Siapkan kanebo kering untuk menyeka air mata!
Ia hidup menyedihkan dalam kemiskinan bersama sepasang anak kembarnya, padahal ayah dari anak-anaknya adalah orang terkaya di kotanya.
Semua bermula dari suatu malam yang nahas. Bermaksud menolong seorang pria dari sebuah penjebakan, Hanna justru menjadi korban pelampiasan hingga membuahkan benih kehidupan baru dalam rahimnya.
Fitnah dan ancaman dari ibu dan kakak tirinya membuat Hanna memutuskan untuk pergi tanpa mengungkap keadaan dirinya yang tengah berbadan dua dan menyembunyikan fakta tentang anak kembarnya.
"Kenapa kau sembunyikan mereka dariku selama ini?" ~ Evan
"Kau tidak akan menginginkan seorang anak dari wanita murahan sepertiku, karena itulah aku menyembunyikan mereka." ~ Hanna
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Mobil melewati sebuah gerbang yang sangat besar setelah seorang penjaga membukanya. Sky memutar pandangan ke sekeliling. Bola matanya melebar dan rahangnya reflek terbuka sebagai ekspresi takjub setelah menikmati indahnya lampu-lampu taman yang baru saja dilewati. Setiap sudut taman itu bahkan ada seorang penjaga yang berdiri.
Rumah di hadapannya sangat megah layaknya istana dengan hamparan taman hijau yang luas. Bahkan rumah dan gerbang cukup berjarak.
“Wow, rumahnya keren sekali. Ini rumah siapa, Mommy?” Sky menatap Hanna seolah menuntut sebuah jawaban dan beberapa detik setelahnya menatap rumah itu dengan terkagum-kagum.
“Ini rumahmu, Nak. Mulai sekarang kita akan tinggal di sini bersama,” jawab Evan.
Seolah tak percaya dengan penglihatannya sendiri, Sky menatap Hanna. “Benarkah, Mommy? Apa rumah besar ini rumah daddy? Kita akan tinggal di sini?”
“Jaga sikapmu, Sky. Jangan begitu.” Sky seketika terdiam, tetapi kekaguman melambungkan hatinya dan masih dapat terbaca melalui binar wajahnya.
Mobil berhenti di depan pintu utama. Tampak enam wanita berseragam biru navy dengan apron putih melingkar di pinggang menyambut. Osman turun lebih dulu dan membukakan pintu mobil. Evan menurunkan Sky sehingga berjalan di sisinya. Ia menuju pintu mobil dan menggendong Star.
“Selamat datang, Nona,” ucap Osman.
Pelayan lain tampak menyambut dengan menundukkan pandangan. Hanna merasa tak nyaman dengan perlakuan istimewa itu, tetapi berusaha bersikap sewajarnya. Sementara Sky tercengang saat melewati pintu utama. Hanna menggandeng tangannya berjalan.
“Mommy, rumah daddy sangat besar. Jauh lebih besar dari rumah Ozkan,” ucap Sky berapi-api. Kekaguman membuatnya lupa dengan peringatan Hanna sebelum turun dari mobil. Pandangannya menyapu seisi rumah, Sky seperti bermimpi berada di dalam sebuah istana.
Seorang pria berpakaian menyambut dengan menundukkan kepala. “Saya sudah siapkan semuanya, Tuan. Kamar untuk Nona kecil dan Tuan Muda sudah siap.”
Laki-laki bertubuh tegak itu menuntun dengan berjalan lebih dulu melewati tangga menuju lantai dua. Evan, Hanna dan beberapa pelayan mengikuti dari belakang.
Saat membuka pintu sebuah kamar, Hanna tercengang melihatnya. Sebuah kamar bercat pink yang diisi sangat banyak boneka. Lemari besar dengan gambar Hello Kitty berada di sudut ruangan. Hanna dapat menebak akan seperti apa reaksi Star saat terbangun nanti.
Evan membaringkan Star di tempat tidur. Membuka sweater rajut milik Hanna yang membalut tubuhnya, berikut seluruh pakaian yang dikenakan Star.
“Tolong siapkan piyama untuknya,” perintah Evan.
Seorang pelayan wanita dengan gerakan cepat menyiapkan sebuah piyama dari dalam lemari dan meletakkan di tepi pembaringan empuk itu. “Apa saya saja yang memakaikan piyamanya, Tuan?”
“Tidak usah, biar aku saja, terima kasih. Tolong siapkan saja handuk kecil dan air hangat.”
“Baik, Tuan.”
Hanna terdiam. Ia berdiri di tepi pembaringan dan hanya melihat gerakan cepat Evan membasuh tubuh Star dengan handuk kecil dan kemudian memakaikan piyama. Setelah semuanya selesai, ia memasang jarum infus di tangan kiri dan menyelimuti Star.
Melihat putrinya dalam keadaan pucat dan jarum infus menancap di pergelangan tangannya, Hanna menjadi tak tega. “Apa Star masih membutuhkan itu?”
“Iya. Dia masih membutuhkan perawatan,” Evan menatap Hanna dengan senyuman. “Jangan khawatir, Star akan baik-baik saja setelah ini.”
Hanna mengangguk mengerti. Setidaknya ia lebih tenang sekarang. Evan seorang dokter, dan ia tahu apa yang terbaik untuk Star.
"Istirahatlah, aku akan menemani Sky dulu."
Evan melirik Sky yang duduk mematung di sebuah kursi. Ia tersenyum dan menghampirinya. “Jagoan kecilku, apa kau tidak mau melihat kamarmu?”
“Kamarku?”
“Iya. Mereka juga membuat sebuah kamar yang indah untukmu.”
Sky mengangguk penuh semangat. Evan menggendongnya menuju sebuah kamar yang tepat berada di sebelah kamar sky. Saat memasuki kamar bercat biru itu, bola mata Sky melebar. Ia hampir tak percaya. Di hadapannya adalah sebuah kamar besar dengan berbagai macam mainan.
“Apa ini untukku, Daddy?”
“Iya, Nak. Kamar ini dan seisinya adalah milikmu.”
“Wow ...” Ia berjalan memasuki kamar. “Ini keren sekali, Daddy. Rumah Daddy jauh lebih besar dari rumah Ozkan. Mainan di sini juga jauh lebih banyak dan lebih keren dari punya Ozkan. Apa Daddy juga punya uang yang lebih banyak dari ayahnya Ozkan?”
****
kalo zian dah hbs tu ayael