“Kau akan menjadi pacar eksklusifku selama batas waktu yang tak ditentukan. Rubah penampilan kuno-mu itu. Aku tak suka melihat penampilan burukmu itu. Jika kau menolak perjanjian ini, kau bisa mengundurkan diri dari perusahaanku,” ucap Dimitrei Uvarov—seorang CEO di mana Thalia Brown bekerja. Thalia yang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini dan tak punya pilihan jawaban lain, akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah, Tuan. Aku menerima dan tak menolak perjanjian ini.” Siapa yang bisa menolak pesona Dimitrei Uvarov— putra angkat dari seorang mafia kawakan yang cukup terkenal di dunia bawah. Namun, alih-alih melanjutkan usaha sang ayah angkat, Dom Petrov, yang terbilang sangat sukses, Dimitrei justru membangun dinasti kejayaannya sendiri meskipun semua modal dibiayai oleh ayah angkatnya. Melihat kehidupan sang ayah angkat yang selalu ditinggalkan wanita dan tak pernah mendapatkan cinta sejati, membuat Dimitrei tak berniat untuk menikah karena baginya itu adalah hal yang sia-sia. Namun, berbeda dengan Dom yang menginginkan Dimitrei membangun rumah tangga dengan wanita yang tepat. Kondisi kesehatan Dom yang memburuk membuat Dimitrei akhirnya menyetujui perintah Dom untuk menjalin hubungan dengan wanita yang akan diseleksi langsung oleh Dom. Dan pilihan itu jatuh pada pegawai culunnya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata yaitu Thalia Brown.
Follow ig : zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Thalia
Hatinya sangat ragu dengan apa yang dikatakan oleh ibu tirinya, Camilla.
Thalia sama sekali tak percaya dengan perkataan wanita itu yang mengatakan bahwa dia dijodohkan oleh mendiang ayahnya dengan Evan, keponakan Camilla.
Bagi Thalia, itu semua adalah tipu muslihat untuk menghancurkan Thalia dan mungkin Camilla masih sangat takut jika suatu saat nanti Thalia akan mengambil alih warisan ayahnya yang telah direbut oleh Camilla.
"Thalia, kau harus mendengarkanku," kata Camilla dengan suara yang berusaha terdengar lembut, tetapi ada nada mendesak di dalamnya. "Ayahmu sudah merencanakan ini sebelum dia meninggal. Dia ingin kau menikah dengan Evan untuk memastikan masa depanmu terjamin."
Thalia menggelengkan kepala dengan keras. "Aku tak percaya! Daddy tak pernah menyebutkan hal ini padaku. Kenapa aku harus percaya pada kata-katamu, Camilla? Kau hanya ingin mengendalikan hidupku dan kau takut jika aku mengambil alih harta ayahku darimu, bukan?"
Camilla menghela napas panjang, matanya menatap Thalia dengan penuh kepura-puraan iba. "Aku tahu ini sulit untukmu. Tapi ini adalah yang terbaik. Evan adalah pria yang sangat baik, dia akan menjagamu."
"Keluar kau dari sini!" teriak Thalia, matanya berkobar dengan kemarahan karena sudah terlalu jijik melihat Camilla yang seolah-olah peduli padanya. "Aku tak akan menikah dengannya, tidak peduli apa yang kau katakan!"
Suasana di apartemen itu menjadi tegang. Camilla tidak mau mundur. Ia sudah merencanakan semuanya dengan matang.
Dia tak mau Thalia hidup dengan tenang dan bahagia. Dan bisa saja nanti Dimitrei akan mengambil alih perusahaan ayah Thalia dengan kekuasaannya jika Thalia meminta hal itu pada Dimitrei
Thalia memutuskan untuk tidak tinggal diam. Dia harus mengusir Camilla dan Evan dari rumah ini. Dengan hati yang bulat, dia berjalan ke tempat Camilla dan Evan sedang duduk.
"Aku sudah memutuskan," kata Thalia dengan tegas. "Kalian harus pergi dari rumah ini sekarang juga. Aku tidak membutuhkan kalian di sini."
Camilla terkejut dengan keberanian Thalia. "Apa maksudmu, Thalia? Aku adalah istri ayahmu. Kau tak bisa begitu saja mengusirku."
"Ini apartemenku, aku memiliki hak untuk memutuskan siapa yang boleh masuk kemari," jawab Thalia tanpa ragu. "Dan kalian bukan lah temanku atau bahkan keluargaku. Kalian hanyalah tamu yang tak ingin kutemui."
Evan berdiri, mencoba menenangkan situasi. "Thalia, kita bisa membicarakan ini dengan kepala dingin. Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Maksud Bibi Camilla sangat baik, menyampaikan pesan dari ayahmu."
"Tidak ada kesalahpahaman," sahut Thalia cepat. "Aku tak akan membiarkan hidupku dikendalikan oleh orang-orang seperti kalian. Pergi dari sini!"
Camilla bangkit, wajahnya memerah karena marah. "Kau akan menyesal, Thalia. Ayahmu tidak akan menyukai sikapmu ini."
Thalia menatap ibu tirinya dengan dingin. "Ayahku sudah tiada, dan aku yang bertanggung jawab atas diriku sendiri sekarang. Aku tidak akan menyesali keputusanku."
Thalia menarik tangan Camilla dengan sedikit kasar karena wanita itu sama sekali tak beranjak dari tempatnya.
Evan menepis kasar tangan Thalia yang menarik bibinya. "Lepaskan Bibiku!"
"Bawa wanita ini keluar dari sini jika kau tak ingin aku bersikap keras!"
"Kau benar-benar tak sopan, hah?!" marah Evan yang merasa terhina dengan ucapan Thalia.
"Tak sopan? Keluarga kalian lah yang tak sopan karena telah mengambil semua hak-ku! Kalian semua pencuri!" teriak Thalia yang mengeluarjan semua amarahnya lagi karena selama ini Camilla tak pernah mau bertemu dengannya ketika dirinya ingin membahas masalah warisan.
PLAK
Camilla menampar keras pipi Thalia dan Evan pun mendorong tubuhnya juga ketika Thalia ingin membalas apa yang telah dilakukan oleh Camilla.
BRUG
Thalia membentur meja hingga kakinya lecet, namun dia tetap berdiri dan tidak takut menghadapi dua orang itu.