Satu tahun telah berlalu, banyak hal yang terjadi. Namun Chen Xuan, pangeran sampah dari Istana Raja Chen telah bangkit menjadi praktisi terkuat di usia 18 tahun. Mengguncang Benua Timur dengan Pedang Penguasa Naga Hitam. Menghancurkan Faksi Laut Biru dan mempermalukan mantan tunangannya yang telah menghina ibunya.
Tapi meski demikian, setelah semua itu berakhir. Chen Xuan masih harus terus maju. Membuka rahasia besar tentang masa lalu dan masa mendatang, memenuhi janjinya kepada Ling Xia, serta mencari keberadaan ibunya.
Namun di saat janji begitu penting, Chen Xuan sekali lagi di hadapkan dengan pilihan sulit antara melindungi anaknya yang akan lahir atau terus maju dengan hati dingin ke arah takdir yang di tentukan!!.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Soccer@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 3 ~ CLAN YUN KEMBALI ~
Di tengah hutan lebat yang menjulang tinggi, sebuah jalan setapak yang sempit dan berliku-liku terlihat dipenuhi rombongan orang yang menunggang kuda dengan gagah. Di tengah-tengah rombongan tersebut, gerbong kereta kuda yang elegan dan kokoh bergerak perlahan, membawa simbol kekuasaan dan kehormatan. Pada sisi gerbong, tulisan "Klan Yun" terukir dengan indah, memancarkan kebanggaan dan kekuatan. Rombongan ini bergerak menuju gerbang megah ibukota kekaisaran, menyembulkan rasa penasaran dan kekaguman dari mereka yang menyaksikannya.
Di bawah naungan kekaisaran Chen, empat klan bangsawan berpengaruh—Klan Yun, Klan Mu, Klan Xu, dan Klan Yan—selama ini telah memainkan peran penting sebagai penguasa. Namun, keadaan berubah dramatis seiring kebangkitan Chen Xuan yang menggelegar. Saat ini, Klan Yun yang tadinya berada di luar wilayah kekaisaran, kini baru saja kembali ke ibukota setelah menyelesaikan urusan penting di perbatasan. Kepulangan ini menimbulkan berbagai spekulasi dan kepenasaran tentang dinamika kekuasaan yang akan terjadi selanjutnya.
Di dalam gerbong kereta kuda yang mewah, terdapat seorang pria paruh baya berjubah brokat merah yang elegan. Dia duduk dengan postur tegak, menunjukkan kekuasaan dan wibawa yang tak terbantahkan. Iris matanya tajam, memancarkan kebijaksanaan dan pengalaman. Aura mengesankan yang terpancar dari tubuhnya membuat siapa pun dapat merasakan kehadiran seorang pemimpin sejati.
Pria paruh baya ini tidak lain adalah Yun Ma Xing, pemimpin Klan Yun yang dihormati. Sebagai satu-satunya praktisi Dao Spirit King di Klan Yun, kekuatan dan otoritasnya tidak diragukan lagi. Kehadirannya membawa atmosfer tenang namun penuh wibawa, mencerminkan kedalaman spiritual dan kekuatan batin yang luar biasa.
Di samping Yun Ma Xing, duduklah seorang wanita cantik yang mempesona, mengenakan gaun merah terang yang elegan. Wajahnya sempurna seperti porselen, tanpa cela atau kekurangan. Kulitnya putih bersih, seperti salju murni. Pupil mata coklatnya jernih bagai permata, memancarkan pesona yang tak terhingga, seolah-olah menarik orang ke dalam lautan biru yang tak berbatas.
Aura murni dan elegan yang terpancar dari dirinya membuatnya tampak seperti makhluk surgawi yang tak ternoda oleh kekotoran dunia. Keindahannya sangat alami dan tak terkalahkan, seolah-olah dia adalah personifikasi kecantikan dan kesucian. Setiap gerakannya memancarkan keanggunan dan kehalusan, membuat siapa pun terpikat dan terpesona.
Rombongan Klan Yun kini memasuki gerbang ibukota kekaisaran Chen dengan langkah perlahan.
Semua orang yang melihat kereta dan rombongan penunggang kuda tersebut segera menyingkir, karena mereka menyadari bahwa rombongan ini adalah wakil dari Klan Yun, salah satu faksi penguasa yang sangat berpengaruh dan ditakuti di kekaisaran Chen.
Yun Ma Xing menatap wanita bergaun merah dengan penuh hormat dan berkata, "Nona Duan, kita telah tiba di kota Kekaisaran Chen. Sebentar lagi, kita akan memasuki wilayah Klan Yun."
Wanita itu mengangguk singkat dengan ekspresi acuh tak acuh, lalu menutup matanya dan terlihat santai, seolah tidak terlalu peduli dengan sekitarnya.
Jika ada orang lain yang berespons seperti itu, Yun Ma Xing pasti akan marah besar. Namun, dia justru memasang senyum manis dan bersikap sangat hormat di hadapan wanita itu, seperti seorang pengikut yang setia dan taat.
Yun Ma Xing menyambut dengan hormat, "Kehormatan besar bagi Klan Yun-ku menyambut kedatangan Nona Duan. Semoga Anda merasa nyaman berada di sini."
Wanita bergaun merah itu mengangguk santai, lalu menatap Yun Ma Xing dengan serius. "Jangan bersikap terlalu hormat, Ma Xing. Kita tidak ingin menarik perhatian. Identitas saya harus tetap tersembunyi sampai misi selesai."
Yun Ma Xing menjawab dengan sungging senyum sopan, "Baik, aku mengerti."
Suasana di dalam gerbong kereta kembali tenang dan sunyi. Sementara itu, di luar, rombongan Klan Yun melanjutkan perjalanan mereka menyusuri jalan utama yang dipadati oleh arus manusia yang tak kunjung berhenti. Di tengah kerumunan itu, seorang pria misterius menarik perhatian. Seluruh tubuhnya terbungkus jubah hitam yang sederhana, dengan tudung yang menutupi kepalanya, membuatnya hampir tidak terlihat di antara kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang. Meskipun tidak mencolok, kehadirannya seolah membawa aura misterius yang membangkitkan rasa penasaran.
Sambil melangkah di tengah kerumunan, pria misterius itu beberapa kali memandang ke arah toko-toko kecil di seberang jalan dengan pupil mata hitam legamnya yang tajam dari balik tudung hitamnya. Tiba-tiba, langkahnya terhenti di depan sebuah toko kecil sederhana bertuliskan "Toko Shen".
Toko Shen tampak begitu kuno dan terlupakan, seolah-olah waktu telah berhenti baginya. Atap bangunan yang berlubang dan kusam membiarkan cahaya matahari menerobos masuk, menciptakan efek dramatis di dalam ruangan. Dinding dan tiang-tiang kayu yang rapuh tergerogoti rayap, menampilkan jejak-jejak kerusakan dan keausan. Semua itu menciptakan kesan bahwa toko ini telah ditinggalkan selama bertahun-tahun, terlupakan oleh waktu dan dunia luar.
Pria berjubah hitam itu mengerutkan kening, wajahnya menunjukkan keheranan. "Benarkah ini toko yang dimaksudkan Mu Xue?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Tidak mungkin! Ini tampak seperti bangunan tua yang terlupakan, bukan tempat pertemuan rahasia."
Pria berjubah hitam itu adalah Chen Xuan yang menyamar. Ia datang ke Toko Shen karena terdorong oleh isi surat Mu Xue. Surat tersebut mengungkapkan bahwa Kekaisaran Chen memiliki lapisan kekuasaan yang lebih dalam, tidak seperti yang terlihat di permukaan. Keluarga Chen berhasil bertahan selama ratusan tahun bukan hanya karena kekuatan Kaisar Chen, melainkan karena dukungan kuat dari balik layar.
Mu Xue menulis bahwa Empat Klan Penguasa dan Sekte Laut Biru tidak pernah berani menyatakan perang terbuka melawan kekaisaran karena adanya kekuatan tak terlihat ini. Surat itu juga menyebutkan bahwa pendukung keluarga kekaisaran adalah orang-orang kuat dari Benua Barat yang melakukan pertemuan rahasia di Toko Shen setiap malam.
Chen Xuan melangkahkan kaki ke arah toko bobrok tersebut, namun sebelum dia bisa melanjutkan langkahnya, suara teriakan keras tiba-tiba memecah kesunyian dan memasuki telinganya.
"Hey, bodoh. KELUAR DARI JALAN!"
Wajah tampan Chen Xuan yang tersembunyi di balik tudung hitamnya berkerut ringan, menunjukkan kesabaran yang mulai teruji. Kilatan dingin sejenak muncul di dalam pupil mata hitam legamnya saat dia berbalik menghadap ke arah datangnya suara kasar tersebut.
Begitu Chen Xuan berbalik, pandangannya langsung tertuju pada rombongan pria berkuda yang gagah serta gerbong kereta kuda yang melaju kencang ke arahnya. Suara tapak kuda yang menggema di jalan utama menambah dramatisasi kesan kekuatan dan kekuasaan.
Melihat rombongan tersebut, Chen Xuan merasa jengkel. Dia berdiri di pinggir jalan dengan ruang luas di sebelah kanan, sehingga rombongan itu bisa saja berbelok sedikit untuk melanjutkan perjalanan tanpa mengganggu. Namun, mereka malah memilih untuk melaju terus, memaksa orang-orang mengosongkan jalan.
"Orang-orang sombong," gumam Chen Xuan dengan nada dingin.
Sementara itu, pria kekar di barisan depan rombongan memandang Chen Xuan dengan wajah muram, tidak senang melihat pria berjubah hitam itu tetap berdiri tenang, seolah tidak terpengaruh oleh teriakannya.
Pria kekar itu marah, matanya memancarkan kemurkaan. "Kamu mencari kematian, bodoh!" teriaknya, sambil mengacungkan cambuk panjang berduri yang telah dia pegang. Dengan gerakan kejam, dia mengayunkan cambuk tersebut ke arah Chen Xuan, berseru, "Mati!"
"Whoosh!!"
Cambuk panjang berduri melintas dengan kecepatan tinggi, memancarkan suara mendesis yang menakutkan saat merobek angin di udara. Bayangan hitam cambuk itu terlihat jelas di hadapan Chen Xuan, membawa ancaman maut yang menghantui. Duri-duri tajam yang terpasang di sepanjang cambuk berkilauan dalam cahaya matahari, menambahkan kesan kekejaman dan kehancuran.
Semua orang di sekitar sudut jalan menatap Chen Xuan dengan rasa iba dan takjub. Mereka sudah membayangkan tubuhnya akan hancur terkena cambuk berduri yang mengancam jiwa itu.
Semua mata terpaku pada pemandangan yang tak terduga. Saat cambuk berduri akan mengenai Chen Xuan, api merah gelap tiba-tiba meledak dan melahapnya. Dalam sekejap, cambuk itu berubah menjadi tumpukan abu yang melayang di udara, seolah-olah tidak pernah ada.
Wajah pria kekar itu menunjukkan kejutan ekstrem, mata melotot tidak percaya. Dia menatap Chen Xuan dengan rasa terkejut dan bingung, tidak mengerti bagaimana hal itu bisa terjadi. Suasana sekitar menjadi tegang dan sunyi, semua orang terpaku pada kejadian ajaib tersebut.
...