Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semakin berisi
Motor pun terus melaju membelah keramaian. Hingga beberapa menit berlalu, akhirnya Naina pun sampai di rumahnya. Naina memperhatikan matanya di kaca spion yang terlihat sedikit sembab akibat terlalu lama menangis selama di perjalanan.
Untung saja sore itu Ibu dan Ayahnya belum pulang dari ruko tempat mereka berjualan sehingga Naina tidak perlu mencari alasan jika ditanya tentang matanya yang sembab.
Naina pun buru-buru memarkirkan motornya masuk ke dalam garasi rumahnya. Keluarga Naina cukup berasal dari keluarga yang sederhana. Ayahnya memiliki sebuah toko bangunan dua pintu. Walaupun memiliki tiga orang pegawai, namun ibu Naina juga turut serta setiap harinya membantu ayahnya selama bekerja.
Naina memasuki kamarnya dengan langkah lunglai. Harusnya hari ini adalah hari yang berkesan baginya karena besok ia akan melakukan ujian sarjana untuk mencapai gelar sarjananya. Namun angan tinggallah angan. Harapan Naina yang ingin mendapatkan semangat dari kekasih hatinya harus pupus begitu saja di tengah jalan.
Malam harinya.
"Naina..." Suara Ibu terdengar begitu lembut di telinga Naina yang sedang tertidur pulas di dalam selimut tebalnya.
Kelopak mata Naina mulai terbuka. "Ibu..." Ucapnya dengan parau.
"Kenapa kau tidur di jam segini, Nak? Tidak seperti biasanya." Ucap Ibu mengelus rambut lembut putrinya. "Loh... Ini kenapa matamu sembab begini?" Ucap Ibu sedikit terkejut melihat mata sembab Naina.
"Agh ini..." Naina nampak berpikir. "Mungkin karena terlalu lama tertidur membuat mata Nai membengkak, Bu." Jawabnya asal.
Ibu pun mengangguk percaya. "Bukankah besok adalah hari ujian sarjanamu, Nai? Lalu kenapa kau tidak belajar?" Ucap Ibu merasa heran. Karena putrinya itu tidak biasanya mengabaikan kuliahnya seperti ini.
"Nai akan belajar sebentar lagi, Bu. Tadi Nai sudah sedikit belajar. Karena terlalu mengantuk, akhirnya Nai memutuskan untuk tidur lebih dulu." Ucap Naina berbohong.
"Ooh begitu... Ya sudah kalau begitu. Ayo makan malam dulu, Ayah dan adikmu sudah menunggu di meja makan." Ajak Ibu.
"Baiklah, Bu. Ibu duluan saja. Nai akan menyusul sebentar lagi." Ucap Naina tersenyum.
Ibu membalas senyuman putrinya. "Baiklah. Jangan terlalu lama." Perintah Ibu.
Naina menganggukkan kepala sebagai jawaban.
*
"Naina... Kenapa nasinya tidak dihabiskan?" Ucap Ibu saat Naina sudah membalikkan sendok di piringnya.
Naina memasang wajah memelasnya. "Nai tidak berselera, Bu..." Jawab Naina dengan lesu.
Ibu menghela nafasnya. "Sudah beberapa hari ini kau selalu saja tidak menghabiskan makananmu, Nai. Apa kau sedang sakit saat ini?" Tanya Ibu dengan cemas.
Naina menggeleng. "Naina baik-baik saja, Bu. Hanya sedikit kurang berselera untuk makan." Jawab Naina.
"Jangan-jangan Kakak sedang diet, Bu..." Timpal Amara adik Naina. "Lihatlah tubuh dan perut Kakak saat ini. Sungguh begitu berisi tidak seperti dulu." Ledek Amara.
"Amara..." Ucap Ayah memperingati anak bungsunya.
Mendengar perkataan Amara, Naina pun melirik ke arah bagian perutnya. Naina dapat melihat dengan jelas jika saat ini perutnya mulai berisi dan beberapa bagian tubuhnya juga mulai menbengkak.
"Kakak sedang tidak diet, kok. Hanya saja sedang tidak berselera." Balas Naina pada Amara.
Amara tertawa. "Lagi pula dengan Kakak tidak diet pun tubuh Kakak lebih terlihat bagus saat ini. Apalagi jika Kakak menanggalkan kaca mata Kakak itu. Kakak terlihat lebih cantik dan manis." Puji Amara.
"Kau ini pandai sekali membuat Kakakmu melayang." Balas Naina dengan tersenyum.
Ibu dan Ayah pun turut tersenyum melihat kedua putrinya yang terkadang ribut dan terkadang saling mengasihi.
***
Untuk mendukung karya author yang baru. Mohon berikan dukungan dengan cara...
Like
Komen
Votenya
Agar author semakin semangat melanjutkan ceritanya. Terimakasih😊😊