Rainer Prayogo, Seorang anak dari Petinggi di Institusi Kepolisian..
Rainer tak menyangka, wanita yang di cintainya, Bellona Carla, yang telah merajut kasih dengan nya selama 3 tahun pada akhirnya mengkhianati Rainer...
Namun Peristiwa itu mengingatnya pada 15 tahun silam, seorang gadis kecil yang bernama Renata Dwi Anggita
Mereka membuat janji ikatan cinta untuk kembali bertemu 15 tahun kemudian..
Akan kah mereka memenuhi janji tersebut?
Yok, ikuti kisah nya...😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prolog
Prolog..
Sambil membawa sebuah kotak sepatu bekas yang didalamnya sangat menganggu pikirannya saat ini, Rainer Prayogo telah sampai di kost berwarna biru muda yang memang sudah hafal akan keadaan dan situasi di kost ini. Setelah memarkirkan mobilnya yang memang agak jauh dari gerbang masuk kost ini, Rainer menuju lantai atas dimana salah satu kamar yang pernah ia masuki dan menjadi tempat penenangnya selama ini. Dengan perasaan yang masih terpengaruh kalimat kalimat negative yang ia terima selama ini, ia membulatkan hati sambil mengayunkan kakinya menaiki satu persatu anak tangga tersebut.
Sampai akhirnya, ia telah berdiri di depan pintu yang bertuliskan nama pemilik kamar tersebut. Bahkan, ia sangat mengetahui papan nama yang terbuat dari papan yang dihiasi oleh kerang kerang cantik. Kerang yang ia kumpul sendiri sesaat ia ditugasi ke Pulau Belitung saat itu. Namun, semua perasaan indah saat mengumpul kerang-kerang itu seakan sirna dengan telinganya mendengar sendiri apa yang telah terjadi di dalam sana.
“AAAAAAHHHHHH…. Terus.. Tekan yang daaaaa laaaammmm….. “
“Punya lo makin enak ya, Na.”
Sambil memegang kotak tersebut, Rainer sempat menitikkan air mata yang sudah tak terbendung lagi. Selama ini apapun berita tentang Bellona Carla, kekasihnya tersebut selalu ia tanggapi dengan penjelasan bahwa ia masih percaya akan Lona yang telah ia jadikan kekasih selama 3 tahun ini. Bahkan, sempat ia hampir mengayunkan tangannya yang terbiasa dengan beladiri tersebut kepada temannya yang sudah menurutnya keterlaluan dalam menilai Lona.
Tapi kini, ia hanya bisa menyesali apapun yang telah terjadi. Prinsip hidup yang telah ia buat seakan hancur dikikis oleh perilaku yang sebenarnya ia sendiri menghindarinya. Prinsip teguh yang ditanam semenjak ia masih duduk di bangku SD itupun hanya termakan waktu malam ini. Prinsip hidup bersama Lona sebagai teman hidup sehidup semati pun, sirna di dirinya saat ini.
Tak mau lagi mendengar hal yang menjijikkan baginya lebih lama, Rainer bergeser ke arah sudut kamar Lona yang memang terletak paling tepi tersebut. Sambil bersandar di tempat yang memang kurang pencahayaan tersebut, ia masih mendengar samar samar pergumulan yang terjadi di dalam. Pergumulan kekasihnya dengan orang yang juga ia kenal.
KRRRIIIIEEEKKK…
Sampai akhirnya, pintu kamar tersebut terbuka. Pintu yang memang dibuka keluar tersebut, makin menyembunyikan Rainer dibelakang kedua orang yang bergumul tadi. Dengan ditambah dengan tidak adanya penerangan di sekelilingnya, Rainer bisa merasakan pelaku pergumulan tadi masih berbicara di depan pintu.
“Gue pulang ya.”
“Yaaaaa… gue sebenarnya iri sih sama Ika, bisa digarap sama Rizal sama Adit. Apalagi elo juga kesana. Pasti lo ambil bagian juga.”
“Hmmm.. tapi keknya hanya sekali deh. Soalnya tadi gue udah nyembur dua kali. Nikmat banget.”
“Hihihihi.. iya, lo ganas banget malam ini. Beda dari biasanya. Biasanya, lo kalah sama Rizal dan Adit.”
“Kalau lagi berdua gini, nafsu gue maksimal ke elo Na. Sayang lo masih sama Rainer.”
“Kan kamu gak seberuntung dia?”
“Iya. Apalagi, Lo yang makin hot Na. gue beruntung bisa nyicipin tubuh lo yang sempurna ini.”
“Hmmm.. gue tunggu video Ika digarap kalian ya.”
“Okeee.. gue duluan ya. Takut cowok lu keburu datang.”
“Cium dulu dong.”
Rainer masih mencoba untuk tenang mendengarkan semua ini. Mendengar jika Lona tidak seperti yang ia bayangkan. Lona yang begitu liar di belakangnya. Bahkan bukan hanya Yongki yang menikmati tubuh kekasihnya itu, ada nama Rizal dan Adit juga yang telah mencicipi tubuh indah Lona. Benar benar ia tak menyangka akan hal itu terjadi.
Apalagi disaat ia mendengar kecupan dua bibir bertemu sampai akhirnya ia melihat Yongki diantar oleh Lona yang memang memakai selimut pink pemberian Rainer sedikit ke arah tangga. Selimut tersebut hanya menutupi dada sampai paha itu semakin membuat Rainer kecewa. Selimut itu hadiah pertama sebagai hadiah ulang tahun diawal mereka satu tahun mereka berpacaran, sengaja ia belikan untuk Lona agar Lona selalu mengingat dirinya bahwa kehangatan kasih sayang kepadanya kan selalu ada di setiap waktu saat Rainer tak ada disampingnya. Tapi kini, selimut itu melilit di tubuh Lona yang telah berbuat tidak semestinya bersama pria lain.
Dan, saat Lona membalikkan tubuhnya hendak kembali masuk ke kamarnya, Rainer berjalan mendekati pintu tersebut dengan masih memegang kotak sepatu tersebut sambil berusaha untuk tetap tenang. Lona yang begitu terkejut dengan keberadaan Rainer tersebut seakan tidak percaya akan penglihatannya. Bahkan ia menatap dalam dalam wajah Rainer yang berusaha menutupi kekecewaannya sambil keluar air mata penyesalannya. Tanpa rasa malu dengan tubuh yang masih berbalut selimut tersebut, Lona langsung bersujud di bawah kaki Rainer.
“Sayaaangg.. maaf.. ini ga seperti kamu bayangkan. Tadiii.. Tadiii hanyaaaa…”
Hanya itu kata kata Lona yang terlontar dari mulutnya dan terputus akibat tangisannya yang menjadi jadi. Bahkan ia tak mempedulikan lagi kondisi selimut yang telah lepas dari tubuhnya. Ia tetap bersujud di kaki kekasihnya tersebut.
“Akuuu … Akuuu hanya dipaksa oleh Yongki untuk melayaninya… hikkssss..”
Lona pun kembali berkata setelah melihat sejenak ke arah wajah Rainer yang tidak bergeming sedikit pun dengan apa yang telah ia lakukan. Bahkan bagi Rainer, dibawahnya sekarang bukanlah kekasih yang ia banggakan saat ini. Melainkan seorang wanita rendah, yang bisa dikendalikan nafsunya sampai melupakan janji janjinya. Walaupun tubuh Lona yang polos tersebut terlihat, tapi perasaan jijiknya menutupi birahinya. Bahkan ia masih bisa mengeluarkan senyuman dinginnya ke Lona.
"Kehormatan dan harga diri seorang suami dan keluarga itu terletak pada seorang wanita yg mampu menjaga kehormatannya, yah mungkin aku bukan lelaki yang baik untuk menjaga kehormatan dan kesucian seorang wanita calon istrinya,.. "
“Hiikkkksss…”
“...maaf aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini, karena aku tak layak untuk jadi suami dan menjadi pendamping seumur hidupmu"
Seusai mendengar hal tersebut, Lona langsung berdiri sambil memeluk tubuh Rainer yang masih bersikap dingin terhadap kekasihnya ini. Bahkan ia pun tak membalas pelukan kekasihnya tersebut.
“Gaaakk.. ini bukan salah kamu, ini kesalahanku. Maafkan aku. aku gak bisa menjaga kepercayaanmu, tolong jangan tinggalkan aku, aku akan berubah, aku akan memperbaiki ini semua.. Tolong jangan tinggalkan aku.. Aku rela melakukan apapun asal kamu jangan tinggalkan aku, aku mohon.. Kamu adalah masa depan ku Rainer"
Sebisa mungkin Lona memohon maaf ke Rainer. Bahkan ia mencoba untuk menciumi tangan Rainer yang sedang menggenggam kotak sepatu. Tetapi, Rainer telah merasa hal ini harus diselesaikan dengan cepat. Ia menarik tangannya yang sudah berair akibat air mata di pipi Lona. Bahkan, ia melepas paksa pelukan tersebut.
" ..tiga tahun kita bersama mencoba merajut dan meraih mimpi kita untuk dapat hidup bahagia bersama, tapi tak terbersit pun aku untuk mengambil kesucian mu karena aku tau kehormatan mu hanya dapat aku ambil disaat kau telah sah jadi istriku karena disaat itulah kehormatan ku mulai kau pikul. "
“Maaf Ner. Aku menyesali semuanya. Tapi aku mohon kamu dengar dulu. Ini semua paksaan dari Yongki, aku diperkosanya.”
Lona masih gigih dengan pembelaannya yang sebenarnya membuat ia makin tersudut di diri Rainer. Bahkan ia kembali berusaha untuk memeluk tubuh Rainer sambil meraih selimut dan membaluti sebisa mungkin tubuh polosnya.
“Sudahlah, jangan kamu berkilah, jangan berbohong, sampai kapan terus berbohong demi menutupi kebohongan, aku tau kamu menikmatinya.. Sekali lagi maaf mungkin yg terakhir kita bertemu.. Kalau kita berjodoh mungkin kita bertemu kembali,”
Seusai mengucapkan kata klimaks yang direncanakan kepalanya, Rainer langsung meletakkan kotak sepatu yang selalu di genggamannya tadi di sebuah meja teras depan kamar Lona tersebut. Lona yang kembali mencoba untuk meraih tubuh Rainer kembali menunduk mengambil selimut akibat tepisan tangan Rainer yang menyebabkan selimut itu jatuh dari tubuhnya. Dan sampai akhirnya, Lona hanya bisa melihat kepergian Rainer yang membuatnya berteriak memohon untuk kembali. Dan, harapannya kembali saat Rainer melihat ke arahnya persis berada di depan anak tangga. Namun, itu hanya sekejap sampai akhirnya Lona hanya melihat Rainer sambil berteriak dari atas.
Tahu usahanya sia sia, ia hanya menunduk sambil memasuki kamarnya setelah membawa kotak itu bersamanya. Bahkan saat ini, ia masih seperti mimpi buruk yang tak ingin terjadi. Dengan masih menatap ke arah kotak sepatu tadi, ia mencoba untuk menenangkan diri sambil memikirkan apa yang ia akan lakukan ke depan. Jelas, dalam benaknya ia harus mempertahankan hubungan ini walau ia memang tahu susah untuk dilakukan.
Setelah berpakaian seadanya, ia mulai membuka kotak tersebut dengan jantung berdegup kencang. Di dalam kotak tersebut berisikan sebuah map kecil, sebilah kertas yang dilipat kecil, dan sebuah kotak berwarna merah yang diketahui wanita itu adalah cincin. Map yang berwarna coklat tersebut ia buka terlebih dahulu. Ia terkejut dengan isi di dalam map tersebut. Foto foto dirinya bersama Yongki, Rizal, Adit baik itu berdua, atau bahkan bersama sama. Tampak dari foto tersebut diambil secara diam diam. Ia masih ingat dimana kejadian tertera di foto ini. Kafe, Kampus, bahkan di depan kosnya sekarang ini.
Air mata itu kembali turun menetes mengingat kebodohannya disaat awal pertama kali ia melakukan perselingkuhan itu. Ia lalu melirik ke arah sebilah kertas yang dilipat kecil tersebut yang tertempel di kotak cincin tersebut. Dibuka dan dibacanya surat ini.
"Jika kamu mampu menjaga kehormatanmu sebagai wanita, akan ku lamar dan ku sematkan cincin ini dihadapan kedua orang tuamu bulan depan.. "
Kembali air mata itu menetes dengan sendirinya saat membaca surat itu, bahkan setelah sebuah cincin yang sangat indah itu melingkar di jari manisnya dengan begitu pas, air matanya tak berhenti keluar. Beribu penyesalan kini datang di benaknya. Ia masih berandai andai ini semua tidak nyata. Dan ia masih membayangkan bulan depan saat Rainer melamarnya. Tangisnya semakin memecah sampai akhirnya ia tak sadarkan diri.
Saat tersadar kembali Lona meratapi dirinya
"Ner, maafkan aku yg telah menyia-nyiakan kepercayaan kamu hanya untuk nafsu sesaat, mulai saat ini aku berjanji aku akan berubah menjadi lebih baik.. Meskipun aku sekarang tidak memiliki kesucian lagi tapi aku akan menjaga kehormatan ku sebagai wanita.. Aku ingin menjadi wanita yg layak menjadi pendamping suamiku kelak siapapun itu meskipun aku berharap dengan mu .. Aku janji Ner.. Ini bukti janjiku sambil mencium cincin pemberian Rainer yang bersemat dijari manis ini... Hikkksss”