Dalam kehidupan yang dipenuhi dengan tantangan dan pertempuran, cinta sering kali menjadi cahaya yang memandu. Zayyy, seorang pemuda yang karismatik dan tak kenal takut, telah berjuang melawan musuh dan tantangan, tidak hanya untuk melindungi artefak berharga, tetapi juga untuk menjaga cintanya dengan Angelina. Namun, di tengah semua itu, ada suatu kebenaran yang tak terhindarkan: hidup adalah perjalanan yang penuh dengan keputusan sulit, pengorbanan, dan kehilangan.
Saat bayangan gelap mulai mendekat, Zayyy harus menghadapi tidak hanya musuh yang mengancam, tetapi juga perasaannya sendiri. Pertarungan untuk cinta dan harapan akan membawa Zayyy pada jalan yang penuh dengan kenangan indah dan kesedihan yang mendalam. Di sinilah kisahnya dimulai, di mana setiap detik berharga dan setiap pertempuran adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar—sebuah perjalanan menuju pengertian sejati tentang cinta dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohamad Zaka Arya Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Batas-Batas yang Teruji
Semakin dekat Zayyy dan Angelina, semakin kompleks pula perasaan mereka. Meski mereka telah berbagi banyak momen yang indah, bayangan ketidakpastian masih terus menghantui hubungan mereka.
Zayyy sering berpikir, apakah mungkin perasaan ini akan bertahan lama, atau justru hanya sementara sebelum berakhir seperti sebelumnya? Sementara itu, Angelina juga terus merenungkan apakah ia dapat benar-benar mempercayai Zayyy, mengingat sejarah panjang masa lalu yang penuh dengan ketidakpastian.
Suatu hari, di sela-sela kesibukannya, Zayyy mendapat pesan singkat dari Angelina yang mengajaknya untuk bertemu di kafe favorit mereka.
Pesan itu singkat, namun nada kalimatnya berbeda dari biasanya, seolah ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Angelina. Merasa penasaran, Zayyy segera mengiyakan ajakan tersebut dan bergegas menuju kafe dengan perasaan campur aduk.
Setibanya di sana, Zayyy menemukan Angelina sudah duduk di meja dekat jendela. Tatapan Angelina terlihat serius, seolah-olah ia tengah memikirkan sesuatu yang berat.
Zayyy duduk di hadapannya, menunggu Angelina membuka percakapan, meskipun ada perasaan gelisah yang menyelinap di hatinya.
“Zay, aku mau ngomong sesuatu yang mungkin akan sedikit sulit untuk kita berdua,” kata Angelina pelan, tapi jelas.
Zayyy mengangguk, mencoba membaca emosi di balik mata Angelina. Ia siap mendengarkan apa pun yang ingin disampaikan oleh Angelina, meskipun ia tahu, ini mungkin bukanlah percakapan yang mudah.
“Aku ingin kita bicara soal kejelasan hubungan kita,” lanjut Angelina. “Aku tahu kita sudah berusaha untuk menikmati momen tanpa terlalu memikirkan masa depan, tapi aku juga nggak bisa terus berada dalam ketidakpastian seperti ini.”
Mendengar itu, Zayyy merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Ia tahu bahwa pada akhirnya, percakapan ini harus terjadi. Keduanya sudah terlalu lama berada dalam situasi yang menggantung, dan Angelina berhak mendapatkan kepastian.
“Aku mengerti, Angel,” jawab Zayyy pelan. “Aku juga merasakan hal yang sama. Mungkin sudah saatnya kita jujur dengan perasaan kita masing-masing.”
Angelina menarik napas dalam-dalam, tampak seperti sedang mempertimbangkan kata-kata yang akan ia ucapkan. “Jujur saja, Zay, aku takut kalau kita hanya sedang berusaha mengulang sesuatu yang pada akhirnya akan berakhir sama seperti dulu.”
Kata-kata itu menusuk hati Zayyy. Namun, ia tahu bahwa rasa takut itu wajar, mengingat sejarah mereka yang penuh dengan perpisahan dan keraguan.
“Aku paham, Angel,” balasnya sambil menatap mata Angelina. “Aku juga merasakan ketakutan yang sama. Tapi mungkin perasaan itu ada karena kita sebenarnya masih berharap bahwa hubungan ini bisa berjalan lebih baik dari sebelumnya.”
Angelina tersenyum kecil, meski matanya tetap menyiratkan kekhawatiran. “Aku ingin percaya, Zay, tapi aku butuh tahu bahwa kali ini kamu benar-benar serius. Aku nggak bisa terus menjalani hubungan yang setengah-setengah.”
Zayyy terdiam, menyadari betapa pentingnya momen ini. Ia tahu bahwa ini adalah saat di mana ia harus menunjukkan kesungguhan hatinya, tanpa ragu atau setengah hati. Ia meraih tangan Angelina, menatapnya dalam-dalam.
“Angel, aku nggak bisa janji bahwa semuanya akan berjalan sempurna. Tapi aku bisa janji bahwa aku akan berusaha sebaik mungkin. Aku mau kita bisa saling percaya, bisa saling mendukung, tanpa rasa takut yang menghantui.”
Mendengar itu, Angelina tampak sedikit lega, meski masih ada kekhawatiran yang tersisa di wajahnya. “Baiklah, Zay. Aku akan coba untuk percaya. Tapi aku harap, kita bisa benar-benar membuktikan bahwa hubungan ini bukan sekadar pengulangan dari masa lalu.”
Percakapan itu meninggalkan kesan yang mendalam bagi mereka berdua. Meski ada kelegaan karena telah mengungkapkan perasaan, ada pula kesadaran bahwa perjalanan ini mungkin tidak akan mudah.
Hubungan mereka berada di ujung batas yang menuntut kejujuran dan keseriusan. Namun, Zayyy merasa lebih mantap. Ia tahu bahwa ia ingin Angelina menjadi bagian dari hidupnya, dan kali ini ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Hari-hari berikutnya mereka habiskan dengan lebih sering berkomunikasi dan menghabiskan waktu bersama. Meski banyak momen yang masih diselimuti ketegangan, keduanya terus berusaha menguatkan hubungan ini dengan rasa saling percaya. Mereka menyadari bahwa perjalanan cinta tidak selalu berjalan mulus, namun keduanya berkomitmen untuk tidak mudah menyerah.
Beberapa minggu kemudian, Zayyy mendapat kabar bahwa ia harus pergi ke luar kota untuk urusan pekerjaan selama beberapa hari. Ia khawatir meninggalkan Angelina, mengingat mereka baru saja mulai membangun kembali hubungan yang serius.
Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk membuktikan kepada Angelina bahwa ia bisa dipercaya, bahkan di tengah jarak yang memisahkan mereka.
“Aku harus pergi selama beberapa hari,” kata Zayyy saat mereka bertemu sebelum keberangkatannya. “Tapi aku janji akan tetap menghubungimu setiap hari. Aku nggak mau kamu merasa ragu atau khawatir.”
Angelina tersenyum dan mengangguk. “Aku percaya sama kamu, Zay. Aku tahu kamu punya niat baik. Jangan khawatir, aku akan menunggumu.”
Perpisahan itu terasa berbeda kali ini. Meski ada rasa rindu yang langsung terasa, keduanya merasa lebih tenang dan yakin bahwa hubungan mereka bisa bertahan menghadapi tantangan jarak.
Selama berada di luar kota, Zayyy memastikan untuk tetap menghubungi Angelina setiap malam, berbagi cerita tentang hari-harinya dan mendengarkan cerita Angelina tentang kegiatan sehari-harinya. Percakapan-percakapan itu menjadi bukti bahwa kepercayaan di antara mereka semakin tumbuh dan menguat.
Namun, di sisi lain, Angelina tetap tidak bisa sepenuhnya menghilangkan rasa cemas yang kadang muncul di pikirannya.
Meskipun ia berusaha untuk percaya, bayangan masa lalu yang sering menghantuinya masih sulit untuk sepenuhnya dilupakan. Setiap kali ia merasa ragu, ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa kali ini berbeda, bahwa Zayyy telah berubah.
Hingga suatu malam, saat Zayyy meneleponnya seperti biasa, Angelina memutuskan untuk berbicara jujur tentang perasaannya.
“Zay, aku tahu kamu sedang berusaha membuktikan bahwa kamu serius. Aku sangat menghargai itu, sungguh. Tapi kadang-kadang aku masih merasa takut. Bukan karena aku nggak percaya sama kamu, tapi lebih karena aku takut menyakiti diriku sendiri.”
Zayyy terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara lembut. “Angel, aku mengerti perasaan kamu. Aku tahu bahwa kepercayaan butuh waktu untuk tumbuh kembali. Tapi aku berjanji, aku akan tetap ada untukmu, dan aku nggak akan pernah membuatmu merasa sendirian lagi.”
Percakapan itu menjadi momen yang menguatkan hubungan mereka. Meski berada jauh, keduanya merasa semakin dekat satu sama lain, seolah jarak bukanlah penghalang bagi perasaan yang tulus.
Ketika Zayyy kembali ke kota, ia bertemu dengan Angelina dan mereka merasakan kebahagiaan yang dalam bisa berkumpul kembali. Pertemuan itu menjadi bukti bahwa mereka telah melewati ujian pertama dalam hubungan baru ini, dan kepercayaan di antara mereka semakin kokoh.
Sore itu, saat mereka berjalan bersama di taman, Zayyy menggenggam tangan Angelina, merasakan kehangatan yang tak terungkapkan dengan kata-kata.
“Aku senang kamu menungguku, Angel,” bisiknya pelan.
Angelina tersenyum, memandang Zayyy dengan tatapan penuh rasa sayang. “Aku juga senang kamu kembali. Dan sekarang, aku yakin kita bisa menghadapi apa pun, asalkan kita tetap bersama.”
Hari itu, di bawah langit senja yang memerah, mereka berdua menyadari bahwa hubungan mereka bukan lagi sekadar bayangan masa lalu. Hubungan ini adalah sesuatu yang baru, yang tumbuh dari kesungguhan dan kepercayaan yang terus mereka bangun setiap hari.