Alena Ricardo sangat mencintai seorang Abian Atmajaya, tidak peduli bahwa pria itu kekasih saudara kembarnya sendiri. Hingga rela memberikan kehormatannya hanya demi memiliki pria itu.
Setelah semua dia lepaskan bahkan dibuang oleh keluarga besarnya, Alena justru harus menghadapi kemarahan Abian. kehidupan rumah tangganya bagaikan di neraka, karena pria itu sangat membencinya.
Akankah Alena menemukan kebahagiaannya? Dan akankah Abian menyesali apa yang selama ini diperbuatnya, setelah mengetahui rahasia yang selama ini Alena simpan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 26
Setelah menghabiskan nasi goreng buatan Alena, Abian bergegas berangkat kerja meskipun rasa pusing di kepalanya kembali terasa. Bahkan rasa pusing itu bertambah dengan rasa mual, saat dirinya sudah sampai di dalam ruangan.
"Bagaimana Tuan, apa masih terasa mual?" Ben menatap tuannya yang terlihat sangat pucat, dan kacau karena sejak tadi bolak-balik ke dalam toilet.
"Hem..." jawab Abian dengan singkat sambil memijat tengkuknya. "Sial! Kalau seperti ini terus bagaimana aku bisa bekerja," umpatnya dengan emosi.
Mendengar umpatan tuan Abian, Ben hanya bisa menghela napasnya. Karena tidak bisa membantu apa pun dengan sakit yang di derita tuannya selama satu Minggu ini, ditambah sekarang dengan mual yang dialami pria itu. "Tunggu dulu! Apa jangan-jangan sakit yang dialami Tuan Abian, ada kaitannya dengan kehamilan Alena?" gumamnya dalam hati, teringat kejadian kemarin saat dokter mengatakan wanita itu sedang mengandung.
"Ben kau dengar aku?" Abian berkata lebih keras saat asisten pribadinya itu hanya diam tidak menjawab pertanyaannya.
Ben yang tersadar menatap pada tuan Abian. "Maaf Tuan, tadi Anda berkata apa?"
"Ck, bisa-bisanya kau melamun di saat jam kerja!"
"Maaf..." Ben menundukkan kepalanya.
"Tadi aku bertanya, kemarin wanita itu pergi kemana saja sampai pulang larut malam?"
"Kemarin..." Ben terdiam karena bingung harus berkata jujur atau tidak, namun saat teringat janji yang pernah diucapkannya. Dia pun memilih untuk berbohong. "Nona Alena hanya pergi ke pusat perbelanjaan, lalu ke taman kota."
"Wanita itu pergi ke pusat perbelanjaan, tapi pulang dengan tidak membawa satu pun barang belanjaan?" tanya Abian dengan menyelidik.
"Nona hanya melihat-lihat Tuan, dia bilang tidak mempunyai uang untuk berbelanja."
"Tidak punya uang?" Abian mengerutkan keningnya. "Dia bilang tidak punya uang? Lalu kemana uang yang selama ini aku beri?" gumamnya dalam hati.
"Padahal saat itu Nona Alena begitu tertarik dengan salah satu dress yang ada di butik, tapi wanita itu hanya bisa menatap tanpa mampu membeli," ujar Ben dengan datar saat mengingat bagaimana ekspresi wajah Alena ketika melihat dress tersebut. "Sungguh miris sekali! Seorang Alena Ricardo tidak bisa membeli sebuah dress. Padahal dia berasal dari keluarga besar yang sangat ternama, dan memiliki seorang suami yang sangat mapan," sindir Ben.
"Kau! Sudah berani menyindirku rupanya!" Abian menggebrak meja kerjanya dengan kasar, karena merasa tersinggung disindir oleh asisten pribadinya.
"Aku tidak berani Tuan."
"Lalu yang kau katakan tadi apa? Jelas-jelas menyindirku!"
"Aku tidak sedang menyindir, tapi hanya menyampaikan sebuah kenyataan. Dan aku harap setelah mengetahui semuanya Anda mau berubah sedikit saja untuk mengasihi Nona Alena, jangan sampai Anda menyesal di saat semuanya sudah terlambat."
"Ck, aku tidak akan pernah menyesal dengan samua yang kulakukan! Karena wanita itu pantas mendapatkannya," ucap Abian dengan penuh emosi. "Dan kau harus tahu batasannya! Disini kau itu hanya seorang asisten, jangan banyak bertingkah hanya karena aku selalu memaafkan kesalahanmu, seperti yang kau lakukan kemarin! Pergi dari ruangan di saat Ayah Atmajaya melarang."
"Maaf..." Ben lagi-lagi menundukkan kepalanya.
"Keluar dari ruangan! Dan jangan pernah masuk sebelum aku panggil!" usir Abian.
"Baik Tuan," Ben pun keluar dari ruangan tanpa mau membantu tuannya yang terlihat berlari ke dalam toilet. "Sepertinya tuan Abian terkena sindrom Couvade," Ben mengetahui itu karena dulu kakak nya mengalami hal yang sama seperti tuan Abian di saat istri kakaknya itu hamil. "Tapi baguslah, anggap saja sebagai balasan karena sudah menyakiti wanita yang sedang mengandung anaknya."