Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?
Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 26
Malam harinya di aparteman Glory. Lebih tepatnya di area balkon apartemen, terlihat Anna sedang duduk dengan kedua kaki yang ia lipat di atas kursi, ditemani es kopi caramel latte kesukaannya serta makanan ringan keripik kentang balado yang berada dalam pelukannya.
Setelah melalui hari yang panjang, dengan diawali oleh peristiwa konyol di pagi hari. Anna melanjutkan tujuan awalnya datang ke perusahaan, yakni menjadi salah satu bagian dari karyawan HB Group.
Bukan hanya sekedar karyawan biasa, melainkan sekretaris pribadi Bastian menggantikan Regan yang kini telah naik pangkat menjadi kepala divisi Humas.
Awalnya Anna menolak keras keputusan Bastian yang ingin menempatkan dirinya di sisinya, karena sudah pasti lelaki berdarah dingin itu akan menyiksanya dengan segunung pekerjaan yang tiada habisnya, belum lagi ia harus menghadapi perangai buruknya dengan seulas senyum pasrah tanpa diperbolehkan mengeluh.
Mulai dari sekarang hari-harinya pasti akan sangat melelahkan dan penuh dengan tekanan dari bos gila yang tak memiliki hati nurani itu.
“Karakternya benar-benar berbanding terbalik dengan Bennedict, (gumam Anna dengan tatapan kosongnya yang ia arahkan ke langit malam yang dipenuhi jutaan bintang)
Hmmp … (Anna menghela nafas sejenak sebelum kembali menyantap keripik kentang yang sudah berada dalam apitan jemarinya)
Tapi, kenapa aku merasa dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku, aku mengerti, jika di dunia ini ada karakter yang namanya bad boy, meski kita tak melakukan kesalahan apapun, dia akan tetap memperlakukan kita dengan buruk.
Tapi tatapan itu, tatapan yang selalu dipancarkan oleh Bastian padaku, seperti mengandung banyak makna, seolah ia dengan sengaja membuatku merasa tertekan, tapi kenapa?
Apa sebelumnya kita pernah bertemu? Dan aku tak sengaja membuat kesalahan padanya?
Semakin ku fikirkan, semakin aku tak mengerti dengan genre hidup yang sedang ku jalani saat ini, begitu complicated,” oceh Anna seraya menikmati keripik kentang yang lumer di mulutnya.
“Hmmp … “ lagi-lagi Anna menarik nafas beratnya seolah ingin melepaskan beban dipundaknya.
“Aku jadi merindukan Bennedict,” ujar Anna seraya menyandarkan bagian belakang kepalanya ke atas sandaran kursi yang terbuat dari rotan.
“Sejak awal kami bertemu, ia selalu bersikap manis dan ramah pada semua orang, aku tak pernah sekalipun melihatnya berbuat kasar, terutama pada wanita.
Dia selalu bisa menjaga perasaan wanita dengan tutur katanya yang lembut, dan juga … senyum nya sangat manis, bahkan mampu mengalahkan manisnya gula pasir, hhahaha!” racau Anna dengan nada yang mulai bergetar di akhir kalimat, karena tiba-tiba saja emosional nya mulai berkecamuk, perasaan merindu yang bertarung dengan rasa bersalah nya selalu berhasil menjatuhkan dirinya sampai ke titik terlemahnya.
Tak mampu menahan air matanya lagi, Anna pun menutupi setengah wajahnya dengan siku tangannya.
Meski insiden itu telah berlalu cukup lama, namun bukan berarti Anna telah melupakan segala rasa sakit yang ia rasakan di masa lalu.
Kata-kata yang menyatakan jika semua akan berlalu seiring berjalannya waktu, hanyalah sebuah omong kosong bagi wanita malang yang kini tengah bergelut dengan tangisan emosionalnya. Pada nyatanya, luka itu akan tetap ada, tak perduli setegar apapun ia berusaha, luka yang berasal dari penyesalan terdalam itu akan kembali muncul ke permukaan, lagi dan lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Selang 15 menit berlalu.
Anna sudah merasa lebih baik dan kini ia berpindah ke tepi pagar pembatas balkon dengan sekaleng beer yang ia ambil di lemari pendingin sebelumnya.
“Ya, tentu saja, saat saat seperti ini yang ku butuhkan adalah alkohol, bukannya kopi,” oceh nya seraya meneguk beer tersebut, ia berharap jika dirinya akan segera tak sadarkan diri, dan melupakan segala kesedihannya saat ini esok hari.
Sampai seseorang muncul dari balik pintu penghubung balkon dengan cukup bar bar hingga membuat Anna yang saat itu sedang menikmati malam sendunya pun terkejut sampai tak sengaja melepaskan kaleng beer yang ada dalam genggamannya.
BRRUGHH!
“YAK ANNALESE!!” panggil Edrea tentunya dengan suara 8 oktaf nya yang menggelegar bahkan sampai unit terbawah.
“Astaga!” kaget Anna bersamaan dengan kaleng beer yang terlepas dari genggaman tangannya dan kini sedang terjun bebas ke area pekarangan aparteman.
“Augh! Biasa aja dong, gimana kalau aku yang jatuh! Kamvret!” dumel Anna yang belum menyadari jika ternyata keleng beer yang masih berisi itu mengenai kepala seseorang yang tengah berjalan di area pekarangan.
“ARGH!” pekik seseorang yang terdengar seperti suara ringisan seorang pria di area pekarangan.
Refleks Anna yang sedang berdiri di tepi balkon pun langsung menurunkan tubuhnya, takut ketahuan jika ia adalah tersangka yang menjatuhkan kaleng beserta isinya yang kini membasahi seluruh tubuh pria tersebut.
“Sial! Yak! Ini semua gara-gara lo yang ngagetin gue,” gerutu Anna seraya memelototi Edrea yang tengah menghampirinya dengan cara merangkak.
“Ya lagian, kaget lo masa sampe ngelepasin kaleng beer gitu, sepakbola banget lo!” balas Edrea yang kini sudah sampai di tepi pagar pembatas, sembari berusaha mencuri-curi pandang ke area pekarangan untuk mengecek sang korban yang telah tertimpa sekaleng beer.
“Hiperbola bodoh! Augh!” geram Anna lengkap dengan gerakan ingin menoyor kepala karibnya itu.
“Yak! Yak! Bukannya itu pengacara Kayle,” seru Edrea seraya menepuk-nepuk pundak Anna dengan heboh.
“Apa?!” kaget Anna yang lantas ikut mengintip ke bawah melalui celah pagar pembatas.
Benar saja dilihatnya seorang pria bertubuh besar dengan wajah yang 100% mirip sekali dengan pengacara dan sekaligus teman baik Anna saat ini.
Kayle berdiri seraya menengadahkan wajahnya ke atas disertai tatapan tajam penuh kemurkaan, tepat ke arah dimana balkon Anna berada, seolah ia sudah mengetahui keberadaan sang tersangka yang telah membuat tubuhnya basah kuyup.
“Aish! Sepertinya dia sudah tahu,” gumam Edrea seraya menyenggol-nyenggol pundak Anna.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Karena tak ingin di salahkan atas perbuatan Anna yang tak sengaja menjatuhkan kaleng beer yang mengakibatkan sekujur tubuh Kayle basah dan juga lengket.
Edrea lebih memilih melarikan diri untuk sementara dari apartemen, membiarkan Anna sendiri yang akan menyelesaikan masalah yang telah ia perbuat.
Mau tak mau Anna pun menawarkan Kayle untuk membersihkan tubuhnya alias mandi di apartemen Edrea, karena masih ada yang ingin Kayle bicarakan dengan Anna.
Sementara Kayle sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi luar, Anna tampak sibuk membongkar lemari yang berisi pakaian-pakaiannya, untuk mencari sesuatu yang dapat di gunakan oleh Kayle setelah dirinya mandi. Karena pakaian Kayle saat ini sedang berada di mesin cuci.
“Ahh ketemu! (seru Anna ketika pencariannya berakhir dengan menemukan sebuah kaos berwarna merah muda dengan gambar boneka beruang besar yang berada di bagian tengah)
Setidaknya ini akan cukup di tubuhnya bukan?” Anna bertanya pada dirinya sendiri seraya membentangkan kaos tersebut menggunakan kedua tangannya.
“Tapi … bagaimana dengan bagian bawahnya?” Anna kembali bergumam dan dalam kebingungannya bahkan setelah berhasil menemukan atasan yang cocok untuk dikenakan Kayle.
Bersambung***