Masa depan bisa berubah, itulah yang di alami seorang pemuda yang masih duduk di kelas 12 sma, karena menolong seorang siswi dari sekolah lain yang dia lihat di dalam mimpinya tertabrak mobil di persimpangan, dia harus di keluarkan dari sekolah dan di paksa menikahi siswi itu karena terlibat skandal.
Tapi ketika dia hidup bersama istrinya dan berada di dalam bahaya, dia mengetahui kalau kemampuan melihat masa depannya adalah sebuah sistem yang sudah menyertai dirinya sejak dia lahir. Berkat sistem itu, dia berhasil membawa istrinya melarikan diri ke ibukota.
Di sanalah dia baru mengerti asal usul dirinya juga istrinya. Dia memulai hidupnya di ibukota setelah mengetahui siapa dirinya, dia juga berniat menuntut balas kepada orang yang membuat dirinya sendirian tanpa keluarga dan yang mencelakai orang orang terdekat nya termasuk istri nya dan teman masa kecil nya. Ikuti terus kisahnya.
Genre : fiksi, fantasi, drama, sistem, komedi, tragedy.
Mohon like dan komen ya. khusus dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Keesokan paginya, “ugh,” Adam membuka matanya, dia menatap langit langit yang asing baginya,
“Oh bener juga, semalem nginep ya,” ujar Adam.
“Udah bangun sayang ?” tanya Aulia di sebelahnya.
Adam menoleh melihat Aulia berbaring miring sedang menatap dirinya, Adam pun berbalik dan menghadap kepada Aulia,
“Kamu udah bangun, enak juga ya tidur di sini,” ujar Adam sambil menaikkan tangannya mengelus rambut Aulia.
“Sayang, soal pembicaraan semalem....sebelum tidur semalem, aku mencoba mengingat ingat lagi kehidupan ku, aku sekarang mengerti kenapa papa menghindari ku, bukan karena cintanya pada mama, tapi karena sakit hatinya pada mama, aku juga sekarang mengerti kenapa mama tiri ku dan Jihan mau mencelakai ku, mereka dendam pada ku yang lahir dari rahim mama walau aku sebenarnya anak suami mama tiri ku dan ayah Jihan,” ujar Aulia.
“Kamu sudah mengerti sekarang, jika aku katakan aku tetap pada tujuan ku untuk membalas dendam pada mereka, apa kamu mau ikut aku ? aku tidak akan memaksa kamu untuk mengikuti aku dan aku sama sekali tidak menaruh dendam pada mu, semalam aku bicara sama om Indra, memang awalnya ada rasa sakit dan emosi kepada mu walau mulut ku mengatakan tidak dan memeluk mu, tapi sekarang semua sudah hilang, om Indra menasihati ku semalam,” ujar Adam.
“Kalau aku masih boleh di samping mu, aku akan ikut kamu walau suatu hari nanti aku akan ketemu papa lagi dan menyelesaikan semuanya,” ujar Aulia.
“Terima kasih sayang, aku bersyukur mama tiri mu, Jihan dan Riko berniat mencelakai mu, jika tidak aku tidak akan bertemu dengan mu dan menikah dengan mu, aku tidak akan berubah, tetaplah di samping ku,” ujar Adam memeluk Aulia.
“Iya sayang, aku juga bersyukur, aku jadi bertemu dengan mu, ke ibukota yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya dan mengetahui siapa sebenarnya diri ku, aku juga tidak akan berubah dan tetap di samping mu, sampai maut memisahkan kita,” balas Aulia.
Keduanya menempelkan kening mereka dan berciuman, setelah itu keduanya turun dari ranjang dan berjalan keluar, mereka melihat Indra sedang duduk di sofa sambil merokok dan menyeruput kopi serta melihat smartphone nya, dia menoleh melihat keduanya,
“Ah...sudah bangun rupanya, sini, kita sarapan dulu,” panggil Indra.
“Iya om,” balas Adam sambil menggandeng Aulia.
Setelah keduanya duduk, mereka melihat banyak roti berada di meja dan ada sebuah teko berisi kopi lengkap dengan cangkirnya. Aulia mengambil kan secangkir kopi untuk Adam dan untuk dirinya sendiri, setelah itu,
“Om, tawaran om yang kemarin soal apartemen, ok om, aku mau ambil,” ujar Adam.
“Sip, hari ini juga kita urus pembeliannya, kamu ga usah khawatir masalah pajak, biaya notaris dan biaya maintenance tahunan nya, semua om yang tanggung,” ujar Indra sambil menaruh cangkirnya.
“Makasih ya om,” balas Adam.
“Kalian keponakan ku, sudah seharusnya aku menolong kalian,” balas Indra.
“Oh gitu ya, tapi om ku yang di kota itu enggak tuh haha,” ujar Adam.
“Si Prasetyo ? adiknya mama mu, Mirna ?” tanya Indra.
“Iya, om kenal ?” tanya Adam.
“Pernah ketemu beberapa kali, biarin aja dia mah, hidupnya ruwet, ntar juga mati sendiri,” ujar Indra.
“Iya om, aku ngerti,” ujar Adam.
“Kamu kenapa Lia ? kok bengong ?” tanya Indra.
“Oh..enggak om, masih penasaran aja, mama ku itu orangnya kayak apa, aku ga pernah ketemu dia soalnya,” jawab Aulia.
“Oh...yang pasti, aku, Basuki, Intan, Joko dan apalagi Trisno, takut ama dia, yang berani ama dia cuman mas Hendro hahaha,” ujar Indra.
“Emang mama ku galak apa ?” tanya Aulia.
“Bukan galak, tegas dan ga plin plan, makanya kita semua heran kenapa dia memilih menikah dengan Kuswoyo yang jelas jelas lebih muda dari dia dan ada maunya,” ujar Indra.
“Mungkin dia melihat sesuatu di masa depan kali om,” ujar Adam.
“Nah, kita semua juga mikirnya gitu, makanya kita turutin aja dan ga protes, mungkin aja dia melihat kamu sama Aulia, bisa jadi kan ? siapa yang tahu,” ujar Indra.
“Bisa jadi juga sih om, trus satu lagi om, anak nya om Joko yang udah meninggal itu ga ketemu ya ?” tanya Adam.
“Belum, kita juga masih nyari, Joko tuh orang nya diem dan ga banyak omong, tapi dia kalo bertindak langsung tancep ga pake mikir, makanya dia meninggal di mana aja kita ga tau, kita baru tahu dia meninggal saja beberapa tahun belakangan ini saja,” jawab Indra.
“Kalau anak om namanya siapa kemarin ? aku lupa ?” tanya Adam.
“Dion Setiawan, dia masih kelas 11 sma, di bawah kalian setahun, sekolahnya bareng sama anak nya Trisno, si Nadia dan mereka seangkatan,” jawab Indra.
“Sekolahnya di mana om ?” tanya Aulia.
“Deket kantor kalian, nanti deh kalau luang aku ajak dia ketemuan kalian,” jawab Indra.
“Iya om,” balas Adam.
“Yuk lah, siap siap dulu, kita mau ke apartemen kan,” balas Indra berdiri.
“Iya om,” balas Adam dan Aulia yang juga berdiri.
“Oh satu lagi, kalian yang akur akur ya setelah denger semua semalem,” ujar Indra.
“Iya om, pasti,” balas Adam.
“O ya, kok om ga pulang ke rumah ?” tanya Aulia.
“Aku ? hmmm....lagi ga akur hahaha,” jawab Indra.
“Berantem ya om ?” tanya Aulia tersenyum.
“Hus anak kecil ga usah tahu...tapi kalian udah bukan anak kecil ya, udah merid soalnya hahaha, bukan berantem justru sebaliknya, kadang laki laki perlu bebas kan hahaha,” jawab Indra.
“Emang iya ya (menoleh kepada Adam) kamu juga ?” tanya Aulia.
“Udah ah, ga usah di pikirin, om cuman bercanda,” jawab Adam.
“Enak aja bercanda, aku serius tau, nanti kamu aku ajarin, Adam jangan terlalu di kekang Lia, ga bagus,” balas Indra.
“Aduh...om sama aja kayak om Trisno ya, suka bercanda,” balas Adam.
“Ya jelas, didikannya sama kok,” balas Indra.
“Kok kayaknya ga bercanda sih,” ujar Aulia.
“Udah ah, yuk om, kita mandi dulu di kamar,” balas Adam sambil menarik Aulia pergi.
“Hahaha sama, aku juga mau mandi,” balas Indra.
Selesai mandi, mereka keluar dari penthouse dan keluar dari lobby hotel, setelah naik ke dalam mobil, mereka pergi menuju ke apartemen. Begitu sampai, semua karyawan mulai dari sekuriti, resepsionis sampai petugas kebersihan menyapa Indra. Langsung saja Indra ke resepsionis agar di panggilkan seorang marketing yang bisa membukakan kunci unit yang mereka tuju.
Tak lama kemudian, setelah naik lift, mereka berjalan di koridor lantai 20 untuk menuju ke unit tujuan mereka. Marketing membukakan pintunya, Adam dan Aulia masuk ke dalam, mereka melihat sebuah unit apartemen yang memiliki luas 80m2, dua kamar, dua kamar mandi dan dapur komplit. Perabot seperti sofa, mejanya, meja makan lengkap dengan kursinya, rak dan lemari dapur, kulkas, microwave dan rak televisi beserta televisinya sudah tersedia.
Ketika masuk ke dalam kamar utama yang paling besar, ada sebuah ranjang queen size, sebuah lemari, sebuah meja rias, rak di dinding dan televisi menempel di dinding. Di dalam kamar juga ada kamar mandi lengkap dengan bak mandi nya. Kamar kecil di sebelahnya, ada sebuah ranjang yang bisa di tarik bagian bawahnya agar bisa muat dua orang, sebuah meja belajar dan lemari pakaian. Semua perabot di dalam adalah perabot baru yang di design khusus untuk unit itu.
“Wow...keren om,” ujar Adam.
“Iya kan (menoleh melihat marketing) ya sudah, urus transaksi nya,” ujar Indra.
“Baik pak, harga berapa ya laku nya ?” tanya marketing.
“Tulis aja harga di price list,” jawab Indra.
“Baik pak, saya urus sekarang ya,” balas marketing.
“Sekalian langsung notaris kalau bisa, suruh notarisnya kosongkan jadwal hari ini dan panggil ke ruang meeting di bawah,” ujar Indra.
“Oh saya tanyakan kepada notaris nya dulu ya pak, takutnya nanti dia ada jadwal penti...”
“Oi lo denger apa kata gue hah ? panggil notarisnya, suruh dia urus pajak pajak kita dan transaksi hari ini, suruh kosongkan jadwal, bilang yang memanggilnya Indra Setiawan,” ujar Indra sambil mendekatkan wajahnya ke wajah sang marketing dan memotong ucapan nya.
“Ba..baik pak, saya urus sekarang,” balas marketing ketakutan.
Setelah marketing melesat pergi, Indra berbalik menoleh melihat Adam dan Aulia yang masih melihat sekeliling dengan wajah tersenyum,
“Dah sekarang kalian langsung aja tinggal di sini, duit yang udah di pake bayar kos, ntar saya minta kembaliin kepada kalian,” ujar Indra.
“Loh kan belum transaksi om, lagian saya belum bayar,” balas Adam.
“Hmm kamu punya koin 500 dan 200 ?” tanya Indra.
“Oh ada om, kemarin dapet kembalian,” ujar Adam merogoh kantung jaketnya.
Dia memberikan uang koin senilai 500 dan 200 kepada Indra yang membuka telapaknya, Indra mengantungi nya.
“Dah lunas, perlu kuitansi ?” tanya Indra.
“Lah kan 700 juta om, saya bisa kok transfer sekarang,” jawab Adam.
“Loh kamu kan sudah bayar, ini 700 juta,” ujar Indra.
“Itu 700 perak om,” celetuk Aulia.
“Enggak, kan saya yang bilang, ini 700 juta, 700 sama juta,” ujar Indra sambil mengangkat kedua koinnya dan tersenyum.
“Aduh....ini jadi ga enak loh om,” ujar Adam.
“Enak enak aja, kalian udah bayar, jadi ga masalah kan, makanya saya tanya, perlu kuitansi ga ?” tanya Indra.
“Aduh...makasih banget ya om, aku dan Aulia jadi nyusahin om lagi,” jawab Adam.
“Hah apanya nyusahin, sama sekali ga nyusahin, sudah lah, sekarang kita tunggu notarisnya,” ujar Indra.
Akhirnya mereka duduk di sofa dan menunggu notaris datang untuk melakukan transaksi, tak lama kemudian, legal dari building management menemui Indra mengenai pajak jual beli nya. Selagi Indra bicara dengan legal dari kantor manajemen,
“Ini beruntung banget ya,” ujar Adam dalam hati.
[Tingkat keberuntungan anda S, tuan, hal ini sesuatu yang wajar.]
“Oh...gitu,” balas Adam dalam hati.
Adam hanya bisa tersenyum, dia menoleh melihat Aulia yang terlihat senang dan bersandar merangkul lengannya. Adam tersenyum dan mensyukuri apa yang dia dapatkan sambil memegang tangan Aulia yang melingkar di lengannya.
Orang tua berbuat baik, anak keturunannya akan meenuai balasan baiknya.