Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4_Akad Nikah
...Warningggg!!!!!...
...Sifat tokoh sudah author tentukan jadi jangan protes apa lagi ngata-ngatain segala, GAK SUKA JANGAN DIBACA,, kalau mau sesuai keinginan bikin cerita sendiri!...
...Sifat cewek kalem dan mengalah, jadi mungkin rada bodoh, udah ketentuan dari author, kasih bintang di bawah empat bakalan author blok ya jadi di usahakan untuk bintang empat ke atas, kalau gak suka cerita nya jangan di baca!...
🥕🥕🥕
"Gak ada tapi tapian, kamu gak lihat kakak kamu kabur heh!" teriaknya lagi.
.
"APA KABUR! SIAPA YANG KABUR?!" teriaknya terdengar dari pintu kamar membuat ketiga orang itu langsung saja menuju ke arah pintu tersebut.
Dia adalah mama Wina yang tadinya ingin menyambut sang calon menantu karena akad sebentar lagi akan di laksanakan, namun saat dia sudah berada di depan kamar mempelai malah sesuatu hal yang beliau dengar.
"Nyo... Nyonya Wina," ucap papa Ilham dengan terbata-bata.
Mama Wina pun keluar sebentar dan mengumpulkan semua orang di kamar tersebut, mama anggun, papa Ilham dan Maura yang merasa terpojok pun hanya bisa diam di sana.
"Jelaskan semuanya." tekan mama Wina saat semua orang sudah berkumpul.
Maura tampak terkejut saat melihat ada bos nya yang ikut hadir di sana, dia memang tidak tahu seluk beluk keluarga yang akan menikah dengan kakak nya itu.
'Pak Brian? Jadi yang akan menikah dengan kak angel itu anak dari pak Brian?' tanya Maura yang masih terkejut dengan apa yang dia ketahui ini.
Dia melihat lelaki tampan yang berada di samping pak Brian membuat muara merasa gugup, dari auranya saja terlihat kalau laki-laki tersebut begitu mendominasi dengan tatapannya yang begitu tajam itu.
"Ada apa ma?" tanya papa Brian melihat sang istri seperti ingin marah saja.
"Kamu tanya aja sama calon besan kamu ini," ucap mama Wina.
"Ada apa ini?"
"Sebelumnya mohon maafkan kami tuan nyonya, anak kami kabur dari hotel." ucap papa Ilham membuat semua orang di sana terkejut.
"Bagaimana bisa, ini acara akan di mulai dan mempelai tidak ada!" pekik papa Brian merasa tidak di hargai, keluarga mereka rela menikahkan anaknya namun malah seperti ini.
Untung saja bara tidak ada di sana karena dia sedang ada urusan sebentar dengan max, jika saja dia di sana maka bisa di pastikan dia akan marah besar dan merasa di permalukan.
"Pernikahan akan tetap di laksanakan tuan tapi sebagai gantinya anak kami ini yang akan menggantikannya." ucap papa Ilham dengan entengnya.
"Enggak, pa enggak." ucap Maura merasa dia di kambing hitamkan di sini.
"Maura papa mohon." lirih papa Ilham untuk pertama kalinya berbicara lembut kepada Maura.
"Iya Maura, mama juga memohon tolong bantu keluarga kita." mama Anggun yang tidak pernah baik kepadanya pun memohon juga kepadanya.
"Bagaimana nak, apakah kamu mau? Karena kami tidak mungkin bisa membatalkan pernikahan ini karena semua undangan sudah di sebar." tanya papa Brian dengan lembutnya.
"Mau ya nak." ganti mama Wina yang memohon.
"Tapi Maura merasa jauh di bawah keluarga pak Brian." ucap Maura dengan rendah diri.
"Kenapa seperti itu?" tanya papa Brian.
"Karena saya adalah salah satu karyawan bapak, tepatnya di bagian cleaning service." ucap Maura tidak ingin menutup-nutupi semuanya.
Hal itu malah membuat mama Wina dan papa Brian takjub, bukan berbohong malah calon mantu nya itu berterus terang.
"Saya tidak melihat dari status calon istri saya." tegas Bara membuat Maura menundukkan kepalanya.
"Mau ya sayang." seru mama Wina.
Dengan berat hati dan juga agar tidak membuat keluarganya malu akhirnya Maura pun menyetujui pernikahan tersebut, pernikahan yang sama sekali tidak pernah Maura bayangkan.
"Baiklah Maura bersedia." lirih Maura dengan jantung berdebar kencang.
"Kalau begitu siap-siap dulu lima belas menit setelah itu nanti acara akan di mulai." ucap mama Wina.
Dengan terpaksa Maura pun ikut semua nya, mulai dari make up hingga menggunakan gaun yang seharusnya di pakai oleh kakak nya tetapi malah dirinya yang memakainya.
Acara pun di mulai dan semua orang sudah berada di tempat acara, Maura berjalan di temani oleh Bianca yang menuntunnya menuju ke tempat duduk yang sudah di siapkan.
"Kak semangat ya, aku yakin kalau kak Bara nanti pasti bakalan pangling sama kak Maura, Kaka cantik banget." ucap Bianca senang melihat calon kakak iparnya itu, dan Maura hanya membalasnya dengan senyuman manis saja tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
Sedangkan Bara sudah berada di meja untuk akad nikahnya, papa Ilham dan mama anggun melihat siapa calon dari anak nya begitu terkejut karena wajah tampan yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan.
"Pa itu anak dari tuan Brian?" bisik mama anggun tidak bisa membayangkan betapa menyesalnya angel nanti karena telah pergi dari acara pernikahan nya itu.
"Papa juga gak tau ma, tapi jika itu memang anak dari tuan Brian maka papa bisa jamin bahwa anak mu itu akan menyesal dan Maura yang akan menertawakan kita nantinya." balas papa Ilham sambil berbisik menjawab pertanyaan sang istri.
Maura yang dari tadi menunduk pun tidak tahu bagaimana kondisi di sekitarnya, dia hanya sedang bergelut dengan pikirannya sendiri tanpa menyadari sejak dia keluar dari tadi ada yang terus memperhatikannya.
Dia adalah calon suaminya, Bara yang sudah tahu ada pergantian calon mempelai pun merasa benci dengan keluarga calon istrinya itu, dia bersumpah akan membuat calon istrinya itu mendapatkan balasan dari apa yang dia rasakan sekarang ini, namun siapa sangka dia malah terpesona dengan calon istrinya sendiri.
Sebelumnya dia sudah tahu wajah calon istrinya yang menurutnya begitu membosankan, tapi ternyata penggantinya begitu cantik dan beda dari pikir nya, namun egonya terlalu besar hingga dia begitu dingin sekali menatap sang calon istri namun tetap ada rasa kesal dan benci karena permainan keluarga mereka.
"Bagaimana para saksi?" tanya pak penghulu saat ijab Bara baru saja terucap.
"Sah."
"Sah." sahut semua orang.
Setelah itu prosesi salaman dan yang lainnya pun di lakukan, Maura tidak berani untuk menatap mata tajam milik suaminya itu, status yang dia dapatkan dalam sekejap membuat hati Maura miris melihat nasib nya sendiri.
Setelah prosesi ijab kabul dan yang lainnya selesai, Maura dan Bara masuk ke dalam kamar mereka terlebih dahulu sebelum nanti akan di adakan nya resepsi pernikahan.
BRAK
Suara pintu yang di tutup dengan keras membuat Maura terlonjak kaget, dia yang masuk terlebih dahulu pun melihat ke arah pria yang sekarang menjadi suaminya itu dengan takut.
"saya peringatkan kepadamu bahwa ini hanyalah pernikahan tanpa cinta, jadi jangan pernah kau membawa bawa perasaan di dalam hubungan ini." tekan Bara dengan wajah dingin dan nada datarnya padahal hatinya bergetar saat mengucapkan hal tersebut.
'apakah dia salah mengucapkan sesuatu?' pikir Bara namun langsung dia tepis perasaan tersebut.
Dia berjalan mendekat ke arah Maura dengan menakutkan, Maura yang melihat itu pun berjalan mundur menghindar dari serangan orang yang menakutkan di depannya itu.
Merasa mentok di tembok Maura merasa sekarang dia tersudut, tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang ini.
Bara yang merasa menang pun langsung mencengkram dagu wanita di depannya itu yang sekarang sudah menjadi istrinya.
Dengan keras dia mencengkram nya sehingga wajah mereka berdua sekarang bertatapan, mata yang seperti ingin membunuh Maura membuat Maura semakin ketakutan.
Namun Bara tidak melanjutkan aksinya dan memilih untuk pergi dari kamar tersebut karena suasana hatinya begitu kalut sekali sekarang ini.
Sedangkan Maura yang di tinggal pun tanpa permisi air matanya jatuh, dia berusaha untuk tetap tegar namun sayang pertahanannya tidak sekuat yang dia bayangkan.
Dia berharap di keluarga baru nya tidak akan ada penyiksaan seperti keluarga lama nya, namun entah Maura tidak bisa menjamin akan hal tersebut.
"Maura semangat kamu gak boleh putus asa, ingat kalau ini semua sudah kamu ambil keputusan nya jadi tidak ada salahnya jika mencoba, mungkin saja dengan berjalannya waktu pernikahan ini akan menjadi pernikahan yang diidamkan." gumam Maura sambil menghapus air matanya agar tidak jatuh lagi.
Setelah itu tak lama perias pun datang untuk mendandani Maura karena nanti malam akan mengadakan resepsi, Bianca juga berada di sana bercerita banyak hal yang sekaligus mengakrabkan diri dengan kakak ipar nya ini.
Entah mengapa Bianca merasa senang yang menjadi kakak iparnya adalah Maura bukan malah wanita yang beberapa waktu saat pertemuan itu hadir, wanita dengan bedak tebal, muka permakan membuat Bianca malas untuk menyapa.
Namun lain hal nya dengan kakak iparnya ini, wajah nya cantik natural, tutur bahasa yang lembut, dan bisa Bianca tebak kalau kakak nya ini baik hati.
.
.
Bersambung.....
.bìar cpt jd dan segera launcing bara junior