Serpihan Luka

     "Seperti Caraka? ah.. mungkin hanya mirip saja"! ucap Pras yang tak sengaja melihat anak nya masuk ke dalam lift khusus di kantor nya.

    " Masa iya caraka sama pak bos, ada ada saja"

Pria itu mengelengkan Kepala nya, kemudian naik ke lantai dua menuju ruangan nya.

Sudah dua kali Pras melihat Bos nya membawa anak kecil yang mirip dengan Caraka.

Tapi pria ini hanya mengangap nya kebetulan mirip saja.

Di ruangan Aditya, Caraka hanya bermain tanpa menganggu Aditya yang sedang kerja.

Sekertaris yang bernama Mila juga ada disana, wanita itu sangat penasaran dengan bocah yang di bawa bos nya itu.

     "Maaf Pak, kalau boleh tau itu anak siapa"? tanya Mila penasaran.

    " Anak saya" jawab Aditya singkat, bahkan pria itu tidak menoleh pada Mila.

Mila tercengang, wanita itu sama sekali tidak percaya jika bos nya itu sudah punya anak.

Padahal setau nya Aditya belum menikah apa lagi punya anak sebesar itu.

    "Bapak serius"? Tanya Mila yang tidak percaya.

     " Tanya aja sama anak nya"?

Sangking penasaran nya dan tidak percaya nya Mila, wanita ini menghampiri Caraka. Lalu bertanya pada bocah kecil ini.

    "Ganteng, kamu anak siapa"?

    " Nak papa" jawab Caraka yang menoleh ke arah Aditya.

Aditya hanya menahan tawa nya, ternyata Caraka bocah sekecil itu bisa diajak kerja sama.

Mila yang mendengar itu sampai tidak bisa berkata kata, wanita ini merasa tidak terima karena selama tiga tahun bekerja, tapi ia tidak tau jika Aditya sudah menikah dan memiliki anak.

Karena selama ini memang tidak pernah ada berita apa pun tentang kehidupan pribadi Aditya, apa lagi masalah perempuan.

Menjelang waktu makan siang, Aditya mengajak Caraka pulang.

Sudah menjadi kebiasaan Caraka setelah makan siang bocah kecil itu akan tidur siang, karena itu Aditya mengajak nya pulang.

Sepulangnya Aditya, kantor pun menjadi heboh dengan adanya kabar jika Aditya sudah memiliki anak.

Pras juga mendengar kabar ini, tapi masa bodoh.

  "Unda... " teriak Caraka begitu sampai rumah Aditya.

   "Sayang,,, kamu tidak nakal kan di kantor Om Adit"? tanya Fiona.

Bocah kecil itu hanya mengelengkan kepala nya.

  " Tenang saja Fiona, anak mu sama sekali tidak mengangguk kerjaan ku" sahut Aditya.

Fiona bernafas lega, wanita itu kemudian masuk ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

   "Kamu jangan terlalu khawatir Fiona, Aditya itu sangat suka dengan anak kecil. Karena saat dia berumur 18 tahun baru mendapatkan seorang adik perempuan, namun saat adiknya berusia 4 tahun dia harus kehilangan. adik nya ikut dalam kecelakaan itu" cerita bi Minah panjang lebar.

Fiona pun merasa sedih mendengar ucapan bi minah.

nasip nya juga hampir sama dengan dirinya, hanya saja ia cuma kehilangan kedua orang tua nya, sementara Aditya juga harus kehilangan adik perempuan nya.

Mende benar benar tidak mengerti lagi bagaimana cara nya ia bisa tenang saat berada di rumah.

Sejak pagi ibu mertua nya terus berteriak memanggil nama Fiona

padahal tadi pagi ia habis memandikan bu Soraya dan memberikan nya makanan.

Merasa pusing Mende beranjak dari duduk nya kemudian masuk kedalam kamar tidur bu Soraya.

Tiba-tiba wanita itu melemparkan piring berisi makanan hingga pecah dan berserakan di lantai.

Bu Soraya terdiam, wanita paruh baya itu beringsut merasa ketakutan.

"Hay, tua bangka! Di rumah ini tidak ada Fiona. ibu tau gak kalau Fiona bukan lagi istri mas Pras. Sekarang istri mas Pras itu aku tau... "? Teriak Mende sudah tidak tahan lagi

" Kamu bukan istri Pras, kamu itu perempuan murahan" sahut Bu Soraya benar benar mengundang emosi Mende.

Tanpa memiliki perasaan, Mende mengambil sepotong kue yang ada di meja dekan Bu Soraya lalu ia mengumpulkan ke dalam mulut bu Soraya.

Bu Soraya berusaha melawan, tapi tetap saja kalah dengan kekuatan Mende.

"Sial, belum ada satu minggu berada di rumah ini rasanya seperti di neraka" gerutu Mende.

"Sayang... " teriak Pras yang ternyata pulang untuk makan siang.

Saat bersama Fiona, Pras akan pulang ke apartemen Mende untuk mengajak makan siang di luar.

Pria itu tidak pernah makan siang di rumah bersama anak dan istrinya.

Saat mendengar teriakan suaminya, Mende segera mengambil kui dari mulut bu Soraya dan langsung membuang nya.

"Apa apaan ini"? tanya Pras yang melihat pecahan piring berserakan.

" Pras... is-

"Sayang... " sahut Mende sebelum bu soraya melanjutkannya kata kata nya.

"Hik,, hik,, ibu kamu melempar makanan yang sudah aku siap kan mas. Hik.. hik... " ucap Mende pura-pura menangis di depan Pras.

"Ibu,,! ibu kenapa melempar makanan yang sudah disiapkan Mende"! bentak Pras pada ibu nya tanpa mendengar kan dulu penjelasan dari bu Soraya.

" Itu bu.. -

"Ibu kamu mau nya makanan dari Fiona mas hik.. hik...."

Pria itu langsung membawa istrinya dalam pelukan nya.

Mende yang sudah berada di dalam pelukan suami nya tersenyum mengejek.

"Sudah ya bu,, jangan lagi panggil Fiona, karena menantu ibu itu sekarang Mende" bentak nya lagi.

"Ayo sayang, biarkan saja kalau ibu gak mau makan. sekarang siapkan makan siang untuk ku, aku sudah lapar"

tanpa memperdulikan bu Soraya yang sudah menangis sesegukan Pras mengajak istrinya keluar dari kamar ibu Soraya.

"Kamu tega membentak ibu mu hanya karena wanita murahan itu Pras" gumam Bu Soraya dalam isak tangis nya.

Wanita paruh baya itu, mengingat saat dulu ia sering mengadu yang tidak tidak soal Fiona pada putra nya itu.

Pria itu akan membela dirinya dan akan langsung memarahi Fiona,

padahal apa yang dikatakan ya itu hanyalah akal akalan nya saja yang di buat buat bu Soraya sendiri.

Meski begitu, Fiona hanya diam saja saat dirinya di fitnah ibu mertua nya. karena Pras tidak pernah mau mendengar kan penjelasan Fiona terlebih dulu.

Bu Soraya semakin terisak mengingat.

Putra nya itu tidak pernah sekali pun membentak dirinya saat masih ada Fiona. justru Pras akan membela dirinya saat dirinya mengadu.

Sementara Pras dan mende tengah menikmati makan siangnya tanpa memperdulikan bu Soraya.

"Ibu kamu itu berisik mas, dari pagi terus saja memanggil Fiona dan Fiona terus, aku muak mas"!

" Sabar sayang, mungkin ibu belum terbiasa sama kamu" balas Pras.

Setelah selesai makan siang Pras pun kembali ke kantor. sementara Mende dengan terpaksa harus kembali ke kamar ibu mertua nya untuk membersihkan pecahan piring, sesuai permintaan suami nya.

"Emang enak kena bentak" ejek Mende.

"Diam kau wanita jalang" bentar bu Soraya.

"Kau yang diam tua bangka. Mati aja sana, hidup pun menyusahkan cuma jadi beban doang"

Mata bu Soraya melebar, baru sekarang ia di sumpahin cepat mati oleh menantun sendiri.