Umurnya baru saja sembilan belas tahun, tinggal satu semester lagi akan lulus dari kuliahnya, Stefanie di seret paksa dari asrama kampusnya.
Karena kakaknya melarikan diri, di hari pernikahannya, Stefanie terpaksa jadi pengantin pengganti, menggantikan kakaknya.
Stefanie mencoba berontak, tidak ingin menggantikan kakaknya, menikah dengan pria calon kakak ipar yang belum ia kenal.
Tapi, karena Ibunya mengatakan, hanya sebagai pengganti sementara saja, sebelum kakaknya kembali, Stefanie terpaksa setuju menikah dengan calon kakak Iparnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5.
Stefanie melangkah dengan sedikit kaku, karena belum terbiasa memakai sepatu bertumit tinggi.
Di luar Paviliun mobil ternyata telah menunggu sedari tadi, dengan langkah hati-hati Stefanie berjalan mendekati mobil.
Asisten Christopher, Paul, membuka pintu mobil untuk Stefanie, dan mempersilahkan gadis itu masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil, ternyata Christopher telah menunggu Stefanie juga, duduk dengan mata tidak percaya saat Stefanie keluar dari dalam Paviliun.
Ia tidak menyangka gadis yang di anggapnya, gadis tidak menarik itu, memiliki aura yang sangat memikat.
Saat pintu mobil terbuka, ia dengan cepat menatap lurus ke depan dengan wajah datarnya, tidak berminat untuk memandang gadis itu lagi.
Sementara Stefanie merasa canggung, setelah melihat Christopher, ternyata sudah menunggu di dalam mobil.
Gadis itu duduk merapat ke pintu mobil, setelah Paul menutup pintu mobil dengan pelan.
Suasana mobil begitu hening sepanjang perjalanan, menuju tempat pesta kolega Christopher.
Setelah sampai, kembali Paul membuka pintu untuk Christopher, sementara Stefanie di sisi pintu mobil yang lain, tanpa menunggu Paul datang, ia membuka sendiri pintu mobil, dan perlahan keluar dari dalam mobil.
Setelah menutup kembali pintu, ia berdiri di samping mobil, menunggu Christopher berjalan lebih dahulu di depan.
Tanpa melirik sedikitpun ke arah Stefanie, pria dingin itu berjalan terlebih dahulu di depan, dan kemudian diikuti Stefanie di belakang.
Kaki Stefanie yang tidak terbiasa memakai sepatu hak tinggi, terpaksa memaksakan langkahnya dengan santai, agar tidak mempermalukan dirinya.
Sepanjang Christopher dan Stefanie memasuki aula hotel, tempat pesta di adakan, banyak pasang mata wanita memandang ke arah Christopher, dengan mata berbinar, sembari berbisik membicarakan penampilan Christopher.
Sementara Stefanie di belakang Christopher, tidak memperdulikan keadaan suasana pesta, dan tatapan berbinar setiap wanita kepada Christopher, ia hanya memperdulikan sepatu hak tinggi, yang ia pakai.
Stefanie sudah mulai merasakan tumitnya begitu sakit, akibat sepatu yang ia pakai.
Pikiran Stefanie hanya ke tumitnya, yang semakin tidak nyaman, dan mungkin sudah mulai lecet.
Stefanie berdiri menjaga jarak dari Christopher, ia merasa canggung kalau berdiri dekat dengan pria itu, karena ia menganggap Christopher sebagai kakak iparnya.
Stefanie berdiri diam, tidak tahu mau berbuat apa, hanya bisa melihat Christopher, sedang berbicara dengan tiga pria seumuran dengan Christopher.
"Yo... siapa ini, tidak menyangka aku bisa bertemu dengan mu di pesta kalangan orang kaya.. apakah kau merayu seorang pria kaya, dan menjadi simpanannya?"
Tiba-tiba Stefanie mendengar suara seorang wanita, berdiri di belakangnya, sembari menyindirnya.
Stefanie menoleh ke belakang, dan alangkah terkejutnya ia, melihat teman sekampusnya, yang suka mem-bully nya saat di kampus, dan di asrama kampus.
Teman sekampus, yang katanya putri dari orang kaya di kota mereka, dan donatur kampus mereka.
Tatapan mata Stefanie biasa saja, memandang temannya tersebut, yang bersama dengan wanita lainnya, yang Stefanie tahu selalu menempel pada temannya yang kasar tersebut.
"Hei! Reina bicara padamu! kau jangan pura-pura tidak mengenal kami, kau pikir siapa dirimu, berani acuh tak acuh seperti itu?!" ujar wanita satu lagi dengan nada tajam, mendelik pada Stefanie.
"Aku tidak ingin berurusan dengan kalian, jangan membuat onar di pesta orang!" sahut Stefanie dengan nada cuek, dengan gertakan ke dua wanita itu.
"Oh, begitu ya, karena di depan banyak orang, kau berani melawanku, kau pikir karena ini di tempat umum, aku tidak bisa membuatmu patuh padaku?" sahut Reina dengan senyuman licik.
"Coba saja, aku tidak perduli, aku sudah biasa kau perlakukan dengan kasar, dan bicara tidak punya etika, aku sudah kebal! lakukan saja dengan suara keras, agar semua mendengar!" kata Stefanie tersenyum dingin, tanpa merasa takut sedikitpun pada Reina.
"Ka.. ka.. kau!"
"Kenapa? kau tidak ingin reputasi mu jelek? biasanya kau tidak perduli dengan statusmu, yang ada hanya rasa puas bisa menindas ku, kenapa saat ini kau jadi ragu?" tanya Stefanie tersenyum miring, dengan raut wajah sebal memandang Reina dan temannya.
Wajah Reina memerah mendengar perkataan Stefanie, ia mendengus menahan amarah.
Stefanie hanya angkat bahu saja cuek.
Bersambung....
othor jangan lama lama lah up nya 🤗