menata hati dan hidupnya setelah bercerai dari suaminya, Arthur Ravasya Barnett. Perceraian yang terjadi lima tahun yang lalu, masih menyisakan trauma mendalam untuknya. Bukan hanya hati yang sakit, namun juga fisiknya. Terlebih ia diceraikan dalam keadaan hamil.
Devina dituduh berselingkuh dengan adik iparnya sendiri. Akibat kejadian malam itu, saudari kembar Devina yakni Disya Putri Ananta harus meninggal dunia.
"Menikahlah dengan suamiku, Kak. Jika bersama Kak Arthur, kakak enggak bahagia dan terus terluka. Maafkan aku yang tak tahu jika dulu Kak Reno dan kakak saling mencintai," ucap Disya sebelum berpulang pada Sang Pencipta.
Bayang-bayang mantan suami kini kembali hadir di kehidupan Devina setelah lima tahun berlalu. Arthur masih sangat mencintai Devina dan berharap rujuk dengan mantan istrinya itu.
Rujuk atau Turun Ranjang ?
Simak kisah mereka yang penuh intrik dan air mata 💋
Merupakan bagian dari novel : Sebatas Istri Bayangan🍁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 - Hasil Tes DNA
Dua minggu kemudian, Jakarta.
Sejak kejadian di Langham Residence, Arthur hanya mampu memandang Aaron dari kejauhan saat Devina menjemput sang putra di sekolah. Ingin mendekat pada Aaron maupun Devina, namun ada sesuatu yang menghalangi langkahnya. Ia masih maju-mundur.
Akan tetapi, rasa cemburu juga menyeruak di hati Arthur kala beberapa kali melihat Reno datang ke sekolah Aaron bersama Devina. Ketiganya tampak serasi seperti ayah, ibu dan anak yang berbahagia.
Reno dan Devina sepakat tidak memberitahu pada pihak keluarga mereka jika bertemu Arthur di pesta malam itu yang berujung kejadian di apartemen.
"Ayah Leno," panggil Aaron.
"Hai, jagoan Ayah. Hap..." Reno membalas sapaan Aaron dengan melambaikan tangan penuh senyuman lalu menangkap tubuh malaikat kecil itu dan mengangkatnya ke udara.
"Haha... ayah, aku malu dilihat teman-teman."
"Biarin, ayah enggak peduli. Yang penting Aaron bahagia,"
"Sudah, ayo masuk ke mobil." Devina pun bersuara pada Reno dan Aaron yang masih asyik berdiri di dekat gerbang sekolah.
"Hai, Aaron." Salah seorang teman sekolahnya bernama Vano membuka kaca mobil lalu menyapa putra Devina tersebut yang tengah digendong Reno.
"Hai juga, Van." Aaron membalas sapaan Vano.
"Bukankah kamu enggak punya ayah. Apa dia calon ayah tirimu?"
Wajah Aaron seketika berubah cemberut. Senyuman bocah tampan itu pun hilang. Mood yang tadi ceria mendadak sirna menjadi gelap gulita. Aaron hanya terdiam dan mengunci mulutnya. Sebab, ia mendadak malas berbicara untuk saat ini.
"Bye, Aaron." Vano memutuskan berpamitan pergi begitu saja seraya tersenyum smirk. Ia menutup kaca mobilnya dan berlalu dari area sekolah. Vano termasuk salah satu teman sekolahnya yang sering membully dengan alasan karena Aaron tak punya ayah.
"Sudah, jangan didengerin. Teman seperti itu tak perlu Aaron dekati. Nanti hati Aaron tambah sakit. Cari teman lain yang baik dan tulus sama Aaron," tutur Reno.
Devina yang melihat hal itu, semakin didera rasa bersalah pada Aaron. Walaupun Aaron dikenal berparas tampan, dari keluarga yang berpunya serta pintar di sekolah, namun bocah kecil itu memiliki label lain yang tersemat di pundaknya yakni punya ibu yang pernah mengalami depresi berat hingga tak pernah merasakan kasih sayang dari ayah kandungnya sehingga terkadang dibully di sekolah.
Pernah Devina menyuruh Aaron pindah sekolah tapi sang putra menolaknya. Ia sudah betah dengan para guru dan teman lainnya yang menurut Aaron baik padanya. Devina pun mengalah dan tak memaksanya.
"Ayo katanya kita mau pergi jalan-jalan ke mall," ajak Devina sengaja mengalihkan perhatian Aaron yang berubah lesu gara-gara ucapan teman sekolahnya tadi.
"Aaron mau pulang aja!" seru Aaron.
"Loh, katanya kita mau makan di restoran Solabahagia, tempat favorit Aaron. Terus beli buku sama mainan di Toys Domdom," bujuk Reno seraya mengingatkan rencana mereka siang ini yang memang akan jalan-jalan bersama.
"Aaron mau pulang!" teriak Aaron seraya mendengus sebal.
Devina pun memberi kode pada Reno untuk mengiyakan saja permintaan Aaron daripada sang putra tantrum di lingkungan sekolah. Akhirnya mereka bertiga pun memutuskan pulang ke rumah dan tak jadi pergi jalan-jalan ke mall.
☘️☘️
Rumah Sakit, Jakarta.
Hari yang dinanti Arthur pun tiba. Ya, hari ini adalah pengumuman hasil tes DNA dari kedua rumah sakit yang Arthur percaya untuk melakukan hal itu secara rahasia.
Sesuai saran dari Tommy bahwa perihal tes DNA, Arthur akhirnya menjalani pada dua rumah sakit berbeda. Second opinion seperti ini sangat diperlukan untuk keakuratan hasil.
Saat ini dirinya sudah berada di rumah sakit kedua untuk meyakinkan diri apakah hasil yang disodorkan padanya akan sama seperti rumah sakit yang pertama atau tidak.
Arthur membaca ulang kertas hasil tes DNA antara dirinya dengan Aaron.
Dinyatakan bahwa DNA atas nama Aaron Dewa Ananta dengan Arthur Ravasya Barnett seratus persen cocok. Dengan demikian, Arthur adalah ayah biologis dari Aaron.
"Jadi Aa_ron betul putra kandungku, Dok?" tanya Arthur dengan nada terbata-bata pada dokter yang melakukan pemeriksaan.
"Betul, Pak Arthur. Seratus persen cocok maka Aaron adalah anak kandung Anda," jawab sang dokter.
Arthur yang masih tak percaya, ia menanyakan kembali perihal kesuburannya dengan memberikan rekam medisnya. Dokter pun menjelaskan bahwa permasalahan kesuburan Arthur bukan kategori vonis mandul. Arthur masih bisa membuat istrinya hamil dengan metode alami. Walaupun butuh terapi dan waktu. Bukan berarti ia tak mampu membu*ahi sang istri secara alami.
Kemungkinan itu masih ada, walaupun kecil. Tuhan sudah menjawabnya. Dengan rajin terapi dan kegigihan Devina bersama Arthur sebelum terjadi petaka itu, kemungkinan kecil dari harapan mereka yang ingin mendapat keturunan akhirnya dijabah oleh Tuhan dengan menitipkan benih cinta keduanya di rahim Devina.
Usai pembicaraan tersebut, Arthur keluar dari ruangan dokter dengan langkah g0ntai dan perasaan yang tak dapat dijabarkan. Ada rasa bahagia, namun juga penyesalan tiada tara yang begitu sesak di dada.
Seketika gerombolan rasa sebah berbalut penyesalan, menggulung-gulung di hatinya bagaikan ombak dahsyat. Langkah kakinya terasa berat untuk sekedar berjalan apalagi berlari merengkuh serta memeluk mantan istri dan putranya yang sudah ia ragukan kehadirannya di masa lalu.
Puzzle-puzzle ingatan saat ia meminta Devina menggugurkan kandungannya karena meragukan benihnya sendiri, kini menghujam sukmanya. Bagai menusuk jantungnya sendiri dengan belati yang sangat tajam. Perih dan luluh lantak.
Entah bagaimana nasibnya andai di masa lalu janin yang menjadi calon anak kandungnya sendiri, berhasil digugurkan ?
Mungkin Arthur akan memilih untuk mengubur dirinya sendiri di liang lahat akibat rasa penyesalannya.
"GUGURKAN BAYI ITU !!" pekik Arthur kala itu.
"Astaghfirullah hal adzim. Istighfar, Mas. Ini anakmu," ujar Devina sesenggukan menahan perih di wajah dan juga batinnya.
Lalu bayangan Aaron ketika salah masuk ke dalam kamarnya yang berada di Singapura pun kembali muncul dalam ingatannya saat ini.
Tangan malaikat kecil itu mengelus lembut perut Arthur. Nyess...
"Cepat sembuh ya, Om. Jangan cakit lagi peyutnya," gumam Aaron seraya tangan mungilnya terus meng33lus lembut perut Arthur. Hal yang sama seperti yang biasa dilakukan Devina pada dirinya kala ia sakit perut.
"Ayah Leno," panggil Aaron.
"Hai, jagoan Ayah."
Pagi tadi ia melihat Aaron memanggil Reno dengan sebutan ayah. Sungguh sekarang ini hatinya sangat perih. Putra kandung yang seharusnya memanggil dirinya ayah, justru memanggil orang lain dengan sebutan ayah. Terlebih lelaki itu adalah Reno yang notabene menjadi rival sekaligus mantan kekasih Devina.
Di lorong rumah sakit yang sepi, tubuh Arthur perlahan limbung ke lantai dalam kondisi terduduk. Ia menenggelamkan wajahnya di antara kedua lututnya. Ia menjambak rambutnya sendiri seperti orang frustasi. Air matanya tak mampu dibendung. Luruh tanpa disuruh dan kini membasahi pipinya.
"Aku yang salah, Dev. AKU YANG SALAH !!" teriak Arthur dengan suara yang menggelegar seraya memukul dadanya sendiri. Arthur berteriak berkali-kali bahwa dirinya yang salah dan sangat menyesal. Bahkan urat-urat di lehernya tampak jelas terlihat.
"Aaron, putraku. Maafkan Papa, Nak. Hiks...hiks...hiks..." jerit Arthur di sela isak tangisnya.
Penyesalan. Yang kini bercokol di hatinya.
Jangan pernah sia-siakan orang yang kamu sayangi. Karena penyesalan akan datang setelahnya. Dan mungkin saat kamu menyadarinya, sudah terlambat.
Bersambung...
🍁🍁🍁
Tidak semudah itu jg dimaafkan sm devina dgn keluarganya.....
ijinin Devina buat maafin dan balik lagi sama Arthur thor, bikin Devina ga trauma lagi sama Arthur thor
lanjuuuuut thor
semangaaaaats 💪🏻💪🏻💪🏻