Siapa sangka niatnya merantau ke kota besar akan membuatnya bertemu dengan tunangan saudara kembarnya sendiri.
Dalam pandangan Adam, Emilia yang berdiri mematung seolah sedang merentangkan tangan memintanya untuk segera memeluknya.
"Aku datang untukmu, Adam."
Begitulah pendengaran Adam di saat Emilia berkata, "Tuan, apa Tuan baik-baik saja?".
Adam segera berdiri lalu mendekat ke arah Emilia. Bukan hanya berdiri bahkan ia sekarang malah memeluk Emilia dengan erat seolah melepas rasa rindu yang sangat menyiksanya.
Lalu bagaimana reaksi tunangan kembaran nya itu saat tau yang ia peluk adalah Emilia?
Bagaimana pula reaksi Emilia diperlakukan seperti itu oleh pria asing yang baru ia temui?
Ikuti terus kisah nya dalam novel "My Name is Emilia".
***
Hai semua 🤗
ini karya pertamaku di NT, dukung aku dengan baca terus kisah nya ya.
Thank you 🤗
ig : @tulisan.jiwaku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hary As Syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Emelda Kecelakaan
Siang itu beberapa kali Adam menelepon Emelda untuk mengajaknya makan siang bersama tapi tak kunjung ada jawaban. Tak biasanya Emelda seperti itu. Sesibuk apapun dengan urusan butiknya, Emelda pasti mengangkat telepon Adam atau paling tidak membalas pesannya.
Sejak pemeriksaan di rumah sakit Emelda sedikit berubah. Ia tak terlalu intense berkomunikasi dengan Adam. Entah apa yang terjadi padanya, hanya dia lah yang tau.
Adam terlihat muram. Padahal ia sedang memeriksa beberapa laporan perusahaan di laptop nya tapi matanya sesekali melirik handphone yang tergeletak di atas meja kerjanya. Ia masih menunggu kabar dari tunangannya itu.
Rasanya tak sabar sekali. Kalau bukan karena pekerjaan yang sedang diurusnya bersifat urgent, mungkin dia sudah melaju dengan mobilnya menuju ke butik Emelda.
Beberapa menit berlalu akhirnya yang ditunggu menelepon juga. Dengan senyum mengembang Adam cepat-cepat menekan tombol hijau yang ada di handphone nya.
“Halo Sayang, kau kemana saja dari tadi tidak ada kabarnya? Aku bahkan sudah menelepon mu berkali-kali dari pagi tadi.” Adam langsung to the point saja menggambarkan kekhawatirannya.
“Maaf Sayang. Hari ini aku agak sibuk. Ada masalah dengan kain yang aku pesan. Jadi aku harus menghandle nya. Aku minta maaf jika membuatmu khawatir.” Kata Emelda berusaha menenangkan Adam dengan suara lembutnya.
“Hmmm baiklah. Kau tidak perlu minta maaf Sayang. Tapi lain kali setidaknya kau balas pesanku agar aku tidak khawatir.”
Padahal sudah aku bilang aku sibuk, tapi tetap saja Tuan Muda satu ini masih memaksa memberi kabar. Hmmm baiklah Tuan Mudaku.
“Iya, lain kali aku akan mengirimu pesan. Sekali lagi maaf ya. Jadi ada apa kau menelepon ku berkali-kali?” tanya Emelda.
“Kau bertanya ada apa? Aku ini tunangan mu Sayang, jelas saja aku ingin tau bagaimana kabarmu. Lagipula beberapa hari ini kau selalu sibuk dan menolak makan siang denganku. Mengalahkan kesibukanku saja.” Kata Adam mulai cemberut.
“Hmmmm itu... aku hanya sedang sibuk saja belakangan ini. Ada beberapa pesanan pakaian yang harus segera ku selesaikan.”
“Sampai mengabaikan tunanganmu sendiri? Apakah pesananmu lebih penting dariku? Apa karyawanmu sudah pada resign semua Sayang?” Adam memberikan pertanyaan bertubi-tubi membuat Emelda memijit kepalanya yang mulai pusing dengan interogasi dari tunangannya itu.
“Sayang, masa kau cemburu pada pekerjaanku? Aku hanya sedang sibuk saja. Setelah pesanan ini selesai kita bisa makan bersama nanti.” Emelda mulai membujuk Adam. Ia tak ingin terlalu kelihatan sedang menghindari Adam.
“Hmmm bagaimana kalau aku kesana membawa makan siang untuk kita? Kita makan bersama di butikmu.” Tawar Adam.
“Jangan, Dam. Tidak usah. Tidak usah repot-repot begitu. Percayalah padaku. Setelah pekerjaan ku selesai, kita akan makan siang bersama di luar.”
“Tapi aku sangat ingin bertemu denganmu. Sudah berapa hari ini aku tidak melihatmu langsung. Entah kenapa aku sangat ingin bertemu denganmu, Sayang.”
“Adam, please... Kali ini saja tolong dengarkan aku. Kita masih punya banyak waktu untuk bertemu setelah ini. Aku benar-benar sedang sibuk sekarang, Sayang.”
“Hufftt, ya baiklah. Kau yang menang. Hari ini selesaikan lah pekerjaan mu. Tapi besok aku tidak mau ada penolakan lagi.”
“Siap Tuan Mudaku. Sudah dulu ya. Aku harus melanjutkan pekerjaanku. Bye Adam. I love you.”
“I love you more, Emelda.”
Emelda melihat handphone yang ada di genggaman nya. Layar depan handphone nya memperlihatkan foto dirinya dan Adam saat acara pertunangan mereka. Entah kenapa ada rasa sedih yang muncul saat melihat foto itu.
“Maafkan aku Adam.”
Hanya itu yang keluar dari mulutnya.
Emelda mengambil kunci mobil yang ada di atas meja kerjanya. Padahal tadi dia bilang ke Adam bahwa dirinya sangat sibuk hari itu. Tapi nyata nya ia malah pergi meninggalkan butik tanpa berkata apapun.
Sambil menyetir mobil ia teringat kembali beberapa hal yang terjadi di hidupnya belakangan ini. Mulai dari makan malam spesial bersama Adam, acara pertunangan, sampai pemeriksaan nya ke rumah sakit. Mata nya nampak berkaca-kaca mengingat semua kejadian itu.
Terlalu terbawa perasaan yang sedang bercampur aduk, Emelda tak sadar bahwa ia mengemudikan mobil nya dengan sangat cepat. Saat berada di pertigaan jalan tiba-tiba ada mobil dari arah lain yang melintas di depannya.
Ciiitttttttttt braaakkkkkkk!!!
Rem mobil yang diinjak dengan terburu-buru menghasilkan suara ban yang berdecit keras. Lalu disusul dengan suara hentaman yang lebih keras lagi. Lalu bagaimana dengan nasib pengemudi mobil?
***
“Tuan...Tuan Adam...” panggil Ian dengan tergesa-gesa sambil terengah-engah masuk ke dalam ruangan atasannya tanpa mengetuk pintu dulu.
“Ada apa denganmu? Kenapa kau mengagetkanku?” tanya Adam yang terkejut sambil refleks berdiri dari tempat duduknya.
“Tuan....” Ian menggantung kata-katanya. Ia tak tega menyampaikan itu kepada atasannya.
“Ada apa? Kau jangan membuatku penasaran. Apa yang terjadi?” Bentak Adam mulai tak sabaran.
“Nona...Nona Emelda, Tuan.”
“Ada apa dengan Emelda? Aku baru saja menelepon nya tadi.”
“Nona Emelda kecelakaan Tuan.”
“Apaaaaaa?”
Adam terkejut bukan main. Ia menggelengkan kepalanya tidak percaya. Baru saja mereka saling bertelepon. Bagaimana mungkin sekarang Emelda sudah kecelakaan.
Adam mendekat ke arah Ian. Dengan penuh kekesalan ia mencengkeram kerah baju Ian.
“Itu tidak mungkin. Dia baru saja teleponan denganku. Omong kosong apa ini. Kau jangan main-main denganku, Ian.”
“Saya tidak main-main, Tuan. Saya baru saja mendapat kabar bahwa Nona Emelda baru saja mengalami kecelakaan. Dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit.”
Adam melepaskan kerah baju Ian. Matanya mendadak memanas. Ia masih tidak bisa mencerna kenyataan yang diterimanya barusan.
“Mari saya antar Tuan ke rumah sakit sekarang.” Ajak Ian yang melihat atasannya mulai bersedih.
Dengan langkah terburu-buru mereka menyusul ke rumah sakit untuk melihat langsung keadaan Emelda. Sepanjang perjalanan Adam masih berharap bahwa yang kecelakaan bukan Emelda.
Aku yakin itu bukan Emelda. Pasti ada kesalahan disini. Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Emelda ku pasti baik-baik saja. Tunangan ku pasti baik-baik saja. Dia pasti sedang berada di butiknya, bukan di rumah sakit. Begitulah Adam terus menyemangati dirinya sendiri, seolah tak mau menerima jika sesuatu yang buruk menimpa tunangan nya.
Ian melirik atasan nya lewat spion. Dilihatnya Adam terlihat begitu gelisah dan sedih. Bahkan matanya sudah terlihat memerah karena menahan air matanya.
nana naannananaa